Membajak Ruang, Menciptakan Kesenjangan: Konversi dan Kapitalisasi dalam Pembangunan Pantai Indah Kapuk II di Teluknaga, Tangerang Kabupaten
Gilang Ramadhan, Bayu Dardias Kurniadi, S.IP, M.A, M.Pub.Pol, Ph.D
2024 | Tesis | S2 Ilmu Politik
Pembangunan
kawasan “kota mandiri” secara gradual memapankan proses konversi dan kapitalisasi ruang
di Jabodetabek dalam logika profitabilitas, eksklusifitas dan privatisasi
ruang. Transformasi geografis yang dipusatkan guna menciptakan valuasi ekonomi
baru, tidak hanya membentuk saturasi ruang yang semakin eksklusif, tetapi juga
menghadirkan sedemikian kompleksitas permasalahan—khususnya menguatnya aras
disposisi ruang sebagai konsekuensi dari dominannya proses tersebut. Secara
mendalam, problem ini berakar dari dominannya paradigma neoliberalisme yang
menjadi kerangka pembentukan kebijakan tata ruang—di mana pemberian mandatoris
kepada sektor privat untuk membangun infrastruktur perkotaan cenderung
mengedepankan sisi utilitas—ketimbang menjadikannya sebagai instrumen untuk
menghadirkan “keadilan atas ruang”.
Artikel
ini mencoba membingkai relasi kuasa yang beroperasi dalam proses pembangunan
“kota mandiri” dalam contoh kasus pembangunan kawasan eksklusif Pantai Indah
Kapuk II di Teluk Naga, Tangerang Kabupaten. Dengan mengadaptasi teori accumulation by dispossession sekaligus
menggunakan kerangka metodologi deskriptif-fenomenologis, maka dari itu
pertanyaan dari penelitian ini adalah bagaimana proses konversi dan kapitalisasi pembangunan Pantai Indah Kapuk II dalam
instrumentasi accumulation by
dispossession? Uraian ini menekankan pada adanya proses
kapitalisasi ruang yang dilakukan oleh sektor privat secara serampang dan
ekspansif guna menciptakan kantung akumulasi baru. Hal tersebut menimbulkan
kesan degeneratif atas dinamika penciptaan ruang, dengan berbagai wujud fisik
atas pembangunannya, menghadirkan skenario disposisi ruang dalam manifestasi
penggusuran guna memperbesar ruang.
Dua
hal yang menjadi fokus dari studi ini: pertama,
mengilustrasikan proses konversi dan kapitalisasi ruang yang terjadi dalam impak
akumulatif dari pembangunan PIK II tidak dapat dilepaskan dari upaya
kapitalisme dalam mengekspansi dan menguatkan kontrol atas ruang dalam arti “disposal lands”; kedua, penciptaan kawasan “kota mandiri” menimbulkan proses
ketidakstabilan pembangunan (uneven
development) akibat penetrasi kapital dalam membentuk ruang eksklusif
menguatkan sisi disparitas sosial. Penelitian ini secara singkat, menyimpulkan
bahwa semakin tinggi kapital melakukan ekspansi dan kontrol atas ruang, maka
semakin besar proses disposisi yang hadir. Implikasi dari hal tersebut,
sekaligus menjelaskan bahwa aspek ketidakadilan atas ruang menjadi satu hal
yang hilang dalam perbincangan mengenai modernisasi ruang. Bentuk ekspansi yang
bergerak lewat logika kapitalisme di kasus pembangunan PIK II dalam berbagai
manifestasi dan wujud dari infrastruktur fisiknya, merupakan cerminan di mana
pembentukan kota di pesisir utara tidak dapat dilepaskan dari bentuk-bentuk
penggusuran, penindasan dan modifikasi-kapitalisasi nilai yang dituangkan dalam arus
pertumbuhan “kota mandiri” sebagai basis penguasaan ruang.
The
development of the “township” area gradually established the process of
conversion and capitalization of space in Jabodetabek in the logic of
profitability, exclusivity and privatization of space. Geographical
transformations that are centralized to create new economic valuations, not
only form an increasingly exclusive saturation of space, but also present such
a complexity of problems - especially the strengthening of spatial disposition
as a consequence of the dominant process. In depth, this problem stems from the
dominant neoliberalism paradigm that serves as the framework for spatial policy
formation-where mandating the private sector to build urban infrastructure
tends to prioritize utility-rather than making it an instrument to bring
“justice to space”.
This
article tries to frame the power relations that operate in the process of
building an “independent city” in the case of the development of the exclusive
area of Pantai Indah Kapuk II in Teluk Naga, Tangerang Regency. By adapting the
theory of accumulation by dispossession as well as using a
descriptive-phenomenological methodological framework, the question of this
research is how is the process of conversion and capitalization of the
development of Pantai Indah Kapuk II in the instrumentation of accumulation by
dispossession? This description emphasizes the process of capitalization of
space carried out by the private sector in an easy and expansive manner to
create new accumulation pockets. This creates a degenerative impression of the
dynamics of space creation, with various physical forms of development,
presenting a scenario of space disposition in the manifestation of eviction to
enlarge space.
Two
things are the focus of this study: first, illustrating the process of
conversion and capitalization of space that occurs in the accumulative impact
of the development of PIK II cannot be separated from the efforts of capitalism
in expanding and strengthening control over space in the sense of “disposal
lands”; second, the creation of an “independent city” area creates a process of
development instability due to the penetration of capital in shaping exclusive
space to strengthen the side of social disparity. This research briefly
concludes that the higher capital expands and controls space, the greater the
process of disposition that is present. The implication of this, as well as
explaining that the aspect of injustice over space is one thing that is missing
in the discussion about the modernization of space. The form of expansion that
moves through the logic of capitalism in the case of the construction of PIK II
in various manifestations and forms of physical infrastructure, is a reflection
of where the formation of cities on the north coast cannot be separated from
forms of eviction, oppression and modification-capitalization of values that
are poured into the growth of “independent cities” as a basis for control of
space.
Kata Kunci : ABD, Konversi dan Kapitalisasi, Ruang, Kapitalisme, Kota