Analisis Fragmentasi Spasial Berbasis Citra Multitemporal untuk Monitoring Lahan Basah di Kota Semarang
ALFADHILAH ZAHRA PUTRI KANNY, Dr. Nur Mohammad Farda, S.Si., M.Cs.
2024 | Skripsi | KARTOGRAFI DAN PENGINDRAAN JAUH
Perubahan tata guna lahan menyebabkan adanya
konversi lahan basah di Kota Semarang. Lahan basah di Kota Semarang harus
dilindungi untuk mencegah hilangnya ekosistem tersebut di kota ini. Oleh karena
itu, diperlukan pemantauan dinamika lahan basah dengan metode yang efisien.
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan dinamika lahan basah di Kota Semarang
tahun 1990, 2002 dan 2023, serta mengidentifikasi pola perubahan yang terjadi
berdasarkan fragmentasi spasial. Lahan basah di Kota Semarang diklasifikasikan
ke dalam 7 kelas, yakni perairan laut permanen (marine), hutan lahan
basah (marine), sungai (inland), rawa (inland), pertanian
irigasi (human-made), tambak dan kolam budidaya (human-made), dan
waduk (human-made). Citra Landsat digunakan sebagai data utama untuk
melakukan klasifikasi lahan basah dan nonlahan basah dengan menggunakan
algoritma Classification and Regression Tree (CART).
Hasil klasifikasi menunjukkan akurasi
keseluruhan pada tahun 1990, 2002, dan 2023 secara beruntun sebesar 94.45%,
86,50%, dan 90%. Peta hasil klasifikasi digunakan sebagai dasar analisis
fragmentasi spasial. Berdasarkan analisis fragmentasi spasial, terjadi
perubahan lahan basah di Kota Semarang. Perubahan ditandai dengan berkurangnya
cakupan area lahan basah sejak tahun 1990-2023 sebesar 14,79%, tingkat agregasi
berkurang sebesar 8.5%, kepadatan patch bertambah hingga 8,3/hektar, dan
penurunan heterogenitas bentanglahan. Bertambahnya industri dan permukiman
merupakan penyebab konversi lahan basah. Perubahan lahan basah di Kota Semarang
menunjukkan pola konversi multi bentuk, konversi sistematik berpola enclave,
dan konversi lahan akibat pertumbuhan penduduk (population growth driven
land conversion).
Land use change has led to the conversion of wetlands in Semarang City. Wetlands in Semarang City must be protected to prevent the loss of these ecosystems in the city. Therefore, it is necessary to monitor wetland dynamics with an efficient method. This study aims to map the dynamics of wetlands in Semarang City in 1990, 2002 and 2023, and identify the pattern of changes that occur based on spatial fragmentation. Wetlands in Semarang City were classified into 7 classes, namely permanent marine waters (marine), forested wetlands (marine), rivers (inland), marshes (inland), irrigation land (human-made), ponds and aquaculture ponds (human-made), and water storage area (human-made). Landsat images were used as the main data to classify wetlands and non-wetlands using Classification and Regression Tree (CART) algorithm.
The classification results showed an overall accuracy in 1990, 2002 and 2023 of 94.45%, 86.50% and 90% respectively. The classification map was used as the basis for spatial fragmentation analysis. Based on the spatial fragmentation analysis, there was a change in wetlands in Semarang City. The changes are characterized by a 14.79% reduction in wetland area coverage from 1990-2023, an 8.5% reduction in aggregation rate, an increase in patch density to 8.3/hectare, and a decrease in landscape heterogeneity. The increase in industry and settlements is the main cause of wetland change. Wetland change in Semarang City shows multi-form conversion patterns, systematic enclave-patterned conversion, and land conversion due to population growth (population growth driven land conversion).
Kata Kunci : Lahan basah, CART, Fragmentasi spasial, Kota Semarang/Wetlands, CART, Spatial fragmentation, Semarang City