Proyeksi Keterlibatan Generasi Muda dalam Implementasi Program Perhutanan Sosial
Moch Sofiyulloh, Prof. Dr. Ahmad Maryudi; Prof. Dr. Ir. Ronggo Sadono, IPM.
2024 | Tesis | S2 Ilmu Kehutanan
Program perhutanan sosial (PS) memberikan akses kepada masyarakat untuk mengelola kawasan hutan selama 35 tahun dan dapat diperpanjang. Di sisi lain, terdapat kekhawatiran terkait regenerasi petani dan minimnya minat generasi muda dalam pengelolaan PS di masa depan. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini ingin melihat proyeksi keterlibatan generasi muda dalam implementasi program PS. Konteks proyeksi keberlanjutan PS di masa depan dalam studi ini dituangkan dalam tujuan penelitian, i) menganalisis harapan orang tua pengelola PS kepada anaknya terkait keberlanjutan pengelolaan PS di masa depan, ii) menganalisis keterlibatan generasi muda dalam pengelolaan PS saat ini dan iii) menganalisis minat generasi muda untuk mengelola PS di masa depan.
Penelitian ini dilakukan pada lima kelompok PS yang tersebar di Kabupaten Gunungkidul, Kulon Progo dan Blitar menggunakan pendekatan campuran kualitatif dan kuantitatif. Responden setiap kelompok ditentukan sebanyak 50 orang dengan multistage sampling (quota-purposive). Pengembilan data kualitatif dilakukan dengan cara purposive pada informan di setiap kategori harapan orang tua, keterlibatan dan minat generasi muda serta beberapa stakeholder terkait lainnya. Pengambilan data kuantitatif dilakukan melalui kuesioner, sedangkan data kualitatif diambil melalui wawancara mendalam. Proses analisis data kuantitatif dilakukan dengan Chi-square automatic interaction detection (CHAID), sementara itu analisis data kualitatif dilakukan untuk memperkaya hasil penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas orang tua mempunyai harapan agar anaknya tetap mengelola PS secara penuh dan paruh waktu (84,2%). Hal ini secara umum dipengaruhi kodisi lahan dan jumlah anggota keluarga. Orang tua yang berharap anaknya tidak bekerja di PS didorong oleh motivasi ekonomi, dan keterbatasan penggunaan lahan PS. Hampir semua generasi muda dalam penelitian tidak terlibat dalam kelompok PS (92,6%). Kondisi ini dipengaruhi oleh faktor persyaratan administratif, dan pandangan generasi muda terhadap PS. Sebagian kecil generasi muda yang terlibat dalam kepengurusan kelembagaan PS mempunyai peran cukup vital untuk pengembangan kelompok. Terkait dengan minat generasi muda di masa depan untuk mengimplementasikan PS, hasilnya didominasi generasi muda yang tidak berminat mengelola PS di masa depan (38,3%) dan mengelola PS secara paruh waktu (32,6%). Pola ini didorong oleh ketertarikan generasi muda terhadap PS, pekerjaan utama, dan pengetahuan tentang PS. Penelitian ini memperkaya perspektif terkait fenomena antar generasi keluarga petani. Pengenalan PS secara komprehensif kepada generasi penerus dirasa perlu dilakukan untuk mendukung keberlanjutan pengelolaan PS di masa depan
The social forestry (SF) program provides access to communities for 35 years and can be extended to manage the forest. However, there are concerns regarding the regeneration of farmers. This study explores the projection of the younger generation's involvement in the future SF. The context of the projection of future SF sustainability in this study is outlined in the research objectives, i) analyzing the expectations of parents of SF managers to their children regarding the sustainability of SF management in the future, ii) analyzing the youth involvement in current SF management and iii) analyzing the interest of youth to manage SF in the future.
This research was conducted in five PS groups spread across Gunungkidul, Kulon Progo, and Blitar districts using a mixed qualitative and quantitative approach. There were 50 respondents per group using multistage sampling (quota-purposive). Qualitative data collection was conducted by purposively interviewing informants in each category of parents' expectations, involvement, interests of the younger generation, and several other relevant stakeholders. Quantitative data was collected through questionnaires, while qualitative data was collected through in-depth interviews.
The results showed that most parents expected their children to continue to manage SF full-time (45%) and part-time (39%) influenced by land conditions and the number of family members. Economic motivations and the condition of SF land encourage parents to expect their children not to work or manage SF in the future. Almost all youth in the study were not involved in SF groups (92.6%). This was influenced by administrative requirements and young people's views on SF. Meanwhile, youth involvement in the SF forest user group institution played a vital role in the development of the group. Generational interest in managing SF land in the future is dominated by young people who have no interest in managing SF in the future (38.3%) and managing SF part-time (32.6%). This pattern is driven by young people's interest in SF, main occupation, and knowledge of SF. This research enriches perspectives on the intergenerational phenomenon of farming families. Mainstreaming SF to the next generation is necessary to support the sustainability of SF management in the future.
Kata Kunci : Perhutanan Sosial, Generasi Muda, Keterlibatan, Minat, Antargenerasi