Stasiun Belawan: Redesain Stasiun Tepi Pelabuhan sebagai Tempat Ketiga
PATRICIA VIANNY DIEGO, Dr. Dyah Titisari Widyastuti, S.T., MUDD.
2024 | Skripsi | ARSITEKTUR
Beberapa tahun terakhir ini, transportasi massal sudah menjadi salah satu fokus pengembangan Kemenhub (Kementrian Perhubungan Republik Indonesia) pada kota-kota di Indonesia. Kemacetan dan polusi udara yang semakin memburuk, serta pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat secara eksponensial setiap tahunnya membuat kebutuhan transportasi massal semakin dibutuhkan, salah satunya adalah dengan moda transportasi kereta api. Beberapa bulan terakhir, di Kota Medan terdapat rencana untuk mengaktifkan kembali stasiun Belawan dengan tujuan memperbaiki isu-isu tersebut. Di saat yang bersamaan, terdapat isu lainnya, yaitu tidak adanya ruang publik terbuka yang memadai di kawasan Medan Belawan. Padahal keberadaan ruang publik memiliki manfaat yang signifikan dalam membentuk sense of community pada suatu kawasan. Salah satu solusi yang dapat menyelesaikan kedua isu tersebut adalah dengan membentuk tempat ketiga dengan metode placemaking di lahan kosong milik KAI, yang merupakan bagian dari emplasemen stasiun Belawan. Proses redesain ini dapat mengakomodasi pengaktifan kembali stasiun Belawan, menyelesaikan isu-isu transportasi, meningkatan mobilitas penduduk kota Medan, serta menyediakan tempat ketiga bagi penduduk sekitar. Tidak hanya itu, redesain ini juga dapat menjadikan stasiun Belawan sebagai daya tarik baru di kawasan Medan Belawan.
In recent years. public transportation has become one of the main focuses of Indonesia’s Ministry of Transpotaton in their urban develoment programs. The exacerbation traffic congestion an air pollution, along with the exponential growth of the populaton each year have heightened the urgency of mass transportation, including railway based transportaton systems. In the past few months, the local government of Medan revealed that there is a plan to reactivate the late Belawan station to solve the issues mentioned above. At the same time, the Belawan region where Belawan station is located, lacks adequate open public space. This impose social problem as public spaces play a significant role in fostering a good sense of community in the area. One viable solution to solve both issues is by utilizing a vacant piece of land owned by PT KAI, turning it into a third place for the local residents by using placemaking. This station redesign process could accommodate the reactivation of Belawan station, solving transportation related issues, improving citizens mobility, and provide a third place for local residents. Furthermore, it could also turn Belawan station into a new attraction spot in the Medan Belawan Area.
Kata Kunci : transportasi massal, stasiun Belawan, redesain, tempat ketiga, placemaking