Peran Enzim Bromelain Buah Nanas (Ananas comosus) dalam Menekan Perilaku yang Mengarah Depresif Pascainduksi Lipopolisakarida pada Tikus Wistar
CAROLINE APTA PUTRI, dr. Andreanyta Meliala, Ph.D., AIFM. ; dr. Irwan Supriyanto, Ph.D., Sp.KJ
2024 | Skripsi | PENDIDIKAN DOKTER
Latar Belakang : Depresi merupakan salah satu gangguan jiwa yang
termasuk dalam prioritas isu kesehatan saat ini dan berkontribusi dalam beban
penyakit global. Patofisiologi depresi dapat diasosiasikan dengan kadar
antioksidan yang rendah dalam tubuh. Ketidakseimbangan radikal bebas dan
antioksidan akan mengarah pada kondisi stress oksidatif dan dapat
dihubungkan dengan perilaku depresif. Selain itu, proses neuroinflamasi juga
memainkan peranan penting dalam progresivitas perilaku depresi. Nanas
sebagai sumber antioksidan diduga dapat menjadi pilihan pangan fungsional
yang memberi manfaat dalam manajemen depresi. Salah satu kandungan
nanas yang berperan sebagai antioksidan dan antiinflamasi adalah enzim
bromelain. Sampai saat ini, belum ada penelitian yang berfokus
menginvestigasi potensi enzim bromelain buah nanas sebagai agen
antidepresi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek
pemberian bubur buah nanas (BBN) yang mengandung bromelain terhadap
tanda depresi pada model tikus wistar pascainduksi lipopolisakarida (LPS).
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek pemberian BBN yang
mengandung enzim bromelain dalam menekan tanda-tanda depresi
pascainduksi LPS melalui evaluasi uji perilaku Tail Suspension Test (TST)
dan pengukuran kadar neutrofil darah.
Metode : Penelitian ini menggunakan rancangan post-test only control group
design. Tikus Wistar (Rattus norvegicus) dimasukkan ke dalam kelompok
kontrol dan perlakuan. Tikus dalam kelompok perlakuan akan diberikan BBN
dengan tiga tingkatan dosis selama 28 hari. Kemudian, seluruh tikus akan
diinjeksikan LPS untuk menginduksi neuroinflamasi. Setelah itu, dilakukan
perbandingan durasi imobilitas TST dan kadar neutrofil darah pada setiap
kelompok perlakuan untuk melihat efek BBN terhadap tanda-tanda depresi.
Hasil : Tidak terdapat perbedaan signifikan rerata durasi imobilitas TST
antara kelompok kontrol negatif (KN) dengan kelompok perlakuan lainnya
(KP, DR, DS, dan DT). Terdapat perbedaan signifikan rerata kadar neutrofil
darah antara kelompok kontrol negatif (KN) dengan kelompok kontrol positif
(KP) dan kelompok BBN dosis sedang (DS).
Kesimpulan : Pemberian BBN yang mengandung bromelain pada penelitian
ini tidak menunjukkan efek penekanan perilaku tanda depresif pada model
tikus wistar pascainduksi LPS saat uji TST. Jika ditinjau dari indikator
neutrofil, kelompok perlakuan yang diberikan BBN menunjukkan kadar
neutrofil darah yang lebih tinggi dibanding kelompok KN. Hal ini
mengindikasikan bahwa pemberian BBN mungkin mampu menghambat
penurunan neutrofil sebagai salah satu marker inflamasi yang berperan dalam
progresivitas perilaku depresi.
Background: Depression is one of the mental disorders included in the
current priority health issues and contributes to the global burden of disease.
The pathophysiology of depression can be associated with low antioxidant
levels in the body. An imbalance of free radicals and antioxidants will lead to
oxidative stress conditions and may be associated with depressive behavior. In
addition, neuroinflammatory processes also play an important role in the
progression of depressive behavior. Pineapple as a source of antioxidants is
thought to be a functional food option that provides benefits in depression
management. One of the ingredients in pineapple that acts as an antioxidant
and anti-inflammatory is the enzyme bromelain. To date, no studies have
focused on investigating the potential of pineapple bromelain enzyme as an
antidepressant agent. Therefore, this study was conducted to determine the
effect of pineapple fruit pulp (BBN) containing bromelain on signs of
depression in Wistar rat model after lipopolysaccharide (LPS) induction.
Objective: This study aims to see the effect of giving BBN containing the
enzyme bromelain in suppressing signs of depression after LPS induction
through evaluation of the Tail Suspension Test (TST) behavior test and
measurement of blood neutrophil levels.
Methods: This study used post-test only control group design. Wistar rats
(Rattus norvegicus) were put into control and treatment groups. Rats in the
treatment group will be given BBN with three dose levels for 28 days. Then,
all rats will be injected with LPS to induce neuroinflammation. After that, the
duration of TST immobility and blood neutrophil levels in each treatment
group were compared to see the effect of BBN on signs of depression.
Results: There was no significant difference in the mean duration of TST
immobility between the negative control group (KN) and the other treatment
groups (KP, DR, DS, and DT). There was a significant difference in mean
blood neutrophil levels between the negative control group (KN) with the
positive control group (KP) and the moderate dose BBN group (DS).
Conclusion: The administration of BBN containing bromelain in this study
did not show the effect of suppressing depressive sign behavior in the Wistar
rat model after LPS induction during the TST test. When viewed from
neutrophil indicators, the treatment group given BBN showed higher blood
neutrophil levels than the KN group. This indicates that the administration of
BBN may be able to inhibit the decrease in neutrophils as one of the
inflammatory markers that play a role in the progressivity of depressive
behavior.
Kata Kunci : Bromelain, antioksidan, lipopolisakarida, perilaku depresif, Tail Suspension Test (TST)