Pemetaan Fase Pertumbuhan Tanaman Padi Menggunakan Foto Udara di Sebagian Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas
NABILA ZALIANTI SAFITRI, Dr. Sigit Heru Murti B.S, S.Si., M.Si.
2024 | Skripsi | KARTOGRAFI DAN PENGINDRAAN JAUH
Luasan areal tanam padi di Indonesia menurun dari tahun 2018 hingga tahun 2020. Hal tersebut berdampak pada penurunan produktivitas panen padi. Produktifitas panen padi berkaitan dengan kesehatan tanaman dan karakteristik fisik padi. Terkait dua faktor tersebut diperlukan pemantauan proses pertumbuhan tanaman padi dari fase vegetatif, reproduktif, dan pematangan. Pemantauan tanaman padi membutuhkan data penginderaan jauh dengan resolusi spasial yang sangat tinggi serta terbang pada ketinggian rendah sehingga digunakan foto udara dengan unit Unmmaned Aerial Vehicle (UAV) Dji Phantom 4 RTK Multispektral. Penggunaan foto udara juga berfungsi untuk meminimalisir hambatan terkait awan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) memetakan distribusi spasial fase pertumbuhan padi di sebagian Kecamatan Cilongok pada tiga waktu pemotretan, (2) memetakan distribusi spasial hasil estimasi ketinggian padi menggunakan foto udara di sebagian Kecamatan Cilongok, dan (3) mengkaji hubungan hasil estimasi ketinggian tanaman padi dengan tinggi tanaman padi sebenarnya. Distribusi spasial fase pertumbuhan pada perekaman pertama terdiri dari fase pertunasan dan pembentukan anakan. Distribusi spasial fase pertumbuhan pada perekaman kedua terdiri dari fase heading, pembungaan, dan gabah matang susu. Distribusi spasial fase pertumbuhan pada perekaman ketiga terdiri dari fase gabah matang susu dan gabah setengah matang. Estimasi ketinggian padi menggunakan dua metode yakni Canopy Height Model (CHM) dan persamaan regresi kuadratik. Hasil estimasi ketinggian CHM memiliki rentang nilai 0—0,59 meter pada perekaman pertama, -0,69—1,29 pada perekaman kedua dan 0,000015—1,79 meter pada perekaman ketiga. Hasil estimasi ketinggian tanaman padi metode kuadratik memiliki rentang nilai 0,225—0,802 meter pada perekaman pertama, 0,881—0,887 meter pada perekaman kedua, dan 0,77—0.83 pada perekaman ketiga. Hubungan hasil estimasi metode regresi kuadratik memiliki pola yang sama dengan ketinggian padi sebenarnya. Dari segi nilai, sebagian besar data mengalami underestimated. Hal ini, sesuai dengan tingkatan Standard Error of Estimated (SEE) yang mencapai 16,24 pada perekaman pertama, serta 5,67 dan 5,93 pada perekaman kedua dan ketiga.
Kata Kunci : pertumbuhan padi, vegetatif, reproduktif, pematangan, estimasi ketinggian tanaman, regresi kuadratik, UAV