Laporkan Masalah

Alternatif Perancangan Tebal Perkerasan Kaku pada Jalan Tol Jakarta – Cikampek II Selatan Paket 3 Menggunakan Metode AASHTO 1993 dan Austroads 2017

ZILVA WEHIBA KHOZIN, Ir. Latif Budi Suparma, M.Sc., Ph.D.

2024 | Skripsi | TEKNIK SIPIL

Pembangunan Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Selatan Paket 3 oleh PT Waskita Karya (Persero), Tbk merupakan salah satu proyek strategis nasional. Jalan tol ini menjadi jalan alternatif dan mempercepat perjalanan dari dan ke Jabodetabek menuju ke Bandung. Salah satu komponen terpenting dalam pembangunan jalan tol adalah perkerasan jalan. Perkerasan jalan yang digunakan pada pembangunan proyek Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Selatan Paket 3 ini adalah perkerasan kaku atau rigid pavement yang merupakan perkerasan jalan yang menggunakan beton sebagai lapis permukaan. Metode yang digunakan sebagai acuan dalam perancangan perkerasan jalan ini adalah metode AASHTO 1993 dan Austroads 2017. Nantinya hasil perancangan perkerasan kaku dari kedua metode tersebut dan perancangan eksisting akan dibandingkan.

Perancangan tebal perkerasan kaku menggunakan metode AASHTO 1993 dan Austroads 2017 menggunakan bantuan software Microsoft Excel untuk menganalisis dan menghitung parameter yang diterapkan, serta menggunakan perangkat lunak Autocad untuk merancang dan memvisualisasikan hasil desain. Data yang digunakan dalam perancangan ini adalah data lalu lintas harian rata-rata, data kuat dukung tanah (nilai CBR), data beban kendaraan, data karakteristik jalan, data jumlah hari hujan, dan laju pertumbuhan lalu lintas. Metode AASHTO 1993 menggunakan prinsip kerja empiris dan memiliki parameter paling banyak, sedangkan metode Austroads 2017 menggunakan prinsip kerja mekanistik-empiris dan mempertimbangkan analisis fatigue dan erosion.

Masing-masing metode menghasilkan struktur perkerasan yang berbeda. Metode AASHTO 1993 menghasilkan perancangan pelat beton setebal 35 cm, base course yang berupa cement treated base setebal 15 cm, dan subbase berupa agregat kelas B setebal 17 cm.  sedangkan untuk metode Austroads 2017 menghasilkan perancangan tebal pelat beton sebesar 28 cm dan base course berupa tipe lean-mix concrete setebal 15 cm. Perbedaan yang diperoleh tidak hanya pada tebal pelat beton tetapi juga lapisan penyusunnya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan aspek dalam setiap metode, tetapi hasil dari setiap metode perancangan itu layak untuk digunakan.


The construction of the South Jakarta-Cikampek II Toll Road Package 3 by PT Waskita Karya (Persero) Tbk is a national strategic project. This toll road is an alternative road and speeds up travel to and from Jabodetabek to Bandung. One of the most important components in toll road construction is road pavement. The road pavement used in the construction of the Jakarta-Cikampek II South Package 3 Toll Road project is rigid pavement, which is road pavement that uses concrete as the surface layer. The methods used as a reference in planning road pavement design are the AASHTO 1993 and Austroads 2017 methods. Later, the results of rigid pavement planning from these two methods and the existing design will be compared.

Designing rigid pavement thickness using the AASHTO 1993 and Austroads 2017 methods using Microsoft Excel software to analyze and calculate the applied parameters and Autocad software to design and visualize the design results. The data used in this design are average daily traffic data, soil-bearing strength data (CBR value), vehicle load data, road characteristics data, data on the number of rainy days, and traffic growth rate. The 1993 AASHTO method uses empirical working principles and has the most parameters, while the 2017 Austroads method uses mechanistic-empirical working principles and considers fatigue and erosion analysis.

Each method produces a different pavement structure. The 1993 AASHTO method produces a design for a concrete slab 35 cm thick, a base course in the form of a cement-treated base 15 cm thick, and a subbase in the form of class B aggregate 17 cm thick. Meanwhile, the Austroads 2017 method results in a planned concrete slab thickness of 28 cm and a base course in lean-mix concrete type 15 cm thick. The differences obtained are not only in the thickness of the concrete slab but also in the layers that make it up. This is due to different aspects of each method, but the results of each design method are worthy of use.


Kata Kunci : Perancangan perkerasan kaku, AASHTO 1993, Austroads 2017, jalan Tol Jakarta-Cikampek II Selatan Paket 3

  1. S1-2024-463585-abstract.pdf  
  2. S1-2024-463585-bibliography.pdf  
  3. S1-2024-463585-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2024-463585-title.pdf