Analisis Karakteristik Pasang Surut dan Gelombang Tsunami dari Data Tide Gauge dan Buoy di Perairan Timur Jepang (Studi Kasus : Tsunami Tohoku 2011)
PASADINA DWI TATAKUN, Ir. Abdul Basith S.T., M.Si., Ph.D
2024 | Skripsi | TEKNIK GEODESI
Pasang surut dan tsunami merupakan dua fenomena alam yang memiliki dampak besar terhadap pesisir. Baik pasang surut maupun gelombang tsunami dapat diamati menggunakan instrumen tide gauge dan buoy. Kedua instrumen tersebut memiliki perbedaan pada karakteristik instrumen dan prinsip pengambilan datanya, dimana tide gauge mengukur muka air laut di pantai dan buoy mengukur muka air laut di lepas pantai. Kejadian Tsunami Tohoku yang terjadi di Perairan Timur Jepang pada tahun 2011 dipilih sebagai objek dari penelitian karena salah satu bencana tsunami yang besar dan ketersediaan data yang sangat baik. Dengan memanfaatkan instrumen tide gauge dan buoy, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana perbedaan karakteristik pasut di pantai dan lepas pantai pada saat kondisi lautan normal. Selain itu, dua data tersebut juga digunakan untuk menganalisis karakteristik gelombang tsunami dan respon alat terhadap gelombang tsunami dengan studi kasus Tsunami Tohoku 2011.
Data yang digunakan pada penelitian ini berasal dari enam buah stasiun, 3 diantaranya merupakan stasiun tide gauge yang berada di pantai sementara 3 buah lainnya merupakan stasiun buoy yang berada di lepas pantai. Data tersebut kemudian diolah berdasarkan periode analisisnya serta tujuan analisisnya. Data sebelum dan setelah tsunami diolah dengan analisis harmonik metode least squre untuk mendapatkan karakter amplitudo dan tipe pasang surutnya. Data saat tsunami diolah menggunakan Microsoft Excel dan Matlab untuk mengetahui waktu tempuh dan kecepatan gelombang tsunami. Data setelah tsunami juga diolah dengan analis harmonik metode least square untuk dapat membandingkan tipe pasang surut sebelum dan setelah kejadian tsunami.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa amplitudo konstanta harmonik di pantai lebih tinggi dibandingkan di lepas pantai karena topografi pantai yang memperkuat amplitudo gelombang. Pola amplitudo di Stasiun Kuril Island berbeda dari lima stasiun lainnya, dengan tipe pasang surut campuran condong harian tunggal, sedangkan lima stasiun lainnya memiliki tipe campuran condong harian ganda. Residu dan RMSE di pantai lebih besar karena pengaruh non-pasut yang lebih besar di area pantai. Kecepatan gelombang tsunami lebih cepat di lautan dalam dibandingkan di lautan dangkal. Karakteristik pasut baik sebelum dan setelah tsunami tidak ditemukan perbedaan. Namun, terdapat selisih tinggi muka air laut sebelum dan setelah tsunami yang cukup tinggi di area pantai.
Kata Kunci : Pasang Surut, Gelombang Tsunami, Tide Gauge, Buoy