Laporkan Masalah

Kajian Tingkat Kekritisan Daerah Resapan Air Di Kecamatan Banyumanik Bagian Selatan, Kota Semarang

Wahyu Firmansyah, Dr.Eng. Ir. Wawan Budianta, S.T., M.Sc., IPM.; Dr.Eng. Ir. Lucas Donny Setijadji, S.T., M.Sc., IPU.

2024 | Tesis | S2 Teknik Geologi

Genangan air di wilayah urban ketika musim penghujan tiba mengakibatkan terganggunya aktivitas masyarakat. Berkurangnya ruang hijau yang berfungsi sebagai daerah resapan air di Kecamatan Banyumanik mempengaruhi proses infiltrasi, sehingga meningkatkan potensi terjadinya genangan sebagai akibat jumlah air limpasan lebih besar dibandingkan dengan jumlah air yang meresap ke dalam tanah saat hujan turun dengan intensitas tinggi. Penelitian bermanfaat sebagai informasi dan mitigasi dalam pengambilan keputusan rencana pengembangan wilayah urban di Kecamatan Banyumanik bagian selatan untuk meminimalisir potensi bencana. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis spasial yang diintegrasi untuk menghasilkan sebuah informasi tingkat kekritisan resapan air di daerah penelitian dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Permen LHK Nomor 10 Tahun 2022. Hasil pemodelan kedua metode tersebut dilakukan validasi menggunakan metode Area Under the Curve (AUC). Pengumpulan data di lapangan mencakup pengukuran laju infiltrasi, pemetaan litologi, pengukuran sumur gali, pengamatan tata guna lahan, dan pemetaan sebaran titik genangan air hujan. Data sekunder yang digunakan mencakup data data citra satelit dan data Digital Elevation Model (DEM). Parameter yang digunakan dalam pemodelan mencakup parameter laju infiltrasi, tata guna lahan, kemiringan lereng, litologi, dan kedalaman muka air tanah. Dari metode AHP diperoleh bahwa kondisi daerah resapan air di daerah penelitian didominasi kondisi kritis dengan cakupan 21,771%, sedangkan berdasarkan Permen LHK Nomor 10 Tahun 2022 didominasi kondisi tidak kritis dengan cakupan 23,413%. Metode AHP memiliki AUC sebesar 0,829, sedangkan Permen LHK Nomor 10 tahun 2022 memiliki AUC sebesar 0,795. Model yang dihasilkan metode AHP sedikit lebih akurat dalam memprediksi kejadian kondisi daerah resapan air berdasarkan data titik-titik genangan air hujan yang ada. Pendekatan pembobotan yang berbeda dari kedua metode mempengaruhi hasil analisis spasial sebaran kondisi daerah resapan air di daerah penelitian. 

Water pooling in urban areas during the rainy season disrupts community activities. The reduction of green spaces that function as water infiltration areas in the Banyumanik Sub-District influences the infiltration process, thereby increasing the potential for flooding. This occurs because the amount of runoff water is greater than the amount of water that infiltrates into the ground during heavy rainfall. This study serves as valuable information and mitigation for decision-making in urban development planning in the southern part of Banyumanik Sub-District to minimize potential disasters. This study is conducted using integrated spatial analysis to produce information on the critical level of water infiltration in the study area using the Analytical Hierarchy Process (AHP) method and Permen LHK Nomor 10 Tahun 2022. The results of modeling these two methods were validated using the Area Under the Curve (AUC) method. Field data collection included measuring infiltration rates, mapping lithology, measuring dug wells, observing land use, and mapping the distribution of rainwater pooling points. Secondary data used included satellite imagery and Digital Elevation Model (DEM) data. The parameters used in the modeling include infiltration rate, land use, slope gradient, lithology, and groundwater table depth. From the AHP method, it was found that the water infiltration area condition in the study area is dominated by critical conditions with a coverage of 21.771%, while according to Permen LHK Nomor 10 Tahun 2022, it is dominated by not critical conditions with a coverage of 23.413%. The AHP method has an AUC of 0.829, while Permen LHK Nomor 10 Tahun 2022 has an AUC of 0.795. The model produced by the AHP method is slightly more accurate in predicting the condition of water infiltration areas based on existing rainwater pooling points data. Different weighting approaches from both methods influenced the spatial analysis results of the distribution of water infiltration area condition in the study area.

Kata Kunci : Daerah Resapan Air, Analisis Spasial, Banyumanik

  1. S2-2024-502261-abstract.pdf  
  2. S2-2024-502261-bibliography.pdf  
  3. S2-2024-502261-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2024-502261-title.pdf