Laporkan Masalah

Injury Pattern of Blunt Trauma Cases Based on HDSS Sleman 2021 Data

AZIZ PANDU LAKSITO, dr. Idha Arfianti Wiraagni, M.Sc., Sp.FM., Ph.D. dan 3. dr. Hendro Widagdo, Sp.FM(K)

2024 | Skripsi | PENDIDIKAN DOKTER

Latar Belakang: Trauma tumpul adalah penyebab kematian dan cedera yang signifikan di seluruh dunia. Di Indonesia, kecelakaan lalu lintas adalah penyebab utama kematian dan morbiditas terkait trauma tumpul. Laporan menunjukkan bahwa Yogyakarta saja mengalami jutaan kasus kecelakaan, yang mengakibatkan banyak cedera dan kematian. Trauma tumpul, yang disebabkan oleh benturan keras, jatuh, atau serangan fisik dengan benda tumpul, tidak melibatkan penetrasi kulit dan mencakup memar, lecet, luka robek, dan patah tulang. Insiden dan tingkat keparahan trauma tumpul bervariasi berdasarkan faktor seperti jenis kelamin, usia, gaya hidup, lingkungan, dan akses ke perawatan kesehatan. Sistem Pengawasan Kesehatan dan Demografi (HDSS) adalah alat penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang perubahan sosial dari waktu ke waktu. HDSS bertujuan untuk memajukan pengetahuan ilmiah di bidang kesehatan dengan menggunakan data populasi.

 

Masalah: Bagaimana karakteristik korban akibat trauma tumpul meliputi; usia, jenis kelamin, jenis luka, lokasi luka, dan tingkat keparahan cedera berdasarkan data HDSS Sleman Yogyakarta untuk periode 2021.

 

Tujuan: Untuk mengidentifikasi pola trauma tumpul di Kabupaten Sleman pada periode tahun 2021.

 

Metode: Penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat, dengan desain observasional cross-sectional, menggunakan pendekatan deskriptif untuk memeriksa variabel individu secara independen. Analisis bivariat menggunakan uji chi-square untuk mengeksplorasi hubungan antara dua variabel kategorikal.

 

Hasil: Pada tahun 2021, terjadi 315 cedera trauma tumpul akibat kecelakaan, dengan kecelakaan sepeda motor (263 kasus) dan kecelakaan lalu lintas lainnya (52 kasus) sebagai penyumbang utama. Pria merupakan mayoritas korban (290 kasus), dengan kelompok usia dewasa, khususnya yang berusia 19-59 tahun (285 kasus). Pendidikan menengah mengalami insiden cedera tertinggi (205 kasus). Ekstremitas bawah merupakan bagian tubuh yang paling sering cedera (216 kasus). Memar atau abrasi pada ekstremitas bawah adalah jenis cedera yang paling umum terjadi (195 kasus), yang seringkali menyebabkan kehilangan refleks motorik (56 kasus).

 

Kesimpulan: Kecelakaan merupakan penyebab utama cedera trauma tumpul pada tahun 2021, terutama dialami oleh pria dewasa, khususnya mereka dengan pendidikan menengah. Kebanyakan cedera melibatkan ekstremitas bawah, dengan memar atau abrasi menjadi yang paling umum terjadi di antara 195 dari 216 responden. Cedera semacam ini dapat menyebabkan gangguan fungsi yang signifikan dalam jangka panjang, seringkali mengakibatkan kehilangan refleks motorik.

Background: Blunt trauma is a significant cause of death and injury worldwide. In Indonesia, traffic accidents are the leading cause of blunt trauma-related mortality and morbidity. Reports indicate that Yogyakarta alone experiences millions of accident cases, resulting in numerous injuries and fatalities. Blunt trauma, caused by strong impacts, falls, or physical assaults with blunt objects, does not involve skin penetration and includes contusions, abrasions, lacerations, and fractures. The incidence and severity of blunt trauma vary based on factors such as sex, age, lifestyle, environment, and access to healthcare. The Health and Demographic Surveillance System (HDSS) is a research tool used to collect information on social changes over time. HDSS aims to advance scientific knowledge in healthcare using population data. 

 

Problem: How are the characteristics of the victims resulting from blunt trauma including; the age, gender, type of wound, location of the wound, and severity of injuries based on HDSS Sleman Yogyakarta data for the 2021 period.

 

Objectives: To identify the pattern of blunt trauma in the Sleman Regency period in 2021.

 

Method: The research employed both univariate and bivariate analyses. Univariate analysis, with a cross-sectional observational design, used a descriptive approach to examine individual variables independently. Bivariate analysis utilized the chi-square test to explore relationships between two categorical variables.

 

Result: In 2021, accidents caused 315 blunt trauma injuries, with motorbike accidents (263 cases) and other road traffic accidents (52 cases) being the primary contributors. Men comprised the majority (290 cases) of victims, with the adult age group, specifically those aged 19 – 59 years (285 cases). Secondary education experienced the highest incidence of injuries (205 cases). Lower extremities were the most frequently injured body part (216 of cases). Contusions or abrasions on lower extremities were the most common injury type (195 cases), often resulting in loss of motoric (56 cases).

 

Conclusion: Accidents were the primary cause of blunt trauma injuries in 2021, predominantly affecting adult male, especially those with secondary education. Most injuries involved the lower extremities, with contusions or abrasions being the most common among 195 of the 216 respondents. Such injuries can lead to significant long-term functional impairments, often resulting in loss of motoric.

Kata Kunci : Kata Kunci: Trauma Tumpul, trauma non-penetrasi, HDSS, Pola cedera; Keywords: Blunt Trauma, non-penetrating trauma, HDSS, Injury pattern

  1. S1-2024-457704-abstract.pdf  
  2. S1-2024-457704-bibliography.pdf  
  3. S1-2024-457704-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2024-457704-title.pdf