Wacana Ketidakadilan Epistemik dan Material pada Isu Penyandang Disabilitas
YOHANES BIMA SAKTI, Drs. Imam Wahyudi, M.Hum.; Dr. Sindung Tjahyadi, M.Hum.
2024 | Skripsi | ILMU FILSAFAT
Penyandang disabilitas telah dimarginalisasi di masyarakat karena asumsi normalitas yang melingkupinya. Perubahan material sangat luas dan di mana-mana sehingga memengaruhi penyandang disabilitas. Dengan demikian, riset ini akan menganalisis problem inti ini. Dilacak dari sejarahnya, model disabilitas biomedis dan sosial dijaga untuk menjaga asumsi normalitas. Riset ini menawarkan konsep ketidakadilan epistemik dan material yang menghantui studi disabilitas.
Riset ini menggunakan metode tiga-tingkat untuk mengonstruksi domain metodologis. Dengan demikian, menghubungkan domain epistemologi dan ontologi adalah masuk akal. Ketidakadilan epistemik adalah kejahatan terhadap seseorang sebagai agen epistemik yang kredibilitas dan pengetahuan testimonialnya diabaikan karena latar belakangnya. Ketidakadilan epistemik membawa dua konsep sentral: ketidakadilan testimonial dan hermeneutis. Di sisi lain, ketidakadilan material adalah kondisi ketika fasad material inaksessibel, non-sensibel, dan tak rata sehingga menghambat sirkulasi energi-materi sehingga membuat penyandang disabilitas tidak bisa merasakan dunia.
Materialisme baru dapat menawarkan analisis mendalam untuk menguak bagaimana materialitas dunia terjalin dengan penyandang disabilitas. Terlepas dari posisi yang berlebihan dan misterius, riset ini3?4setidaknya3?4menemukan empat implikasi dari implementasi materialisme baru pada studi disabilitas. Pertama, penolakan terhadap esensi dan asumsi universalisme epistemik. Kedua, pemerintahan yang inklusif dan partisipatif diperlukan untuk memperkuat legitimasi hukum terhadap penyandang disabilitas. Ketiga, ruang inklusif (baik material dan non-material) diperlukan untuk memunculkan inklusi pada epos pascahumanisme. Keempat, ketidakadilan epistemik yang muncul di masyarakat diciptakan dari inadekuasi sistem pengetahuan terhadap penyandang disabilitas.
People with disabilities have been marginalized in society due to normality assumptions that encompass them. Material vicissitudes are ubiquitously vast and predispose people with disability. Hence, this research will analysis the core problems. Traced from its history, biomedical and social models of disability were preserved to conceive normality assumptions. This research proposes epistemic and material injustice concepts that haunt disability studies.
This research used tri-level method to constructs methodological domain. Epistemic injustice is iniquity to people as an epistemic agent whose credibility and testimonial knowledge are neglected because of their background. Epistemic injustice brings two central concepts: testimonial and hermeneutical injustice. Meanwhile, material injustice is a condition where the material facade is inaccessible, non-sensible, and uneven therefore hampering the matter-energy flow while making it impossible for people with disabilities to experience the world. New materialism can provide visceral analysis to reveal how materiality of the world is intertwined withal people with disabilities. Regardless of an exaggerated and uncanny account, this research3?4at least3?4found four implications of new materialism implementation in disability studies. First, rejection of essence and prejudice of epistemic universalism. Second, inclusive and participatory governments are needed to substantiate legal legitimacy for people with disabilities. Third, inclusive spaces are needed (both material and non-material) to emerge inclusion in posthuman epoch. Fourth, epistemic injustice that emerges in society was created by an inadequate knowledge system towards people with disabilities.
Kata Kunci : disabilitas, materialisme baru, ketidakadilan epistemik, ketidakadilan material