Laporkan Masalah

STRATEGI BERSAING PT SCC SEBAGAI PENYEDIA KOMPUTASI AWAN DI INDUSTRI TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI

Ibnu Saputra, Dr. R. Mahelan Prabantarikso, SE., Ak, MM, CWM, CERG, CHRM

2024 | Tesis | S2 MANAJEMEN (MM) JAKARTA

Industri Teknologi Informasi dan Komunikasi di Indonesia mengalami pertumbuhan, menurut data dari Badan Pusat Statistik Industri ini berkontribusi sebesar 6% pada tahun 2020 dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Pertumbuhan ini didukung besarnya pengguna Internet, pemilik ponsel dan pengguna sosial media yang mencapai 70?ri total populasi di Indonesia. Peran penting dari penggunaan komputasi awan sebagai infrastruktur dalam menjalankan berbagai jenis layanan digitalisasi. Potensi nilai pasar komputasi awan di Indonesia hingga 2025 akan mencapai nilai $1,4 miliar, market ini masih didominasi oleh perusahaan Amazon Web Service (AWS) sebesar 38?ri total pasar. Pelopor penyedia layanan komputasi awan di Indonesia adalah PT. SCC yang saat ini hanya mampu mencatatkan penjualan komputasi awan sebesar 4% di tahun 2022 dari total pasar yang ada, kecilnya pangsa pasar yang diperoleh PT. SCC menuntut untuk menerapkan strategi bersaing agar dapat menjadi pemimpin pasar komputasi awan di industri TIK.

Dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan mengidentifikasi faktor lingkungan eksternal dan internal, mengindentifikasi posisi perusahaan dan memformulasikan strategi yang tepat sehingga dapat bersaing di subsektor komputasi awan. Data yang diperoleh berasal dari data primer bersumber dari wawancara dengan informan kunci PT. SCC dan sekunder berasal dari halaman web, profil perusahaan, data internal dan eksternal. Analisis faktor lingkungan eksternal dengan PESTEL, Five Forces Porter dan key success factors, untuk faktor internal menggunakan VRIO.

Selanjutnya diolah dengan Matriks EFE, IFE dan untuk mengetahui posisi perusahaan menggunakan Matriks IE lalu memformulasikan strategi dengan menggunakan QSPM. Hasil identifikasi lingkungan eksternal adanya peluang besar yakni potensi transaksi layanan sebesar $1,4 milliar, ancaman terbesarnya adalah persaingan antar perusahaan dan kondisi internal perusahaan yang belum optimal. Dengan nilai EFE 2,86 (rata-rata). Faktor internal yang menjadi kekuatan adalah memiliki infrastruktur pusat data yang dikelola sendiri. Dengan nilai IFE 2,59 (rata-rata). Hasil Matriks IE menunjukkan posisi sel V yaitu pada tahap hold and maintan. Matriks SWOT diperoleh 6 strategi alternatif dan 3 strategi prioritas yang dihitung menggunakan menggunakan matriks QSPM.

The Information and Communication Technology (ICT) Industry in Indonesia has experienced growth. According to data from the Central Statistics Agency, this industry contributed 6% to the Gross Domestic Product (GDP) in 2020. This growth is supported by the high number of Internet users, mobile phone owners, and social media users, reaching 70% of the total population in Indonesia. The significant role of cloud computing as infrastructure in running various types of digital services is evident. The potential market value of cloud computing in Indonesia is projected to reach $1,4 billion by 2025, with Amazon Web Service (AWS) dominating 38% of the market share. PT. SCC is a pioneer cloud computing service provider in Indonesia, but it only captured a 4% market share in 2022. The small market share demands competitive strategies for PT. SCC to become a market leader in the ICT industry.


This research employs a qualitative approach to identify external and internal environmental factors, position the company, and formulate appropriate strategies to compete in the cloud computing subsector. Data were collected through primary sources from interviews with key informants from PT. SCC and secondary sources from websites, company profiles, internal and external data. External environmental factors were analyzed using PESTEL, Porter's Five Forces, and key success factors, while internal factors were assessed using VRIO. The data were further processed using EFE and IFE matrices to determine the company's position and formulate strategies using the IE matrix and QSPM.


The results of the external environmental analysis reveal significant opportunities, such as a transaction potential of $1,4 billion, while the main threat is intense intercompany competition and suboptimal internal conditions. The company's greatest internal strength is its self-managed data center infrastructure. The IE matrix indicates the company's position at stage V, which implies a hold and maintain strategy. The SWOT matrix generated six alternative strategies and three priority strategies, calculated using the QSPM matrix.

Kata Kunci : Strategi bersaing, Komputasi awan, Digitalisasi, Lingkungan Eksternal, Lingkungan Internal, PESTEL, Porter’s Five Forces, Key Success Factors, Matriks EFE, IFE, IE, Matriks SWOT, QSPM

  1. S2-2024-499771-abstract.pdf  
  2. S2-2024-499771-bibliography.pdf  
  3. S2-2024-499771-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2024-499771-title.pdf