Kesetaraan Gender Pendidikan Inklusi di Kabupaten Gunung Kidul
Akhyar Rafi'i, Dr. Ir. Siti Andarwati, S.Pt., M.P., IPM., ASEAN Eng ; Prof. Ir. Fransiskus Trisakti Haryadi, M.Si.,Ph.D.,IPM
2024 | Tesis | S2 Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan
Pendidikan sebagai strategi pembangunan berkelanjutan harus dapat diakses oleh setiap entitas subjek pembangunan. Pembangunan berbasis inklusivitas diharapkan mampu menyentuh setiap pelaku pembangunan. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melalui Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 21 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif menggagas penyelenggaraan pendidikan inklusif melalui Sekolah Inklusi. Sebagai Kota Pelajar, DIY harus menyelaraskan makna Pendidikan Inklusif yang juga berlandaskan kesetaraan gender. Kabupaten Gunung Kidul dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terendah sebesar 70,96 Selain itu, Kabupaten Gunung Kidul memiliki Indeks Pembangunan Gender (IPG) terendah dan Indeks Ketimpangan Gender (IKG) tertinggi dibandingkan kabupaten/kota lain di DIY. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana Aktivitas, Akses, Kontrol dan Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat serta Konseptualisasi Kesetaraan Gender dalam Pendidikan Inklusif di Kabupaten Gunung Kidul. Teori yang digunakan adalah teori Kekuasaan, Teori Kesetaraan Gender dan Teori Kesetaraan Sosial. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif eksploratif dengan pendekatan studi fenomonologi. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Gunung Kidul. Teknik pengumpulan data berupa observasi, in depth interview dan studi pustaka dengan jenis data primer dan sekunder. Pengujian keabsahan data melaluti triangulasi sumber, dan teknik. Analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, hingga verifikasi dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menemukan aktivitas produktif dan reproduktif masih didominasi oleh Perempuan, namun aktivitas sosial didominasi laki-laki. Akses terhadap sumberdaya dan benefit sudah bisa diakses keduanya, namun kontrol terbatas hanya bisa dilakukan laki-laki. Adanya sentralisasi kekuasaan dari orangtua, dan disentralisasi kekuasaan dari guru dan pertemanan. Faktor pendorong berupa kesempatan dalam transformasi dan rekonstruksi gender, partisipasi Perempuan dalam pendidikan, ekonomi dan politik, namun dihambat oleh majority believe norms, kelompok diskriminatif dan instrumentalisasi kebijakan. Konseptualisasi kesetaraan gender meliputi konsep dasar dan praksis gender dalam pendidikan dan masyarakat, terdapat bias dalam konsepsi gender serta disorientasi konsep pendidikan inklusi. Perlu adanya sinergitas yang multistakeholder, multiprogred, dan multisektor dalam mencapai kesetaraan gender sekolah inklusi yang ideal.
Education as a sustainable development strategy must be accessible to every development subject entity. Inclusivity-based development is expected to be able to touch every development actor. The Special Region of Yogyakarta (DIY) through the Governor of the Special Region of Yogyakarta Regulation Number 21 of 2013 concerning the Implementation of Inclusive Education initiated the implementation of inclusive education through Inclusion Schools. As a Student City, DIY must harmonize the meaning of Inclusive Education which is also based on gender equality. Gunung Kidul Regency with the lowest Human Development Index (HDI) of 70.96 In addition, Gunung Kidul Regency has the lowest Gender Development Index (IPG) and the highest Gender Inequality Index (IKG) compared to other districts/cities in Yogyakarta. The purpose of this study is to analyze how Activities, Access, Control and Factors that support and inhibit and Conceptualize Gender Equality in Inclusive Education in Gunung Kidul Regency. The theories used are Power Theory, Gender Equality Theory and Social Equality Theory. This research is an exploratory qualitative research with a phenomonological study approach. The research was carried out in Gunung Kidul Regency. Data collection techniques are in the form of observation, in depth interviews and literature studies with primary and secondary data types. Testing the validity of the data through triangulation of sources, and techniques. Data analysis includes data reduction, data presentation, to verification and conclusion drawn. The results of the study found that productive and reproductive activities are still dominated by women, but social activities are dominated by men. Access to resources and benefits can be accessed by both, but limited control can only be done by men. Adanya sentralisasi kekuasaan dari orangtua, dan disentralisasi kekuasaan dari guru dan pertemanan. The driving factors are opportunities in gender transformation and reconstruction, women's participation in education, economics and politics, but are hampered by majority belief norms, discriminatory groups and policy instrumentalization. The conceptualization of gender equality includes the basic concepts and praxis of gender in education and society, there is a bias in the conception of gender and the disorientation of the concept of inclusive education. There needs to be multi-stakeholders, multi-prograd, and multi-sector synergy in achieving gender equality in ideal inclusive schools.
Kata Kunci : Gunung Kidul, Gender Equality, Inclusive Education, Inclusive Schools