Peremajaan Kawasan Pesisir Di Kelurahan Selumit Pantai Kota Tarakan
Andri Putra Naftali, Ardhya Nareswari, S.T.,M.T.,Ph.D.
2024 | Tesis | MAGISTER RANCANG KOTA
Kota Tarakan merupakan satu-satunya kota di Kalimantan Utara yang memiliki permukiman pesisir kawasan yang terletak di Kelurahan Selumit Pantai. Menurut Kajian Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP), kawasan ini termasuk kumuh yang disebabkan karena kualitas lingkungan buruk dan kekurangan infrastruktur dasar. untuk mengatasi permasalahan ini, dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi tingkat kumuh serta merumuskan strategi penanganan yang tepat.
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data melalui observasi dan wawancara. Analisis data dilakukan dengan skoring terhadap tujuh indikator kumuh, ditambah dengan pertimbangan kondisi kependudukan dan sosial ekonomi. Hasil dari analisis data digunakan untuk evaluasi kondisi bangunan, jalan lingkungan, pelayanan air bersih, drainase lingkungan, pengelolaan air limbah, pengelolaan persampahan, dan perlindungan kebakaran. Berbagai pertimbangan lain juga digunakan untuk menilai tingkat kekumuhan kawasan tersebut, sehingga dapat teridentifikasi komponen-komponen yang harus diselesaikan dalam blok kawasan tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua blok kawasan teridentifikasi sebagai kawasan kumuh dengan tingkatan sedang maupun berat. Blok kawasan yang berhadapan langsung dengan laut memiliki tingkat kekumuhan yang semakin berat karena akses terhadap infrastruktur dasar semakin sulit dengan kondisi sangat buruk. Sementara itu, blok yang lebih mengarah ke daratan memiliki tingkat kekumuhan sedang karena sebagian infrastruktur dasar kondisi baik. Terdapat beberapa blok dengan tingkat kekumuhan berat (Blok A, C, E) di mana komponen infrastruktur dasar dan sanitasi sangat buruk. Sedangkan blok dengan tingkat kekumuhan sedang (Blok B, D) menunjukkan kurangnya ketersediaan infrastruktur dasar dan sanitasi. Berdasarkan komponen tersebut, penyelesaian masalah dilakukan dengan strategi urban renewal karena strategi ini dapat memperbaiki kondisi lingkungan yang terdampak kumuh sehingga memberikan dampak positif bagi penduduk dan lingkungan sekitarnya yang meliputi revitalisasi, redevelopment, rehabilitasi, dan regenerasi Keempat strategi ini kemudian diidentifikasi kesesuaiannya dengan setiap blok klasifikasi kumuh telah di identifikasi rekomendasi Pada blok dengan tingkat kekumuhan tinggi (Blok A, C, E) fokus perbaikan komponen adalah pada perbaikan infrastruktur dasar, peningkatan sanitasi, penyediaan air bersih, dan pengelolaan sampah. Penambahan ruang hijau dan peningkatan aksesibilitas juga menjadi prioritas. Sedangkan pada blok dengan tingkat kekumuhan sedang (Blok B, D) fokus perbaikan komponen adalah pada peningkatan kondisi fisik bangunan, perbaikan jalan dan pengelolaan sampah, serta penguatan potensi sosial dan ekonomi Sehingga startegi yang tepat untuk semua blok adalah regenerasi merupakan proses menyeluruh yang melibatkan perubahan besar dalam tata ruang, sosial, ekonomi, dan lingkungan suatu area yaitu blok A nilai skor 64 (kumuh berat), Blok B nilai skor 57 (Kumuh sedang), Blok C nilai skor 60 (kumuh berat), Blok D nilai skor 57 (kumuh sedang) dan Blok E nilai skor 60 (kumuh berat) dengan demikian dari hasil klasifikasi Blok dengan nilai skor kumuh paling tinggi yaitu Blok A maka arahan rekomendasi desain yang dijadikan contoh penerapan adalah Blok A yang memiliki skor kumuh 64 termasuk dalam klasifikasi kumuh berat. arahan rekomendasi perbaikan pada Blok A dipilih karena memiliki tingkat kekumuhan paling tinggi, dengan nilai kumuh sebesar 64. Strategi regenerasi yang diterapkan di blok ini bersifat menyeluruh, melibatkan perubahan besar dalam tata ruang, sosial, ekonomi, dan lingkungan. Pendekatan ini mencakup revitalisasi, redevelopment dan rehabilitasi sebagai bagian dari upaya yang lebih holistik, Regenerasi bertujuan untuk meningkatkan kondisi kawasan kumuh secara signifikan dan berkelanjutan.
Tarakan City is the only city in North Kalimantan that has a coastal settlement area located in Selumit Pantai Village. According to the Urban Slum Prevention and Quality Improvement Plan Study (RP2KPKP), this area includes slums caused by poor environmental quality and lack of basic infrastructure. To overcome this problem, research was conducted to identify the level of slums and formulate appropriate handling strategies.
This research used data collection methods through observation and interviews. Data analysis was conducted by scoring the seven slum indicators, coupled with consideration of population and socioeconomic conditions. The results of the data analysis were used to evaluate the condition of buildings, neighborhood roads, clean water services, environmental drainage, wastewater management, solid waste management, and fire protection. Various other considerations were also used to assess the level of slumness of the area, so that components that must be resolved in the block area could be identified.
The research findings show that all blocks in the area are identified as slum areas with moderate to severe levels of slum conditions. The blocks facing the sea have increasingly severe slum conditions due to poor access to basic infrastructure. Meanwhile, the blocks closer to the mainland have moderate slum conditions because some basic infrastructure is in good condition. There are several blocks with severe slum conditions (Blocks A, C, E), where basic infrastructure and sanitation components are very poor. In contrast, blocks with moderate slum conditions (Blocks B, D) show a lack of basic infrastructure and sanitation availability. Based on these components, problem-solving is carried out with an urban renewal strategy because this strategy can improve the conditions of slum-affected environments, thereby providing positive impacts for the residents and their surroundings. This includes revitalization, redevelopment, rehabilitation, and regeneration. These four strategies are then identified for their suitability with each slum classification block. Recommendations for blocks with severe slum conditions (Blocks A, C, E) focus on improving basic infrastructure, enhancing sanitation, providing clean water, and waste management. The addition of green spaces and improving accessibility are also priorities. For blocks with moderate slum conditions (Blocks B, D), the focus is on improving the physical condition of buildings, road repairs, waste management, and strengthening social and economic potential. Thus, the appropriate strategy for all blocks is regeneration, which is a comprehensive process involving major changes in the spatial, social, economic, and environmental aspects of an area. Block A has the highest slum score with a value of 64 (severe slum), Block B has a score of 57 (moderate slum), Block C has a score of 60 (severe slum), Block D has a score of 57 (moderate slum), and Block E has a score of 60 (severe slum). Therefore, based on the classification results, Block A, with the highest slum score, is chosen as the example for design recommendations. Recommendations for improvements in Block A are chosen because it has the highest level of slum conditions, with a slum score of 64. The regeneration strategy applied to this block is comprehensive, involving major changes in spatial, social, economic, and environmental aspects. This approach includes revitalization, redevelopment, and rehabilitation as part of a more holistic effort. Regeneration aims to significantly and sustainably improve the conditions of slum areas.
Kata Kunci : Kota Tarakan, Pesisir, kumuh, Peremajaan kawasan, Strategi Regenerasi