Laporkan Masalah

Kridosono Sports Garden dengan Pendekatan Arsitektur Simbiosis di Kotabaru, Yogyakarta

MUCHAMMAD ABIYAFI PRABAKTI, Dr. Dyah Titisari Widyastuti, S.T., MUDD.

2024 | Skripsi | ARSITEKTUR

Sebagai pusat dari Kelurahan Kotabaru yang menganut sistem garden city sebagai sistem tata kotanya, Kridosono mempunyai banyak nilai sejarah di dalamnya. Sebuah area taman yang dilengkapi dengan fasilitas olahraga tersebut dibangun pada zaman kolonial sebagai sarana pendukung kawasan untuk mewadahi kebutuhan rekreasi dan olahraga orang-orang Eropa yang tinggal di Kotabaru. Sayangnya, seiring dengan perkembangan zaman, fungsi Kridosono sebagai ruang komunal masyarakat mulai memudar dengan adanya tembok tinggi yang mengitari kawasan ini memberikan kesan eksklusif dan tidak bisa diakses secara bebas. Selain itu, perkembangan fungsi lainnya (olahraga dan kuliner) juga bersifat sangat dinamis sehingga perkembangannya tidak tertata dan terencana dengan baik. Dari permasalahan tersebut, muncul keinginan untuk mengembalikan fungsi utama Kridosono sebagai ruang terbuka yang bebas diakses oleh publik, tetapi tetap mampu mengakomodasi fungsi barunya (olahraga dan kuliner). Arsitektur simbiosis merupakan metode pendekatan yang cocok untuk merealisasikan keinginan tersebut. Arsitektur simbiosis adalah suatu pendekatan yang memadukan dua nilai budaya yang berbeda tetapi tetap mempertahankan nilai asli masing-masing budaya melalui sebuah ruang antara. Dengan begitu, keinginan untuk mengembalikan fungsi awal Kridosono sebagai taman (elemen sejarah) dan fungsi yang dimiliki sekarang (elemen masa kini) dapat direalisasikan.

As the central hub of the Kotabaru sub-district, Kridosono holds significant historical value as it adheres to the garden city system for urban planning. During the colonial era, a park area equipped with sports facilities was constructed to cater to the recreational and sports needs of European residents in Kotabaru. However, over time, Kridosono's role as a communal space has diminished, largely due to the imposing high walls that surround it, creating an exclusive and inaccessible impression. Furthermore, the development of other functions, such as sports and culinary activities, has been dynamic, leading to disorganized and unplanned growth. Recognizing these challenges, there is a growing desire to restore Kridosono's primary function as an open space accessible to the public while also accommodating its new functions, such as sports and culinary activities. Symbiotic architecture emerges as a suitable approach to realizing this goal. It seamlessly blends two different cultural values while preserving the original essence of each culture through an intermediary space. In this manner, the aspiration to restore Kridosono's original function as a park, representing its historical element, and incorporate its current functions, as a present element, can be achieved.

Kata Kunci : Kridosono, arsitektur simbiosis, taman olahraga

  1. S1-2024-460106-abstract.pdf  
  2. S1-2024-460106-bibliography.pdf  
  3. S1-2024-460106-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2024-460106-title.pdf