Saving Face: Changing China's Global Image Using Film

Rania Nuraiyni Prijono, Dr. Nur Rachmat Yuliantoro, MA(IR)

2024 | Skripsi | Ilmu Hubungan Internasional

Penggambaran Hollywood tentang Tiongkok mencerminkan sikap dan persepsi global, khususnya dari Amerika Serikat. Meskipun sentiment negatif terhadap Tiongkok meningkat, film-film laris Hollywood memasukakan unsur-unsur seperti produk, aktor, lokasi, bahasa, dan sejarah negeri tersebut. Hollywood mengrepresentasi Tiongkok secara positif. Namun, berbagai artikel penelitian dan laporan berita mengenai fenomena ini menggambarkan bagaimana Hollywood berusaha menenangkan Tiongkok demi kepentingan relasi ekonomi dan pendapatan. Di sisi lain, penyesuaian film dengan kebijakan sensor ketat Tiongkok memaksa Hollywood untuk mengikuti Tiongkok. Dengan menggunakan teori manajemen stigma oleh Rebecca Adler-Nissen, penelitian ini menguraikan bagaimana tiga film pada tahun 1997 (Seven Years in Tibet, Kundun, dan Red Corner) memaksakan stigma terhadap Tiongkok. Akibatnya, masyarakat memahami Tiongkok sebagai ancaman global (China Threat Theory) dan antagonis yang melanggar norma-norma internasional, seperti hak asasi manusia, demokrasi, dan non-agresi. Selama bertahun-tahun, masuknya Tiongkok ke dalam Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memungkinkan akses Tiongkok ke Hollywood, di negara ini mengelola stigmatisasi dengan membentuk identitas “kekuatan yang bertanggung jawab” melalui produksi bersama dengan Hollywood. Pendeknya, penelitian ini mendiseminasikan alur cerita film-film Hollywood untuk memahami bagaimana film menerapkan dan mengelola stigmatisasi Tiongkok.

Hollywood’s portrayals of the People’s Republic of China exemplify global attitudes and perceptions towards the country, especially of the U.S. Despite growing negative sentiments toward China, recent Hollywood blockbuster movies have included Chinese elements such as products, actors, location, language, and history. Thus, Hollywood is portraying China positively. However,  research articles and news reports delineate how Hollywood seeks to appease China for revenue. On the other hand, scholars argue that China’s strict censorship policies force Hollywood to depict China in a light yet false manner. By imposing Rebecca Adler-Nissen’s stigma management theory, this research outlines how three films in 1997 (Seven Years in Tibet, Kundun, and Red Corner) imposed stigma onto China. As a result, audiences understand China as an antagonist and global threat transgressing against internationalized norms such as human rights, democracy, and non-aggression. Over the years, China’s accession to the World Trade Organization allowed market access into Hollywood, where the country is shown to manage stigmatization by forming a norm-complying ‘responsible great power’ identity through co-productions with Hollywood. In short, this research disseminates storylines of Hollywood movies to understand how they both impose and manage stigmatization. 

Kata Kunci : citra global; manajemen stigma; kekuatan yang bertanggung jawab; Mimpi Cina; Hollywood; Global image; stigma management; responsible great power; Chinese Dream