Latar
Belakang: Trauma tumpul adalah penyebab
kematian dan cedera yang signifikan di seluruh dunia. Di Indonesia, kecelakaan
lalu lintas adalah penyebab utama kematian dan morbiditas terkait trauma
tumpul. Laporan menunjukkan bahwa Yogyakarta saja mengalami jutaan kasus
kecelakaan, yang mengakibatkan banyak cedera dan kematian. Trauma tumpul, yang
disebabkan oleh benturan keras, jatuh, atau serangan fisik dengan benda tumpul,
tidak melibatkan penetrasi kulit dan mencakup memar, lecet, luka robek, dan
patah tulang. Insiden dan tingkat keparahan trauma tumpul bervariasi
berdasarkan faktor seperti jenis kelamin, usia, gaya hidup, lingkungan, dan
akses ke perawatan kesehatan. Sistem Pengawasan Kesehatan dan Demografi (HDSS)
adalah alat penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang
perubahan sosial dari waktu ke waktu. HDSS bertujuan untuk memajukan
pengetahuan ilmiah di bidang kesehatan dengan menggunakan data populasi.
Masalah: Bagaimana karakteristik korban akibat trauma tumpul
meliputi; usia, jenis kelamin, jenis luka, lokasi luka, dan tingkat keparahan
cedera berdasarkan data HDSS Sleman Yogyakarta untuk periode 2021.
Tujuan: Untuk mengidentifikasi pola trauma tumpul di Kabupaten
Sleman pada periode tahun 2021.
Metode: Penelitian ini menggunakan analisis univariat dan
bivariat. Analisis univariat, dengan desain observasional cross-sectional,
menggunakan pendekatan deskriptif untuk memeriksa variabel individu secara
independen. Analisis bivariat menggunakan uji chi-square untuk mengeksplorasi
hubungan antara dua variabel kategorikal.
Hasil: Pada tahun 2021, terjadi 315 cedera trauma tumpul akibat
kecelakaan, dengan kecelakaan sepeda motor (263 kasus) dan kecelakaan lalu
lintas lainnya (52 kasus) sebagai penyumbang utama. Pria merupakan mayoritas
korban (290 kasus), dengan kelompok usia dewasa, khususnya yang berusia 19-59
tahun (285 kasus). Pendidikan menengah mengalami insiden cedera tertinggi (205
kasus). Ekstremitas bawah merupakan bagian tubuh yang paling sering cedera (216
kasus). Memar atau abrasi pada ekstremitas bawah adalah jenis cedera yang
paling umum terjadi (195 kasus), yang seringkali menyebabkan kehilangan refleks
motorik (56 kasus).
Kesimpulan: Kecelakaan merupakan penyebab utama cedera trauma tumpul
pada tahun 2021, terutama dialami oleh pria dewasa, khususnya mereka dengan
pendidikan menengah. Kebanyakan cedera melibatkan ekstremitas bawah, dengan
memar atau abrasi menjadi yang paling umum terjadi di antara 195 dari 216
responden. Cedera semacam ini dapat menyebabkan gangguan fungsi yang signifikan
dalam jangka panjang, seringkali mengakibatkan kehilangan refleks motorik.
Background: Blunt trauma is a significant cause of death and injury
worldwide. In Indonesia, traffic accidents are the leading cause of blunt
trauma-related mortality and morbidity. Reports indicate that Yogyakarta alone
experiences millions of accident cases, resulting in numerous injuries and
fatalities. Blunt
trauma, caused by strong impacts, falls, or physical assaults with blunt
objects, does not involve skin penetration and includes contusions, abrasions,
lacerations, and fractures. The incidence and severity of blunt trauma vary based on
factors such as sex, age, lifestyle, environment, and access to healthcare. The
Health and Demographic Surveillance System (HDSS) is a research tool used to
collect information on social changes over time. HDSS aims to advance
scientific knowledge in healthcare using population data.
Problem: How are the characteristics of the victims resulting from
blunt trauma including; the age, gender, type of wound, location of the wound,
and severity of injuries based on HDSS Sleman Yogyakarta data for the 2021
period.
Objectives: To identify the pattern of blunt trauma in the Sleman
Regency period in 2021.
Method: The research employed both univariate and bivariate
analyses. Univariate analysis, with a cross-sectional observational design,
used a descriptive approach to examine individual variables independently.
Bivariate analysis utilized the chi-square test to explore relationships
between two categorical variables.
Result: In 2021, accidents caused 315 blunt trauma injuries, with
motorbike accidents (263 cases) and other road traffic accidents (52 cases)
being the primary contributors. Men comprised the majority (290 cases) of
victims, with the adult age group, specifically those aged 19 – 59 years (285
cases). Secondary education experienced the highest incidence of injuries (205
cases). Lower extremities were the most frequently injured body part (216 of
cases). Contusions or abrasions on lower extremities were the most common
injury type (195 cases), often resulting in loss of motoric (56 cases).
Conclusion:
Accidents were the primary cause of blunt trauma
injuries in 2021, predominantly affecting adult male, especially those with
secondary education. Most injuries involved the lower extremities, with
contusions or abrasions being the most common among 195 of the 216 respondents.
Such injuries can lead to significant long-term functional impairments, often resulting
in loss of motoric.
Kata Kunci : Kata Kunci: Trauma Tumpul, trauma non-penetrasi, HDSS, Pola cedera; Keywords: Blunt Trauma, non-penetrating trauma, HDSS, Injury pattern