Berkelana Bersama Bayang-Bayang Rasa Takut? Menelisik Pengalaman Ketakutan Perempuan Saat Melakukan Solo Traveling di Yogyakarta
AKBAR BAGUS NUGROHO, Dr. Wiwik Sushartami, M.A.
2024 | Skripsi | PARIWISATA
Secara historis, perempuan dan perjalanan memiliki sejarah yang panjang, terutama terkait dengan proses resistensi mereka. Hal ini tidak terlepas dari kritik bahwa pariwisata dibangun dengan perspektif maskulin dan seringkali mengesampingkan perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengalaman ketakutan solo traveler perempuan dan bagaimana cara mereka menegosiasikan rasa takut dalam perjalanan mereka. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu kualitatif deskriptif dengan perolehan data dari studi pustaka, observasi, dan wawancara terhadap sepuluh perempuan yang melakukan solo traveling di DIY. Hasil dari penelitian menunjukkan pada bagian karakteristik solo traveler perempuan, secara umum terbagi menjadi solo traveler reguler dan pertama kali melakukan solo traveling. Pada pengalaman ketakutan, ditemukan bahwa faktor ketakutan justru tidak terlalu terlihat sebagai faktor yang menghalangi dan membuat mereka enggan melakukan solo traveling. Aspek-aspek negosiasi yang dilakukan oleh perempuan menunjukkan bahwa rasa takut bukanlah hal yang tidak dapat diatasi. Hal ini sekaligus juga menegaskan bahwa ketakutan tidak serta merta menutup akses untuk melakukan solo traveling. Selain itu, fokus pada negosiasi memposisikan perempuan sebagai individu yang bebas menentukan jalan hidup mereka dan menikmati pengalaman solo traveling. Meskipun demikian, terdapat faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi sosial-budaya dan kondisi ruang publik yang menjadi faktor penghambat perempuan untuk melakukan solo traveling, mulai dari tahap perencanaan perjalanan hingga pada saat melakukan perjalanan. Akan tetapi, melalui solo traveling, terlihat jelas bahwa perempuan dapat menegosiasikan struktur dan peran sosial yang memengaruhi dan mengatur kehidupan mereka.
Historically, women and travel have a long history, especially related to their resistance process. This cannot be separated from criticism that tourism is built from a masculine perspective and often excludes women. This research aims to find out how female solo travelers experience fear and how they negotiate fear on their trips. The research method used in this research is descriptive qualitative by obtaining data from literature studies, observations, and interviews with ten women who travel solo in DIY. The results of the research show that in terms of the characteristics of female solo travelers, they are generally divided into regular solo travelers and first-time solo travelers. In the experience of fear, it was found that the fear factor was not seen as a factor that hindered them and made them reluctant to travel solo. Aspects of the negotiations carried out by women show that fear is not something that cannot be overcome. This also emphasizes that fear does not necessarily block access to solo travel. In addition, the focus on negotiation positions women as individuals who are free to determine their life path and enjoy
the experience of solo traveling. However, there are factors related to socio-cultural conditions and the condition of public spaces that hinder women from traveling solo, starting from the trip planning stage to when they travel. However, through solo travel, it is clear that women can negotiate the social structures and roles that influence and regulate their lives.
Kata Kunci : Solo Traveling, Solo Traveler, Pengalaman Ketakutan, Negosiasi, Generasi Z