Pusat Seni Tradisional Sumatera Utara di Kota Medan dengan Pendekatan Arsitektur Regionalisme
VALENTINA IVERSEN, Dr. Ir. Dwita Hadi Rahmi, M.A.
2024 | Skripsi | ARSITEKTUR
Beragam etnis hidup berdampingan di dalam Kota Medan, hal ini karena Kota Medan merupakan ibu kota dari Provinsi Sumatera Utara. Setiap etnis membawa seni dan kebudayaannya masing-masing. Hal tersebut menjadi salah satu ketertarikan dari Kota Medan. Sayangnya, seiring berjalannya waktu, seni tradisional masing-masing etnis tersebut mulai dilupakan dan kurang dinikmati oleh para masyarakat. Selain itu, kegiatan seni di Kota Medan bisa dikatakan cukup terbatas yang terbukti dari tempat pameran dan pertunjukkan seni di kota ini sangat sedikit.
Mulai dari awal tahun 2021, Pemerintah Kota Medan mulai menggalakan pembenahan Kota Medan di berbagai sektor, salah satunya adalah sektor kebudayaan. Bersamaan dengan pembenahan yang dilakukan pemerintah tersebut, penulis memilih tipologi Pusat Seni Tradisional Sumatera Utara dengan Pendekatan Arsitektur Regionalisme sebagai objek perancangan karya tulis ini. Pendekatan arsitektur regionalisme dipilih karena melihat arsitektur lokal di Kota Medan yang semakin memudar.
Various ethnic groups live side by side in the city of Medan, as Medan is the capital city of North Sumatra Province. Each ethnic group brings its own art and culture. This diversity is one of the attractions of Medan. Unfortunately, over time, the traditional arts of each ethnic group have begun to be forgotten and are less enjoyed by the community. In addition, art activities in Medan are quite limited, as evidenced by the very few exhibition and performance venues in the city.
Since the beginning of 2021, the Medan City Government has started promoting improvements in various sectors, one of which is the cultural sector. Along with the improvements made by the government, the author chose the typology of the North Sumatra Traditional Arts Center with a Regionalism Architecture Approach as the design object of this paper. The regionalism architecture approach was chosen because of the diminishing presence of local architecture in Medan.
Kata Kunci : pusat seni tradisional, Sumatera Utara, regionalisme