KEKERASAN, JIHAD, DAN SUARA ACEH DALAM HIKAYAT PRANG GOMPEUNI
Vini Hidayani, Dr. Sudibyo, M.Hum.
2025 | Tesis | S2 Sastra
Judul tesis ini
sejak awal bertujuan untuk menggambarkan nuansa dekolonisasi yang terdapat
dalam Hikayat Prang Gompeuni (HPG) Or. 8039 yang lantas menjadi
objek material dalam penelitian ini. Hikayat ini dikarang oleh Abdul Karim, dan
disalin sekitar tahun 1891-1892, beriringan dengan masa kedatangan Snouck
Hurgronje ke Aceh. Hikayat ini menjelaskan tentang peristiwa dalam perang Aceh
sejak meletus pertama kali pada 1873. Di dalamnya terdapat narasi prang sabi,
heroisme, hingga perlawanan secara total dalam masyarakat dengan api semangat
yang terpengaruh dari Islam dan Jihad.
Penelitian ini menggunakan dua kajian, yaitu filologi dan sastra.
Kajian filologi sendiri berfungsi untuk menyajikan teks HPG dalam bentuk
yang bisa dibaca dengan mudah dan terjangkau oleh masyarakat luas, sehingga
turut dilakukan analisis pernaskahan dan perteksan. Setelah teks
ditransliterasi dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, selanjutnya
dikumpulkan data-data utama dari bunyi hikayat sebagai bahan analisis sastra.
Hasil analisis menunjukkan bahwa Belanda telah melakukan aneka
kekerasan struktural di Aceh, sehingga dekolonisasi adalah sebuah keniscayaan
untuk melawan penjajahan tersebut. Pada proses dekolonisasi, jihad menjadi
bagian tak terpisahkan dan memiliki dimensi yang kompleks sebagai bentuk
kekerasan yang revolusioner, baik sebagai medium pembebasan fisik dan
psikologis, maupun sebagai pembangun identitas diri. Strategi yang dilancarkan
selama perang Aceh di antaranya adalah doktrininasi secara terstruktur melalui
mimbar salat Jum’at, dakwah dari satu kampung ke kampung lain oleh para ulama,
gerilya, hingga sabotase. Islam juga turut menjadi poros identitas dalam
membentuk jiwa perlawanan pada masyarakat Aceh. Terakhir, Hikayat Prang
Gompeuni merupakan teks autoetnografi yang menjadi arsip budaya dan narasi
alternatif yang kaya dalam melihat diskursus perang Aceh.
The title of this thesis is intended from the outset to convey the
nuances of decolonization found in Hikayat Prang Gompeuni (HPG) Or.
8039, which serves as the material object of this research. This hikayat was
authored by Abdul Karim and transcribed around 1891-1892, coinciding with the
arrival of Snouck Hurgronje in Aceh. HPG narrates events from the Aceh
War, which first erupted in 1873. It contains accounts of prang sabi
(holy war), heroism, and total resistance within society, fueled by the spirit
inspired by Islam and Jihad.
This research employs two approaches: philology and literature. The
philological approach aims to present the HPG text in a form that is
easily readable and accessible to the general public, which involves manuscript
and textual analysis. After the text is transliterated and translated into
Indonesian, the primary data from the content of the Hikayat is then collected
for literary analysis.
The analysis reveals that the Dutch engaged in various forms of
structural violence in Aceh, making decolonization an inevitable response to
colonial oppression. In the decolonization process, jihad played an integral
and multifaceted role as a form of revolutionary violence, serving both as a
medium for physical and psychological liberation and as a tool for constructing
self-identity. The strategies employed during the Aceh War included systematic
indoctrination through Friday sermons, outreach by ulama from village to
village, guerrilla warfare, and acts of sabotage. Islam also emerged as a
central pillar of identity, shaping the spirit of resistance within Acehnese
society. Finally, Hikayat Prang Gompeuni stands as an autoethnographic
text that serves as both a cultural archive and a rich alternative narrative
for understanding the discourse surrounding the Aceh War.
Kata Kunci : Hikayat Prang Gompeuni, Dekolonisasi, Autoetnografi, Perang Aceh, Dokarim