Kerentanan gempabumi: hubungannya dengan persepsi risiko di Kalurahan Wonokromo, Kapanewon Pleret, Kabupaten Bantul
Yosua Wiba Aguntar, Dr. Taufik Hery Purwanto, S.Si., M.Si; Prof. Dr. rer. nat. Junun Sartohadi, M.Sc.
2024 | Tesis | S2 Ilmu Lingkungan
Gempabumi dapat membawa kerugian terutama pada wilayah dengan tingkat kerentanan tinggi. Penilaian kerentanan sosial maupun fisik perlu dilakukan untuk mengurangi risiko bencana. Namun, menaksir persepsi risiko sama pentingnya untuk dilakukan. Tingginya kerentanan sosial dan fisik apabila tidak diimbangi dengan persepsi risiko yang tinggi menimbulkan celah perasaan aman yang semu. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengukur dan memetakan indeks kerentanan sosial dan fisik; (2) menghitung luas kelas indeks persepsi risiko, kerentanan sosial dan fisik; (3) mengkaji dan memetakan korelasi spasial antara indeks persepsi risiko, kerentanan sosial dan fisik.
Kalurahan Wonokromo dipilih
menjadi lokasi studi. Berdasarkan metode Slovin, 389 sampel terpilih untuk
pengisian kuisioner persepsi risiko dengan stratified random sampling. Penilaian
persepsi risiko dilakukan dengan menjumlahkan skor pada tiap butir pernyataan
dengan skala likert 0-1. Data yang diperlukan untuk penilaian kerentanan
merupakan data sekunder yang diperoleh dari pemerintah lokal dan akuisisi data
satelit pengindraan jauh. Penilian kerentanan sosial dan fisik diselesaikan
dengan metode AHP yang menghasilkan indeks 0-1. Metode statistik korelasi
digunakan untuk menguji hubungan dan Uji-T diterapkan untuk mengidentifikasi
perbedaan antar variabel. Hasil indeks persepsi risiko, kerentanan sosial &
fisik dan Uji-T diolah dengan ArcGIS untuk merepresentasikannya dalam
wujud peta.
Berdasarkan hasil
analisis, kami menemukan bahwa terdapat hubungan antara persepsi risiko dan
kerentanan sosial di Dukuh Jati dan hubungan positif persepsi risiko dan
kerentanan fisik di Dukuh Brajan. Lebih lanjut, hasil uji-T mengungkapkan
terdapat perbedaan signifikan antara persepsi risiko dan (P value < 0> kerentanan sosial di 4 padukuhan.
Perbedaan signifikan dengan kondisi indeks persepsi risiko > kerentanan
sosial mengindikasikan adanya kesiapsiagaan dan kewaspadaan dibanding dengan
tingkat kerentanan sosial. Hasil uji-T antara persepsi risiko dan kerentanan
fisik mengungkapkan adanya perbedaan signifikan di Dukuh Karanganom.
Berdasarkan temuan adanya kesenjangan antara persepsi risiko dan kerentanan
fisik, kami merekomendasikan perlunya diadakan kegiatan untuk meningkatkan
kesiapsiagaan, pengetahuan dan kewaspadaan terutama pada wilayah dengan tingkat
kerentanan tinggi untuk efektifitas pengurangan risiko bencana
Earthquakes can cause losses, especially in areas with a high level of vulnerability. Social and physical vulnerability assessments need to be carried out to reduce disaster risk. However, assessing risk perception (RPI) is essential. High social (SoVI) and physical (PVI) vulnerabilities if not balanced with highrisk perceptions create a false sense of security. The aim of this research is (1) to measure and map RPI, SoVI and PVI;(2) to count area of RPI, SoVI & PVI for each class; (3) to assess dan map spatial correlation between RPI, SoVI & PVI.
Wonokromo sub-district was
chosen as the study location. Based on the Slovin method, 389 samples were
selected to complete the risk perception questionnaire using stratified random
sampling. The RPI assessment is carried out by adding up the scores for each
statement item on a 0-1 Likert scale. The data required for vulnerability
assessment is secondary data obtained from local governments and remote sensing
satellite data acquisition. The assessment of social and physical vulnerability
is completed using the AHP method which produces an index of 0-1. Pearson
correlation was implemented to identify correlation, hence the T-test
statistical method was applied to identify significant differences between RPI,
SoVI and PVI. The results of RPI, SoVI, PVI and T-test are processed with
ArcGIS to represent them in map form.
Based on the results of the
analysis, we found that there was a relationship between RPI-SoVI in Dukuh Jati
and a positive relationship between RPI-PVI in Dukuh Brajan. Furthermore, the
T-test results revealed that there was a significant difference between RPI and
SoVI (P value < 0> SoVI index condition in 4 dukuhans
in Wonokromo. The significant difference with the RPI > SoVI condition
indicates preparedness and awareness compared to the level of social
vulnerability. The results of the RPI and PVI T-test revealed that PVI > RPI
was significant in Dukuh Karanganom. Eight other hamlets also had PVI values
> RPI but were not significant. Based on the findings of a gap between PVI
and RPI, we recommend that activities be held to increase preparedness,
knowledge and awareness, especially in areas with high levels of vulnerability
for effective disaster risk reduction.
Kata Kunci : kerentanan fisik, kerentanan sosial, persepsi risiko, komparasi-spasial