Laporkan Masalah

Perancangan Tea House di Desa Wisata Nglinggo, Kulon Progo dengan Pendekatan Restorative Architecture

FATIMAH, Kadek Indira Diah Kardina, S.T., M.T.

2025 | Skripsi | ARSITEKTUR

Sebagian masyarakat Indonesia mengonsumsi teh pada pagi sebelum memulai aktivitas. Berbagai opsi jenis teh dihidangkan, mulai dari teh jenis celup yang dapat dikonsumsi tidak hanya dikalangan berpendapatan tinggi saja, tetapi kalangan dengan tingkat pendapatan rendah juga mampu untuk mengkonsumsi produk tersebut. Teh juga biasa dikonsumsi sebagai pendamping hidangan makanan serta acara adat, sehingga meminum teh telah menjadi bagian budaya masyarakat.

Perkebunan teh tumbuh begitu luas, tersebar di bukit Kapanewon Samigaluh dan Kapanewon Girimulyo. Perkebunan teh yang tersebar di Desa Nglinggo tepatnya berada di Pedukuhan Nglinggo Timur, Kelurahan Pagerharjo, Kapanewon Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta, menjadi perkebunan teh masyarakat yang muncul sekitar tahun 1990-an. Praktisi teh sekaligus pegiat teh organik asal Pagerharjo yang merupakan pendatang bernama Sukohadi, menjadi perintis usaha perkebunan teh khas Perbukitan Menoreh ini berkembang dan telah menjadi distributor ke manca negara, namun ke otentikan Teh Ki Suko ini kurang dikenal oleh masyarakat awam maupun lokal. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran pengetahuan akan potensi lokal oleh masyarakat.

Kehadiran Tea House yang dirancang sebagai destinasi terintegrasi tentang eksistensi teh di Desa Nglinggo, mengangkat brand Teh Ki Suko kaitannya dengan pengolahan daun teh menjadi produk berbagai jenis serta poin sejarah yang diangkat pada proses perancangan museum ini. Perencanaan Tea House sebagai museum yang mengenalkan sejarah dan budaya teh, laboratorium produksi teh, atraksi ruang pameran, display produk, ruang instalasi restorative mengenai teh, kedai/cafe untuk minum teh, workshop, dan toko. Dengan adanya perancangan museum ini meningkatkan daya tarik pengunjung dalam segi komersial daya jual teh yang ditata dalam ruang display produk serta pengalaman ruang yang diakomodasi.

Most Indonesians consume tea in the morning before starting their activities. Various tea options are served, ranging from tea bags that can be consumed not only by high-income earners, but also by those with low income levels. Tea is also commonly consumed as an accompaniment to food dishes and traditional events, so drinking tea has become part of the culture of the people.

Tea plantations grow so widely, spread across the hills of Kapanewon Samigaluh and Kapanewon Girimulyo. The tea plantations scattered in Nglinggo Village, precisely located in Nglinggo Timur Pedukuhan, Pagerharjo Village, Kapanewon Samigaluh, Kulon Progo Regency, Yogyakarta, became a community tea plantation that emerged around the 1990s. A tea practitioner and organic tea activist from Pagerharjo who is a migrant named Sukohadi, pioneered the tea plantation business typical of the Menoreh Hills and has become a distributor to foreign countries, but the authenticity of Ki Suko's tea is not well known by ordinary and local people. This is due to the lack of awareness of local potential by the community.

The presence of the Tea House, designed as an integrated destination about the existence of tea in Nglinggo Village, raises the Ki Suko Tea brand in relation to the processing of tea leaves into various types of products as well as historical points raised in the design process of this museum. The Tea House planning as an interactive museum introduces the history and culture of tea, tea production laboratories, exhibition hall attractions, product displays, restorative installation rooms about tea, tea shops, workshops, and shops. With the design of this museum, it increases the attractiveness of visitors in terms of the commercial marketability of tea arranged in the product display space and the experience of the accommodated space.

Kata Kunci : teh, museum, restorative, Tea House, Ki Suko

  1. S1-2025-456692-abstract.pdf  
  2. S1-2025-456692-bibliography.pdf  
  3. S1-2025-456692-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2025-456692-title.pdf