Identifikasi Bidang Diskontinuitas Dengan Akuisisi Lidar Ponsel Untuk Analisis Keruntuhan Lereng Tebing di Kalurahan Srimulyo, Kapanewon Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta
Naufal Reyhan Ega, Ir. Gayatri Indah Marliyani, S.T., M.Sc., Ph.D.; Ir. Salahuddin, S.T., M.Sc., Ph.D., IPM.
2025 | Skripsi | TEKNIK GEOLOGI
Dalam analisis kinematika
keruntuhan lereng, diperlukan data diskontinuitas berjumlah banyak. Untuk
mengakuisisi banyaknya data diskontinuitas secara cepat dalam suatu tebing,
digunakan metode pengindraan jauh, seperti metode laser scanning, dengan
alat berupa sensor LiDAR yang dapat menghasilkan model 3D tebing dengan
alur kerja cepat, khususnya sensor LiDAR yang lebih mudah diakses dan digunakan
yaitu LiDAR ponsel. Dengan metode tersebut, diskontinuitas pada bagian-bagian
tebing yang tidak dapat diukur secara langsung tetap dapat diekstraksi dari
model 3D. Perangkat lunak yang dapat digunakan adalah Discontinuity Set
Extractor. Hasil ekstraksi digunakan untuk analisis kinematika keruntuhan
lereng pada perangkat lunak Dips. Dari hasil analisis, tipe keruntuhan
yang mungkin terjadi pada tebing objek penelitian dapat diketahui beserta
persentasenya. Tebing objek penelitian ini berlokasi di Srimulyo, Piyungan,
Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta dan terbagi menjadi dua LP. Diskontinuitas yang
diekstraksi dari model 3D memiliki kemiripan nilai dengan pengukuran kekar di
lapangan yaitu dip bernilai 70°–87° pada kedua LP. Model 3D tebing ini sesuai
dengan kondisi lapangan dilihat dari ketampakan, tekstur, dan orientasi
diskontinuitasnya. Ekstraksi menggunakan DSE menghasilkan tujuh kelompok diskontinuitas
pada LP 1, yaitu D1 (77°/4°), D2 (81°/309°), D3
(78°/46°), D4 (53°/353°), D5 (78°/332°), D6 (75°/29°) dan D7 (86°/65°) dan enam kelompok
diskontinuitas pada LP 2, yaitu D1 (75°/58°), D2 (82°/257°), D3
(80°/233°), D4 (87°/88°), D5 (70°/27°), dan D6 (79°/73°). Kedudukan diskontinuitas D1 pada
masing-masing LP menjadi kedudukan bidang pemotongan tebing/cut face karena
paling mendominasi tebing. Validasi data menunjukkan bahwa perbedaan nilai dip direction
(?Dip dir.) memiliki nilai rata-rata dan standard deviation yang
rendah menunjukkan kesesuaian nilai dip
direction
antara
kedua metode yang tinggi. Parameter keruntuhan lereng lainnya yaitu sudut gesek
internal tebing bernilai 33º perhitungan yang membutuhkan observasi litologi
dan morfologi tebing secara megaskopis. Setelah dilakukan analisis kinematika
keruntuhan lereng, didapatkan bahwa tipe keruntuhan yang paling berpotensi pada
tebing adalah tipe keruntuhan wedge failure
dengan persentase masing-masing LP sebesar 57,69?n 48,36%.
Slope failure analysis as a part of slope stability analysis requires
large amounts of discontinuity data. Acquiring such data quickly can be done
using remote sensing methods, such as laser scanning which uses LiDAR sensor to
produce 3D models of outcrops. This LiDAR sensor is currently available in a
much more compact form as included on LiDAR-equipped smartphones. With this
method, discontinuities unavailable to be measured directly can still be
extracted from the 3D models by using software like Discontinuity Set
Extractor. Discontinuity data extracted from it can then be drawn to and
analyzed with stereographic projections by using Dips app which results
in percentages of each slope failure type. The outcrop of this study is in
Srimulyo, Piyungan, Bantul, Special Region of Yogyakarta, divided into two LPs.
The 3D models generated from this method have similarities with the actual field
conditions according to the texture and extracted discontinuity orientation,
with dip of 70°–87° for both LPs. The results of the extraction are seven
discontinuity sets for LP 1 being D1
(77°/4°), D2 (81°/309°), D3 (78°/46°), D4 (53°/353°), D5 (78°/332°), D6
(75°/29°) and D7 (86°/65°), along with six sets for LP 2 being D1 (75°/58°), D2 (82°/257°), D3 (80°/233°), D4
(87°/88°), D5 (70°/27°), and D6 (79°/73°). The
slope face orientation is determined by identifying and using the most dominating
discontinuity sets of each LP identified as the outcrop’s cut face. After
validating data, it is found that the difference between both methods’ dip
direction (?Dip dir.) has small average and standard deviation showing the
discontinuity data has high suitability between both methods. Another parameter
used in the analysis is the basic friction angle with the value of 33º measured
from the method using field observation of lithology and morphology of the
outcrop. The type of slope failure with the most potential on the slope is wedge
failure type with the value of each LP being 57,69% and 48,36% respectively.
Kata Kunci : LiDAR ponsel, model 3D, kelompok diskontinuitas, kinematika keruntuhan lereng, tebing Srimulyo