Ritual Sadranan Alas Wonosadi dalam Perspektif Cybernetics of The Holy Roy Abraham Rappaport
DANU SAIFULLOH RAHMADHANI, Dr. Sartini, M.Hum.; Dr. Arqom Kuswanjono
2024 | Skripsi | ILMU FILSAFAT
Penelitian ini berjudul Ritual Sadranan Alas Wonosadi dalam Perspektif Cybernetics of The Holy Roy Abraham Rappaport. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan atas pudarnya kedudukan ritual sebagai mekanisme pengaturan (human world-making) dalam kehidupan manusia akibat pesatnya perubahan dan perkembangan zaman. Akan tetapi, terdapat ritual yang masih memiliki kedudukan kuat sebagai mekanisme pengaturan, yaitu ritual sadranan Alas Wonosadi yang masih dipegang teguh oleh masyarakat Kalurahan Beji dan memiliki fungsi signifikan dalam masyarakat di tengah perubahan dan perkembangan zaman yang pesat. Penelitian ini bertujuan untuk, pertama, mendeskripsikan pelaksanaan ritual sadranan Alas Wonosadi dalam masyarakat Kalurahan Beji; kedua, mendeskripsikan mekanisme pengaturan sadranan Alas Wonosadi dalam perspektif cybernetics of the holy; dan ketiga, mengevaluasi sistem cybernetics of the holy dalam ritual sadranan Alas Wonosadi.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus intrinsik dan menggunakan beberapa unsur metodis filosofis, yaitu koherensi internal, holistika, dan interpretasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; pertama ritual sadranan Alas Wonosadi merupakan ritual tahunan yang dilaksanakan setelah panen padi sawah dan sebagai manifestasi tradisi lisan masyarakat tentang kisah Kyai Onggoloco yang memuat pesan pentingnya menghormati Gusti Ingkang Maha Agung, alam, leluhur, dan antar sesama manusia; kedua, ritual sadranan Alas Wonosadi sebagai mekanisme pengaturan membentuk dan menjaga signifikansi fungsi dalam masyarakat Kalurahan Beji dengan melibatkan proses hierarki kendali dan kompleksitas struktur yang melandasinya; ketiga, ritual sadranan Alas Wonosadi sebagai cybernetics of the holy dengan proses hierarki kendali memposisikan 3 anasir suci, yaitu Tuhan, alam, dan leluhur serta aturan yang ada di bawahnya membentuk komitmen masyarakat Kalurahan Beji mengenai pentingnya menjunjung tinggi keharmonisan.
This study, titled "The Sadranan Ritual of Alas Wonosadi in the Perspective of Cybernetics of The Holy by Roy Abraham Rappaport," is motivated by concerns over the fading role of ritual as a mechanism of regulation (human world-making) in human life due to rapid changes and developments over time. However, there are rituals that still hold a strong position as regulatory mechanisms, namely the sadranan ritual of Alas Wonosadi, which is still firmly held by the community of Kalurahan Beji and has significant functions in the midst of rapid changes and developments. The aims of this research are, first, to describe the implementation of the sadranan ritual of Alas Wonosadi in the community of Kalurahan Beji; second, to describe the regulatory mechanism of the sadranan ritual of Alas Wonosadi from the perspective of cybernetics of the holy; and third, to evaluate the cybernetics of the holy system in the sadranan ritual of Alas Wonosadi.
This study is qualitative research with an intrinsic case study approach and employs several philosophical methodological elements, namely internal coherence, holistics, and interpretation.
The findings of this research indicate that: first, the sadranan ritual of Alas Wonosadi is an annual ritual carried out after the harvest of rice fields and serves as a manifestation of the oral tradition of the community regarding the story of Kyai Onggoloco, which contains the important message of respecting the Almighty, nature, ancestors, and fellow human beings; second, the sadranan ritual of Alas Wonosadi, as a regulatory mechanism, shapes and maintains the significance of its function in the community of Kalurahan Beji by involving processes of hierarchical control and the complexity of its underlying structure; third, the sadranan ritual of Alas Wonosadi, as cybernetics of the holy, positions the 3 sacred elements - God, nature, and ancestors - along with the rules beneath them, forming the commitment of the Kalurahan Beji community regarding the importance of upholding harmony.
Kata Kunci : Ritual Sadranan Alas Wonosadi, Cybernetics of The Holy, Hierarki Kendali