Ngabean Creative Transit Hub di Yogyakarta dengan Pendekatan Cross Programming
GRASEYLA PUSPA ARTANTI, Dr. Dyah Titisari Widyastuti, ST, MUDD.
2024 | Skripsi | ARSITEKTUR
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi dengan tingkat tujuan wisata mancarnegara nomor tujuh di Indonesia. Tingginya tingkat antusiasme masyarakat untuk berlibur ke Yogyakarta berdampak pada tingginya jumlah kendaraan yang beroperasi di Yogyakarta. Hal ini mendorong tingginya kepadatan arus lalu lintas yang disebabkan oleh kendaraan pribadi. Kurangnya rasa ketertarikan masyarakat akan transportasi umum juga menjadi faktor membludaknya kantong- kantong parkir di sekitar lokasi wisata yang berdampak pada kemacetan jalan. Sedangkan taman parkir yang disediakan pemerintah setempat semakin kurang diminati dan mengalami penurunan penggunaan karena lokasinya yang kalah dekat dari lokasi wisata, seperti contohnya Taman Parkir Ngabean. Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan tempat transit pariwisata yang terhubung dengan terminal transportasi publik sehingga memudahkan wisatawan untuk berpindah dari destinasi wisata satu ke destinasi wisata lain. Selain itu, demi mendorong wisatawan untuk kembali menggunakan transportasi publik, transit hub harus memiliki daya tarik tersendiri yaitu dengan mengintegrasikannya dengan creative space, sehingga terbentuklah sebuah creative transit hub. Metode yang digunakan untuk mengintegrasikan kedua fungsi ini adalah metode cross programming oleh Bernard Tschumi. Metode ini memungkinkan suatu fungsi creative space dalam konfigurasi spasial transit hub dengan penggunaan ruang- ruang yang fleksibel dan berdampak untuk satu sama lain.
Yogyakarta Special Region is the seventh-highest international tourist destination in Indonesia. The high level of public enthusiasm for vacationing in Yogyakarta has increased the number of vehicles operating in Yogyakarta. This high number of private vehicles creates high traffic density. The lack of public interest in public transportation also causes the overflow of parking lots around tourist locations which has an impact on road congestion. Meanwhile, parking parks provided by the local government are becoming less popular and are experiencing a decrease due to the location is not close enough to tourist destinations, such as Taman Parkir Ngabean. Based on these problems, a tourism transit area that is connected to a public transportation terminal is needed to make it easier for tourists to move from one tourist destination to another. Apart from that, to encourage tourists to use public transportation more, transit hubs must have their appeal, by integrating them with creative space. Therefor creative transit hub is created. The method used to integrate these two functions is the crossprogramming method by Bernard Tschumi. This method allows creative space programs to be applied in the spacial configuration of a transit hub by using spaces that are flexible and have an impact on one another.
Kata Kunci : creative transit hub, cross programming, wisata, transportasi publik, Ngabean