Keberagaman budaya Indonesia dalam warisannya sangat menakjubkan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai poros kebudayaan Indonesia dengan berbagai macam kebudayaan baik secara pendidikan formal ataupun nonformal serta menyelenggarakan acara atau upacara dalam adat kebudayaan yang ada mampu menjadikan suatu motivasi dalam pelestarian kebudayaan di dalamnya.
Adanya kendala dalam pelestarian kebudayaan, seperti fasilitas kelompok-kelompok kebudayaan di beberapa lokasi yang tidak memadai serta tidak sesuai standar dalam pelaksanaannya cukup memprihatinkan dan perlu menjadi perhatian khusus dalam suatu awal proses pelestarian kebudayaan dimulai dari skala kecil hingga besar. Proses pelatihan yang diikuti dengan pertunjukan pementasan juga menjadi aspek penting dalam pelestarian kebudayaan, tetapi masih banyak kelompok kebudayaan yang terhambat dalam permasalahan akses, biaya, hingga akomodasi dalam prosesnya.
Visi pembangunan Jangka Panjang Daerah Istimewa Yogyakarta 2005-2025 menjadi faktor utama dalam perancangan Sasana Budaya Sleman. Tentunya Sasana Budaya Sleman ini mampu memberikan wadah ekspresi kesenian bagi kelompok kebudayaan masyarakat Kabupaten Sleman baik secara pelatihan hingga pertunjukan. Sasana Budaya Sleman akan dirancang dengan metode transprogramming, dengan memerhatikan aspek-aspek dalam di dalamnya yang berhubungan langsung dengan pelaku kesenian seperti murid dan pelatih, serta penyusunan penjadwalan pemograman ruang pelatihan agar lebih efisien dalam penggunaannya.
Indonesia's cultural diversity in its heritage is magnificent. The Province of the Special Region of Yogyakarta as the axis of Indonesian culture with various kinds of it, both formal and non-formal education, as well as holding events and ceremonies based on existing cultural traditions, can provide motivation for preserving the culture within it.
The existence of obstacles in cultural preservation, such as inadequate facilities for cultural groups in several locations and not according to standards in implementation, is quite worrying and needs to be given special attention at the beginning of the cultural preservation process, starting from small to large scale. The training process followed by the performance is also an important aspect in preserving culture, but many cultural groups are still hampered by issues of access, costs, and accommodation in the process.
Long term development vision for the Special Region of Yogyakarta 2005-was the main factor in designing Sasana Budaya Sleman. Of course, Sasana Budaya Sleman is able to provide a platform for artistic expression for the cultural groups of the Sleman Regency community, both through training and performances. Sasana Budaya Sleman will be designed using the transprogramming architecture method, taking into several aspects that are directly related to arts practitioners such as students and trainers, as well as preparing training room programming schedules to make their use more efficient.
Kata Kunci : kebudayaan, pelatihan, pertunjukan, sasana budaya, transprogramming