KERAGAMAN DAN INFORMALITAS SEBAGAI DASAR KEBERLANJUTAN PONDOK BORO KAMPUNG SUMENEBAN, SEMARANG

Fika Annisa' Sholihah, Ardhya Nareswari, ST., MT., Ph.D

2024 | Tesis | S2 Teknik Arsitektur

Pondok Boro Kampung Sumeneban merupakan hunian buruh berpenghasilan rendah yang dikelola oleh pihak swasta di Kota Semarang. Hunian ini bukan hanya menjadi tempat tinggal bagi para perantau yang bekerja di sektor informal, tetapi juga menjadi rumah kedua bagi mereka untuk mengembangkan kehidupan dalam kurun waktu yang panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan karakteristik Pondok Boro sebagai penyedia hunian bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Kota Semarang.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan induktif. Melalui metode ini, berbagai fenomena yang terjadi di lapangan dapat diidentifikasi secara mendalam. Penelitian dimulai dengan ketertarikan pada bangunan yang digunakan sebagai hunian buruh pekerja informal di kompleks pasar Johar, yang memiliki kapasitas mencapai 300 penghuni. Bangunan yang sudah ada sejak tahun 1827, merupakan hunian termurah di Kota Semarang. Proses penelitian melibatkan observasi lapangan, wawancara dengan informan, dan grand tour untuk mengidentifikasi karakteristik objek penelitian. Klasifikasi pada penelitian ini dilakukan berdasarkan 5 unit amatan dan 17 sub unit amatan sehingga menghasilkan 5 tema. Dalam melakukan analisis tema-tema tersebut diurakan sehingga mendapatkan 2 temuan yang dibahas lebih mendalam. Kemudian dari hasil temuan dilakukan dialog dengan penelitian dan teori yang relevan untuk menegaskan karakter Pondok Boro.

Dari 5 unit amatan lingkungan kelurahan Kauman, Sejarah Pondok Boro, Bangunan Pondok Boro, sistem pengelolaan Pondok Boro dan penghuni Pondok Boro menghasilkan 5 tema yaitu hunian strategis di pusat kota, kebutuhan hunian MBR, fleksibilitas Pondok Boro, sistem pengelolaan hunian, keragaman dan interkasi sosial penghuni. Dari uraian tema-tema tersebut diperoleh temuan keragaman dan informalitas yang dibahas lebih lanjut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pondok Boro sebagai penyedia hunian di kawasan strategis dan permukiman padat memiliki dua tipe hunian, yaitu 'Los' dan 'Kamaran', dengan segmen pasar pekerja informal berpenghasilan rendah. Hunian ini memiliki keterkaitan yang kuat dengan lingkungan sekitar, meskipun fasilitas yang tersedia minim dan kondisi bangunan kurang memadai. Penghuni dan pengelola melakukan berbagai perubahan ruang untuk menciptakan kenyamanan hunian. Keragaman budaya yang terlihat dari asal daerah para penghuni serta relasi sosial antara penghuni, pengelola, dan masyarakat setempat menjadi kekuatan sosial yang menjaga keberlanjutan Pondok Boro. Hubungan yang terjalin ini menciptakan kenyamanan dan rasa memiliki yang berbeda dibandingkan dengan hunian lainnya.

Penelitian ini secara teoritis dapat menambah khazanah keilmuan terkait masalah hunian bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah dan lebih lanjut untuk mendorong penelitian berikutnya dan memberikan rekomendasi praktis sebagai salah satu bahan kajian dalam menyelesaikan persoalan hunian bagi buruh berpenghasilan rendah di Kota Semarang. Dengan memahami peran keragaman dan informalitas, strategi yang lebih efektif dapat dikembangkan untuk mendukung keberlanjutan hunian sejenis Pondok Boro Kampung Sumeneban di masa mendatang.

Pondok Boro Kampung Sumeneban is a residence for low-income workers managed by the private sector in Semarang City. This residence is not only a place to live for migrants who work in the informal sector, but also a second home for them to develop their lives over a long period of time. This research aims to identify and describe the characteristics of Pondok Boro as a provider of housing for low-income communities in Semarang City.

This research uses a qualitative descriptive method with an inductive approach. Through this method, various phenomena that occur in the field can be identified in depth. The research began with interest in the building used as a residence for informal workers in the Johar market complex, which has a capacity of up to 300 residents. This building, which has existed since 1827, is the cheapest residence in the city of Semarang. The research process involves field observations, interviews with informants, and a grand tour to identify the characteristics of the research object. Classification in this research was carried out based on 5 observation units and 17 observation sub-units, resulting in 5 themes. In carrying out the analysis these themes were broken down to obtain 2 findings which were discussed in more depth. Then, from the findings, a dialogue was carried out with relevant research and theory to emphasize the character of Pondok Boro.

From the 5 environmental observation units in Kauman sub-district, the history of Pondok Boro, the Pondok Boro building, the management system of Pondok Boro and the residents of Pondok Boro resulted in 5 themes, namely strategic housing in the city center, the need for low-income housing, the flexibility of Pondok Boro, the residential management system, diversity and social interaction. residents. From the description of these themes, findings of diversity and informality were obtained which were discussed further. The research results show that Pondok Boro as a housing provider in strategic areas and dense settlements has two types of housing, namely 'Los' and 'Kamaran', with a market segment of low-income informal workers. This residence has a strong connection with the surrounding environment, even though the facilities available are minimal and the condition of the building is inadequate. Residents and managers have made various changes to the space to create residential comfort. The cultural diversity that can be seen from the area of ??origin of the residents as well as the social relations between residents, managers and the local community are the social forces that maintain the sustainability of Pondok Boro. This relationship creates comfort and a sense of belonging that is different compared to other residences.

This research can theoretically add to the body of knowledge related to housing problems for low-income communities and further encourage further research and provide practical recommendations as a study material in resolving housing problems for low-income workers in the city of Semarang. By understanding the role of diversity and informality, more effective strategies can be developed to support the sustainability of residences like Pondok Boro Kampung Sumeneban in the future.

Kata Kunci : Pondok Boro, Karakteristik, Hunian, Buruh.