Indigenous Feminism: Ammatoan Women's Roles in Adat Structure of Kajang, South Sulawesi

Zulfikarni Bakri, Dr. Samsul Maarif; Dr. Yuyun Sri Wahyuni

2024 | Tesis | S2 Agama dan Lintas Budaya

Diskriminasi terhadap perempuan adat di Indonesia masih terjadi di berbagai tingkatan, baik diskriminasi berasal dari negara maupun di dalam struktur adat mereka sendiri karena sistem patriarki. Di sisi lain, perempuan adat juga dipandang sebagai agen perubahan dan juga pelindung hutan sebagai sumber penghidupan masyarakat. Penelitian ini mengkaji interseksionalitas isu perempuan adat Ammatoa, struktur adat, dan agensi perempuan. Dengan menggunakan kerangka teori indigenous feminism oleh Joyce Green (2007), penelitian ini menyelidiki peran gender dalam struktur politik, sosial, dan budaya adat melalui agensi perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan dan memberikan wawasan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan: Bagaimana struktur dan praktik-praktik masyarakat adat Ammatoa membentuk relasi gender di dalam komunitas? Bagaimana agensi dan peran perempuan yang kompleks mentransformasi makna dan fungsi hutan adat? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, studi ini dilakukan melalui penelitian etnografi pada Desember 2023 hingga Februari 2024 di masyarakat adat Ammatoa, Sulawesi Selatan, Indonesia. Penelitian ini menunjukkan bahwa, pertama, pembagian peran gender di ranah publik dan privat dalam struktur adat menjadi penyebab diskriminasi interseksional. Tatanan gender dalam struktur adat tidak bersifat monolitik, tetapi kompleks dan interseksional, atau saling mempengaruhi satu sama lain. Kedua, desentralisasi struktur melalui agensi memungkinkan perempuan adat untuk secara mandiri mengidentifikasi diri mereka sendiri melalui praktik dan ritual keseharian yang telah terangkum dalam kearifan lokal

Discrimination against indigenous women in Indonesia persist on many levels, originating from the state as well as within their own adat structures due to the patriarchal system in the customary structure. Meanwhile indigenous women were also viewed as agents of change as well as protectors of the forest for a source of subsistence for the community. This study examines the intersectionality of the Ammatoan indigenous women's issue, adat or customary structures and women's agency. Using an indigenous feminist framework by  Joyce Green (2007), this study investigates gender roles within customary political, social, and cultural structures through the woman agency. This study aims to address issue and provide insights by answering questions: How do the structures and practices of the Ammatoan indigenous communities shape gender relations within the community? How do women's complex agencies and roles transform the meaning and the function of adat forest? To achieve this, this study was conducted through ethnographic research in December 2023 to February 2024 in the Ammatoan community, South Sulawesi, Indonesia. This study demonstrate that, first, the devision of gender roles in the public and private spheres in the customary structure is the cause of intersectional discrimination. Gender order in the customary structure is not monolithic, but complex and intersectional, or mutually influences each other. Second, decentralizing the structure through agency allows indigenous women to independently identify themselves through daily practices and rituals that have been embodies in local wisdom. 

Kata Kunci : Adat structure, women’s roles, indigenous Ammatoan community, indigenous feminism