Laporkan Masalah

KETAHANAN SOSIAL STAKEHOLDERS DALAM PENGELOLAAN PARIWISATA BUDAYA DI KECAMATAN LASEM, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH (Studi Pada Peran Pemilik Bangunan, Pemerintah, dan Non Pemerintah)

PRISCA KIKI WULANDARI, Prof. Dr. Muhammad Baiquni, MA; Dr. Ahmad Zubaidi, M.Si

2024 | Disertasi | S3 Ketahanan Nasional

Berdasarkan catatan sejarah, Lasem merupakan kota pelabuhan yang berkembang sejak Abad XIV dan menjadi tempat pertemuan antar pedagang Arab, Cina, dan Jawa. Tahun 1740-1743, peristiwa Perang Kuning mendorong persatuan masyarakat Jawa dan Cina melawan Kolonial VOC sehingga merekatkan semangat kebersamaan antar etnis di Lasem hingga saat ini. Peristiwa sejarah tersebut meninggalkan warisan budaya yang potensial sebagai destinasi pariwisata. Sejak 2016, warga lokal telah mendayagunakan potensi tersebut. Akan tetapi, destinasi pariwisata budaya di Kecamatan Lasem mengalami kerentanan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis ketahanan sosial para pemilik bangunan bersejarah dalam pengelolaan pariwisata budaya di Lasem; dan (2) menganalisis ketahanan sosial aktor pemerintah dan non pemerintah dalam pengelolaan pariwisata budaya di Lasem.


Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Lokasi penelitian berfokus pada enam desa yang termasuk kawasan pusaka di Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah. Data dikumpulkan dengan menggunakan observasi, wawancara mendalam, dokumentasi, dan FGD. Triangulasi dilakukan untuk mengecek keabsahan data. Analisis data menggunakan teori dan indeks ketahanan sosial.


Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pertama, para pemilik/pengelola bangunan bersejarah memiliki ketahanan sosial pada tingkat cukup tangguh dengan skor 2,8 dalam mengelola pariwisata budaya di Lasem. Mereka memenuhi semua variabel ketahanan sosial, tetapi ada indikator yang tidak terpenuhi. Pada kapasitas coping, 6 indikator terpenuhi dan 2 indikator tidak terpenuhi yaitu kepemimpinan kolektif dan kecintaan pada daerahnya. Pada kapasitas adaptif, 3 indikator terpenuhi dan 1 indikator tidak terpenuhi yaitu ideal dan ideas. Pada kapasitas transformatif, 4 indikator terpenuhi dan 2 indikator tidak terpenuhi yaitu perencanaan dan pelaksanaan yang konsisten; dan memenuhi kebutuhan dan menjawab tantangan. Kedua, para aktor pemerintah dan non pemerintah memiliki ketahanan sosial pada tingkat tangguh dengan skor 3,4 dalam mengelola pariwisata budaya di Lasem. Mereka memenuhi hampir semua indikator pada variabel ketahanan sosial, kecuali 1 indikator kapasitas transformatif yakni perencanaan dan pelaksanaan yang konsisten. 


Lasem has experienced a long history from the 14th-century main port to the 18th-century Sino-Dutch war. These historical events have created a cross-cultural heritage. This cultural heritage has the potential to be a significant tourist destination. Since 2016, the locals have been leveraging its potential, but they face inherent vulnerabilities. This study, therefore, aims to examine the social resilience of historic building owners, government, and non-government actors in cultural tourism management in Lasem.


This study employed a qualitative approach with a case study design in six villages of Lasem. The data were gathered through observation, in-depth interviews, document analysis, and focus group discussions (FGDs). The collected data would be verified through a triangulation process before it would be analysed following the social resilience theory and an index.


The findings show that the owners and managers of historic buildings in Lasem demonstrate a relatively resilient level with an average score of 2.8. They met almost all of the social resilience variables. In coping capacity, they achieve the rest of the indicators, except for collective leadership and local belongingness. In adaptive capacity, they do not have the ideals and ideas indicator. For the transformative capacity, they reach all indicators except for “consistent planning and implementation” and “needs and responding to challenges”. Secondly, government and non-government actors demonstrate a resilient level with a score of 3.4 in managing cultural tourism. They fulfil the majority of indicators on the social resilience variable, except one indicator of transformative capacity, namely consistent planning and implementation.

Kata Kunci : Ketahanan sosial, Lasem, pariwisata budaya, pengelolaan, stakeholders

  1. S3-2024-468365-abstract.pdf  
  2. S3-2024-468365-bibliography.pdf  
  3. S3-2024-468365-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2024-468365-title.pdf