Laporkan Masalah

Analisis Spasial Keterkaitan Nama Geografi dan Bentanglahan di Kota Surakarta

MUHAMMAD AZZAM, Ari Cahyono, S.Si., M.Sc.

2024 | Skripsi | KARTOGRAFI DAN PENGINDRAAN JAUH

Nama geografi merupakan identitas yang dimiliki oleh tiap fitur geografis di permukaan bumi. Nama geografi tidak hanya dianggap sebagai atribut tekstual, tetapi juga memiliki makna tertentu yang mampu membedakan tiap wilayah. Nama geografi menjadi pokok kajian dalam studi toponimi yang menekankan pada aspek spasial dan kebahasaan. Nama geografi memiliki sejarah dan asal-usul dalam penamaannya yang mendasari bagaimana suatu wilayah dapat terbentuk. Hal ini juga terlihat pada Kota Surakarta yang memiliki sejarah panjang pada terciptanya nama-nama di tiap kelurahan. Pengaruh bentangalam dan bentangbudaya dalam penamaan nama geografi pun kerap dijumpai. Oleh karena itu, analisis spasial pada nama geografi dan aspek bentanglahan memiliki probabilitas untuk dilakukan guna mengungkap karakteristik tiap wilayah di Kota Surakarta.
Penelitian ini difokuskan pada analisis spasial dan statistik sebagai bagian dari pendekatan ekstensif untuk mempelajari nama geografi di Kota Surakarta. Aspek bentanglahan yang digunakan meliputi hidrografi, tutupan lahan, dan cultural features sebagai faktor utama yang menjadi acuan penamaan kelurahan. Dalam analisisnya, nama geografi perlu dimaknai secara denotatif dan konotatif untuk mengklasifikasikannya ke dalam berbagai kategori. Analisis spasial dengan pendekatan tumpang-susun dan jarak dilakukan untuk melihat keterkaitan nama geografi dan aspek bentanglahan. Pengujian secara statistik juga dilakukan untuk mempertegas keterkaitan yang terbentuk. Visualisasi menjadi langkah akhir dengan penggunaan story maps untuk menggambarkan keterkaitan tersebut secara naratif.
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara nama geografi dan aspek bentanglahan. Keberadaan nama geografi yang berkaitan dengan hidrografi mengindikasikan keberadaan fitur hidrografi, terutama sungai sebagai rujukan, di sekitar kelurahan. Kelurahan yang mengacu aspek tutupan lahan menjelaskan bagaimana pemanfaatan lahan yang ditemui ataupun pernah ditemui. Sementara itu, keterkaitan nama geografi dengan cultural features dijelaskan oleh kedekatan jarak yang mengacu pada keberadaan Keraton Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunegaran. Keterkaitan tersebut juga digambarkan oleh chi-square test yang memiliki nilai lebih besar antara nilai hitung (63,47) dan nilai pada tabel (24,996). Keterkaitan nama geografi dan aspek bentanglahan pun dapat didiseminasikan melalui story maps yang mampu menggambarkan aspek spasial secara naratif dengan menggabungkan multimedia digital.

Geographical names are the identities possessed by each geographical feature on the earth's surface These names are not only considered as textual attributes, but also hold specific meanings that differentiate each region. Geographical names are a fundamental focus in toponymic studies, emphasizing spatial and linguistic aspects. These names have a history and origin that underlie how a certain area is formed. This is also evident in the city of Surakarta, which has a long history in the creation of names for each neighborhood. The influence of natural and cultural landscapes in the naming of geographical names is often encountered. Therefore, spatial analysis of geographical names and landscape aspects has the probability of revealing the characteristics of each region in Surakarta.

This research focuses on spatial and statistical analysis as part of an extensive approach to study geographical names in the city of Surakarta. The aspects of landscape used consist hydrography, land cover, and cultural features as the main factors for naming neighborhoods. In the analysis, geographical names need to be interpreted both denotatively and connotatively in order to classify them into various categories. Spatial analysis using overlay and distance approaches is conducted to examine the relationship between geographical names and lanscape aspects. Statistical testing is also performed to reinforce the established connections. Visualization is the final step, using story maps to depict these relationships narratively.

The analysis results indicate a correlation between geographical names and landscape aspects. The presence of geographical names related to hydrography indicates the existence of hydrographic features, especially rivers as references, around the neighborhood. Neighborhoods referring to land cover aspects explain how land utilization has been encountered or previously encountered. Meanwhile, the correlation between geographical names and cultural features is explained by the proximity in distance, referring to the presence of the Keraton Kasunanan Surakarta and Pura Mangkunegaran. This correlation is also depicted by the chi-square test, which has a larger value between the observed value (63,47) and the table value (24,996). The correlation between geographical names and landscape aspects can be disseminated through story maps, which can narratively depict spatial aspects by combining digital multimedia.

Kata Kunci : nama geografi, bentanglahan, Kota Surakarta, analisis spasial, chi-square test, visualisasi story maps

  1. S1-2024-458648-abstract.pdf  
  2. S1-2024-458648-bibliography.pdf  
  3. S1-2024-458648-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2024-458648-title.pdf