Laporkan Masalah

Pertaruhan Modal Sutradara Film Pada Ranah Bioskop Dan Festival : Praktik Artistik Riri Riza

Lucia Ratnaningdyah Setyowati, Dr. G.R. Lono Lastoro Simatupang, M.A. ; Dr. Budi Irawanto, S.I.P., M. A.

2024 | Disertasi | S3 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa

Sebuah fenomena yang menarik ketika film yang laris di bioskop ternyata tidak selalu identik dengan film yang memenangkan penghargaan di festival. Penelitian ini mengkaji apakah sutradara melakukan praktik artistik yang berbeda terhadap film yang kemudian laris di bioskop dan terhadap film yang kemudian memenangkan penghargaan di festival. Riset ini penting dilakukan untuk mengkaji strategi yang mungkin dilakukan sutradara dengan segala kondisinya untuk berjuang pada situasi tertentu. Sutradara Riri Riza menjadi studi kasus pada penelitian ini karena merupakan sutradara yang mempuyai film-film yang eksis baik pada Ranah Bioskop maupun pada Ranah Festival dengan komposisi angka tertinggi pada jumlah penonton filmnya di bioskop serta jumlah penghargaan di Festival. Film Laskar Pelangi (2008) dipilih sebagai film di Ranah Bioskop karena merupakan film dari Sutradara Riri Riza yang memperoleh jumlah penonton terbanyak. Film Athirah (2016) dipilih sebagai film di Ranah Festival karena merupakan film karya Sutradara Riri Riza yang meraih penghargaan terbanyak di Festival (dalam hal ini Festival Film Indonesia). Sedangkan Film Ada Apa Dengan Cinta 2 (2016) terpilih karena merupakan karya Sutradara Riri Riza yang selain mendapatkan jumlah penonton yang cukup banyak juga meraih lumayan banyak penghargaan festival.

Metode kualitatif dengan kajian artistik melalui aspek naratif dan sinematik dengan sebagian besar merujuk pada teori form film David Bordwell diterapkan an untuk mengkaji praktik artistik sutradara yang kemudian dibaca melalui perspektif Teori Praktik Pierre Bourdieu dalam formula P = (HxM) + R, dengan H = habitus, M, Modal, R = ranah. Dalam formula tersebut Sebuah Praktik, dalam hal ini Praktik Artistik sutradara film dibentuk dari habitus dan pilihan modal-modalnya yang dipertaruhkan dalam ranah perjuangan yang dimasukinya. 

Hasil yang didapat menunjukkan bahwa dalam habitus yang relatif sama sutradara melakukan praktik yang berbeda dengan mengelola komposisi modal yang berbeda untuk berjuang di ranah yang berbeda. Untuk meraih kemenangan pada kedua ranah sekaligus, sutradara pun melakukan kombinasi praktik. Temuan menarik didapatkan dalam penelitian ini pertama, bahwa sutradara ternyata mempunyai intensi yang mengawali dan kemudian mewarnai wujud praktiknya, yang tidak terakomodir dalam formula Teori Praktik Bourdieu. Temuan kedua mencatat bahwa dalam praktik ekranisasi film, terdapat modal yang tidak termuat dalam kategori modal Bourdieu, yaitu modal sumber material. Temuan pertama merekomendasikan menambahkan elemen intensi pada formula praktik Bourdieu sehingga menjadi (H x I x M) + R.

It is an interesting phenomenon when films that are watched by many people or sell well in cinemas are not always identical to films that win awards at festivals. This research tries to examine whether directors carry out different artistic practices for films that later sell well in cinemas and films that later win awards at festivals. This research is important to examine strategies that directors might use under all conditions to struggle in certain situations. Director Riri Riza is the case study in this research because he is a director who has films that exist both in the cinema domain and in the festival domain with the highest composition figures for the number of viewers of his films in cinemas and the number of awards at festivals. The film Laskar Pelangi (2008) was chosen as the film in the Cinema Field because it was the film from Director Riri Riza that received the largest number of viewers. The film Athirah (2016) was chosen as a film at the Festival Field because it is a film by Director Riri Riza that won the most awards at the Festival (in this case Festival Film Indonesia). Meanwhile, the film Ada Apa Dengan Cinta 2 (2016) was chosen because it is the work of Director Riri Riza, which apart from getting quite a large number of viewers, also won quite a lot of festival awards.

Qualitative methods with artistic studies through narrative aspects which include plot, premise, character, and conflict as well as cinematic aspects to support narrative delivery, which mostly refers to David Bordwell's theory of film form, were carried out to examine the director's artistic practice which was then read through the perspective of Pierre Bourdieu's Theory of Practice. 

The results obtained show that in relatively the same habitus directors carry out different practices by managing different compositions of capital to struggle in different domains. To achieve victory in both domains at once, the director also uses a combination of practices. An interesting finding was obtained in this research that directors have intentions in each of their practices, which are not accommodated in Bourdieu's Practice Theory. These findings contribute to criticism of Bourdieu's theory on the possibility of developing practical elements. 

Kata Kunci : Praktik Artistik, Sutradara Film, Bourdieu, Naratif, Sinematik, Riri Riza.

  1. S3-2024-420510-abstract.pdf  
  2. S3-2024-420510-bibliography.pdf  
  3. S3-2024-420510-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2024-420510-title.pdf