RESPONS DESA ADAT TERHADAP AGENDA GERAKAN MEMBACA NASKAH LONTAR: STUDI KASUS DESA ADAT DUKUH PENABAN, BALI
PRIMA DONA HAPSARI, Prof. Dr. P.M. Laksono, M.A. ; Prof. Dr. Bambang Hudayana, M.A.
2024 | Disertasi | S3 Antropologi
Disertasi ini membicarakan faktor-faktor apa saja yang memungkinkan gerakan membaca naskah lontar menjadi besar. Untuk menjawab permasalahan penelitian ini penulis meneliti di Desa Adat Dukuh Penaban, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali pada bulan Oktober 2021 hingga Agustus 2022. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode etnografi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa membaca naskah lontar beraksara Bali sekarang sudah terbuka bagi siapa saja sesuai dengan gerakan Ajeg Bali yang didukung oleh para Pedanda atau Brahmana. Belajar bersama membaca naskah lontar ini memungkinkan usaha penemuan kembali identitas bersama Bali. Momentum membaca naskah lontar membuktikan bahwa orang Bali menemukan identitas kebaliannya menjadi semakin kuat karena dalam naskah lontar terdapat aksara Bali, kesusastraan Bali, dan ajaran agama Hindu Bali yang bersifat khas, bahkan baru dan menyenangkan. Dengan demikian, membaca lontar tidak lagi menjadi penanda hak eksklusif para Pedanda atau Brahmana, tetapi penanda identitas umum orang Bali.
The elements influencing the increase in lontar manuscript reading were investigated in this dissertation from October 2021 to August 2022. The researcher conducted the research in the traditional village of Dukuh Penaban, Karangasem Regency, Bali Province. This work employs ethnographic techniques in a qualitative descriptive sense. Data was gathered by observation, interviews, documentation, and literary research. The findings of this research show that anyone in alignment with the Ajeg Bali movement supported by the Pedanda or Brahmana can now access reading lontar texts in Balinese script. Learning together to read these lontar books lets one regain a common Balinese identity. Reading lontar manuscripts shows that Balinese people have found their Balinese identity, which is developing stronger because of the presence of distinctive, even new, and pleasant Balinese Hindu teachings, Balinese script, and Balinese literature in these manuscripts. Reading lontar thus marks the general identification of the Balinese people rather than a sign of the exclusive rights of the Pedanda or Brahmana.
Kata Kunci : gerakan sosial, membaca naskah lontar, identitas kebalian