Laporkan Masalah

Demaskulinisasi Tembakau: Menelisik Agensi Perempuan dalam Ritual, Budidaya, Ekonomi, dan Rumah Tangga Petani Tembakau

Laillia Dhiah Indriani, Dr. Arifah Rahmawati

2024 | Tesis | S2 Kajian Budaya dan Media

Penelitian ini akan melakukan upaya  tembakau. Demaskulinisasi tembakau yang dimaksud pada penelitian ini ialah upaya mendobrak wacana maskulinitas tembakau yang telah memarjinalisasikan bahkan menghilangkan kontribusi perempuan dalam wacana besar tembakau. Padahal, kontribusi perempuan dalam dunia tembakau sangat besar, baik dalam ritual, budidaya, ekonomi, maupun rumah tangga. Namun, semua itu seolah tidak ada artinya akibat wacana besar maskulinitas tembakau.  Demaskulinisasi tembakau ini akan dilakukan dengan cara menunjukkan eksistensi dan peran perempuan dalam  ritual, budidaya, ekonomi, dan rumah tangga petani tembakau. Lebih lanjut, penelitian ini juga akan melihat agensi perempuan petani tembakau di Temanggung yang selama ini hidup di tengah dominasi maskulinitas. Dengan begitu, pembaca akan lebih paham bahwa tembakau bukan tentang laki-laki saja, dan demaskulinisasi tembakau adalah sesuatu yang sudah sangat mendesak untuk segera dilakukan. Adapun untuk mewujudkan hal tersebut, penelitian ini menggunakan metodologi analisis wacana kritis Ruth Wodak atau yang biasa disebut pula dengan Discourse Historycal Approch. Untuk membantu analisis data, penelitian ini disusun menggunakan kombinasi keranga teori yakni teori Dominasi Maskulinitas dari Pierre Bourdieu, Ekofeminisme Vandana Shiva, dan Agensi Perempuan dari Chandra Talpade Mohanty. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan dalam wacana tembakau memiliki peran yang sangat besar. Baik dalam sektor publik maupun privat (rumah tangga). Keterampilan perempuan dalam dunia tembakau, tidak kalah dengan laki-laki. Bahkan peran perempuan dalam keluarga petani tembakau lebih besar, karena tidak hanya mengurus tembakau, namun juga mengurus urusan domestik. Oleh karena itu, kurang tepat jika tembakau dikatakan sebagai simbol maskulinitas dan hanya tentang laki-laki. Sebab, dalam prosesnya tembakau sangat dekat dengan perempuan. Upaya demaskulinisasi ini merupakan proyek jangka panjang yang harus melibatkan berbagai kalangan dan dimulai sesegera mungkin dari sektor terdekat. Demaskulinisasi tembakau harus dimulai dari merekonstruksi atau membuat ulang sejarah tentang tembakau yang lebih ramah perempuan.

This research will attempt to demasculinate tobacco. The demasculinisation of tobacco is an effort to break the discourse of tobacco masculinity that has marginalised and even eliminated the contribution of women in a big discourse of tobacco. In fact, the contribution of women in the tobacco world is enormous both in ritual, cultivation, economy, and the household. However, it all seems meaningless due to the big discourse of tobacco masculinity. The demasculinisation of tobacco will be done by showing the existence and role of women in tobacco rituals, cultivation, economy, and household. Furthermore, this research will also look at the agency of women tobacco farmers in Temanggung who have been living amidst the domination of masculinity. Thus, readers will better understand that tobacco is not just about man and that demasculinising tobacco is something that urgently needs to be done. To realise this, this research use Critical Discourse Analysis methodology from Ruth Wodak or what is also known as Discourse Historical Approach.  In order to analyse the data, this research is structured using a combination of theoretical frameworks, namely masculinity domination by Pierre Bourdieu, ecofeminism by Vandana Shiva, and women agency by Chandra Talpade Mohanty. The results of this study show that women in tobacco discourse have very large role. Both in the public and private (household) sectors. Women’s skills in the tobacco world are not inferior to those of man. In fact, the role of women in tobacco farming families is greater, as they not only take care of tobacco, but also take care of domestic affairs. Therefore, it is inaccurate if tobacco is said to be a symbol of masculinity and only about men. This is because, in the process, tobacco is very close to women. This demasculinisation effort is a long-term project that must involve various groups and start as soon as possible from the closest sector. Tobacco demasculinisation must start by reconstructing or remaking the history of tobacco in a way that is more women-friendly.

Kata Kunci : Demaskulinisasi, Dominasi Maskulinitas, Tembakau, Agensi Perempuan, Temanggung

  1. S2-2024-495523-abstract.pdf  
  2. S2-2024-495523-bibliography.pdf  
  3. S2-2024-495523-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2024-495523-title.pdf