Performativitas Zikir dalam Ritual Orang Melayu Sambas di Kalimantan Barat

Isa Ansari, Prof. Dr. Irwan Abdullah

2024 | Disertasi | S3 Ilmu-ilmu Humaniora

Penelitian ini mengkaji performativitas zikir masyarakat Melayu Sambas di Kalimantan Barat. Zikir ini merupakan istilah lokal untuk menyebut praktik pembacaan barzanji, srakal, atau syariful anam yang bersumber dari kitab Majmu’ah maulid syariful anam. Pembedaan penyebutan ini diikuti dengan perbedaan lagu yang ber ciri khas Melayu Sambas, sehingga dalam praktik pembacaan dapat dibedakan secara tegas antara zikir Sambas dengan barzanji, srakal, ataupun syariful anam yang dipraktikan oleh selain masyarakat Sambas. Penebalan pada aspek performatif, tidak hanya terkait dengan ekspresi estetis masyarakat Melayu Sambas, namun juga mengindikasikan penguatan struktur social dan identitas masyarakat Melayu Sambas yang diwujudkan dalam bentuk dominasi-dominasi artistik dan dramatik. Berangkat dari hal tersebut, penulis berasumsi bahwa pembacaan zikir atau yang sejenisnya tidak sekedar untuk memenuhi kebutuhan kultural atau tuntunan agama, namun lebih diperankan untuk kepentingan di luar agama dan budaya. dari asumsi tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini adalah mengapa orang Melayu Sambas lebih mengutamakan performativitas saat pembacaan zikir di ruang ritual dan non ritual?

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan perspektif antropologis untuk menjelaskan fenomena yang tersaji, khususnya antropologi pertunjukan. Terkait dengan hal tersebut, maka data utama penelitian ini adalah tindakan yang terekam oleh tubuh pelaku zikir dan dihadirkan dalam ruang performatif. Disinilah pendekatan fenomenologi pragmatik menjadi penting untuk menangkap bentuk-bentuk performatif yang dipergelarkan dalam praktik zikir di Kabupaten Sambas. Di perkuat dengan pendekatan Pierre Bourdieu mengenai produksi/reproduksi kultural dan identitas dari Stuart Hall, analisa disertasi ini dapat memberikan konteks yang belum diungkap dalam penelitian-penelitian lain, terkait dengan zikir ataupun ruang performatifnya. Data yang tersaji didapatkan melalui proses observasi dan wawancara kemudian dianalisis menggunakan model analisis LeComte dan Schensul. Proses analisis data dilakukan dalam dua tahap yakni saat berada di lokasi penelitian (in the field) dan saat berada di luar lokasi penelitian (out of the field) lalu kemudian melakukan interpretasi.

Temuan dari penelitian ini adalah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian yang dirumuskan dalam tujuan penelitian. Pertama, bahwa performativitas zikir ini menampilkan representasi kultural melalui tubuh pelaku zikir dan representasi struktural. Kedua bahwa pengarusutamaan performatif dalam praktik zikir adalah untuk melanggengkan struktur sosial baik dengan menggunakan metafora kota dan desa ataupun dengan menggunakan klasifikasi atas dan bawah. Ketiga adalah performativitas zikir ini juga menjadi cara bagi masyarakat Sambas untuk melakukan refleksi atas identitas sebagai orang Melayu Sambas.

This research examines the performativity of dhikr from the Sambas Malay community in West Kalimantan. This dhikr is a local term for the practice of reading barzanji, srakal, or syariful anam which comes from the book Majmu'ah Maulid syariful anam. This distinction in pronunciation is mainly followed by differences in songs that are characteristic of Malay Sambas so that in reading practice one can clearly distinguish between Sambas dhikr and Barzani, srakal, or syariful anam. This strengthening of performativity is not only related to the aesthetic expression of the Sambas Malay community but also indicates the strengthening of the social structure and identity of the Sambas Malay community which is manifested in the form of artistic and dramatic dominations. Departing from this, the author assumes that reciting dhikr or similar things is not just to fulfill cultural needs or religious guidance, but rather is played for purposes outside religion and culture. The formulation of the research problem is why do the Sambas Malays prioritize performativity when reciting dhikr in ritual and non-ritual spaces?

This research is qualitative research that uses an anthropological perspective to explain the phenomena presented, especially the anthropology of performance. In this regard, the main data of this research are the actions recorded by the body of the dhikr performer and presented in the performative arena. This is where a pragmatic phenomenological approach becomes important to capture the performative forms that are carried out in the practice of dhikr in Sambas Regency. Strengthened by Pierre Bourdieu's approach to cultural production/reproduction, this dissertation analysis can provide context that has not been revealed in other studies, related to dhikr or arenas. The data presented was obtained through a process of observation and interviews and then analyzed using the LeComte and Schensul analysis model. The data analysis process is carried out in two stages, namely when at the research location (in the field) and when outside the research location (out of the field) and then interpreting.

The findings from this research are answers to the research questions formulated in the research objectives. First, the performativity of dhikr displays cultural representations through the body of the performer of dhikr and structural representations. Second, performative mainstreaming in the practice of remembrance is to perpetuate the social structure either by using city and village metaphors or by using upper and lower classifications. Third, the performativity of this remembrance is also a way for the Sambas people to reflect on their identity as Sambas Malays.

Kata Kunci : Performativity, performative arena, dzikir nazam, social structure reproduction, Melayu Sambas.