FANTREPRENEUR ONLYFANS DAN PERKEMBANGAN SEKSUALITAS DI ERA KAPITALISME (Studi Fenomenologi Tubuh Konten Kreator OnlyFans Bali)
Tri Nawangsari, Yulida Pangastuti, S.Sos., M.Soc.Sci., Ph.D.
2024 | Tesis | S2 Sosiologi
OnlyFans memfasilitasi aktivitas monetisasi konten seksual bagi konten kreator menampilkan penaklukan aktivitas seks kembali diarahkan pada kemenangan ekonomi melalui ekonomi bisnis dan perdagangan. Meninjau narasi dari tiga konten kreator OnlyFans di Bali, ditemukan gagasan spesifik yang memadukan dinamika mikro dan makro mendukung produksi identitas fantrepreneur OnlyFans. Penggunaan fenomenologi secara ilmiah menggambarkan fantrepreneur memanfaatkan pemahaman reflektif tentang tubuh yang menyediakan konten-konten seksual didasarkan pada pemilihan pengetahuan dan kondisi tertentu. Kompleksitas pengalaman fantrepreneur OnlyFans seakan-akan menampilkan ilusi atas pemberdayaan dikarenakan masih mengalami eksploitasi dengan menempati ruang digital OnlyFans. Apalagi yang menguatkan wacana di masyarakat tentang fantrepreneur OnlyFans dan konten seksnya diasosiasikan sebagai pekerja seks serta pelaku kejahatan moral. Meskipun stigma kejahatan moral masih mencerminkan wacana dominan, masih ditanggapi fantrepreneur OnlyFans yang memproduksi konten seksual sebagai ekspresi dan penangkal bagi masyarakat yang subversif melalui strategi-strategi yaitu: 1) Melawan stigma-berbasis stigma 2) Tindakan superior sebagai wirausahawan baru 3) Kepercayaan diri 4) Produksi keintiman tertentu 5) Identitas Ganda, sebagai kekuasaan level individu yang melarutkan ruang digital dan ruang nyata untuk menolak stigma pekerja seks.
OnlyFans facilities sexual content monetization activities for content creators, who see the conquest of sexual activity directed towards economic victory through business and trade. When riviewing the narratives of three OnlyFans conten creators in Bali, the researcher found spesific ideas that combine micro and macro dynamic to support the production of fantrepreneur identities on OnlyFans. The scientific use phenomenology illustrates how this fantrepreneur begin to utilize a reflective understanding of the body when providing sexual content, which turn out to be based on certain choices knowladges and conditions. The complexity of the OnlyFans fantrepreneur's experience present various strategis such as empowerment, but they also experience exploitation when choosing to occupy digital space. Moreover, what strengthens the discourse in society about OnlyFans fantrepreneurs, who provide sexual content, is that they are associated as sex workers who commit moral crimes. Althought the stigma of moral crimes still reflect the dominant discourse, it is responded to again by OnlyFans fantrepreneurs who produce sexual content asan expression and antidote to subversive society through strategies, namely: 1) Fighting stigma-based stigma 2) Superior action as new entrepreneur 3) Trust- self 4) Prodution of certain intimacies 5) Dual identity, as individual level power that dissolvesĀ digital space and real space to reject the stigma of sex work.
Kata Kunci : OnlyFans, Seksualitas, Fenomenologi Tubuh, Fantrepreneur, Kekuasaan