Modernisasi Perkotaan Jawa dan Westernisasi Gaya Hidup Pemuda Pada Paruh Pertama Abad ke 20
Mochamad Irfansyah, Prof. Dr. Bambang Purwanto, M.A.
2024 | Tesis | S2 Sejarah
Pada awal abad ke-20 hingga tahun 1940, kehidupan remaja Jawa mengalami perubahan signifikan yang mencerminkan perpaduan antara tradisi lokal dan pengaruh kolonial Belanda dan menimbulkan apa yang disebut sebagai budaya kolonial pemuda Jawa. Di tengah gejolak zaman tersebut, elemen-elemen budaya populer muncul sebagai cermin dinamika sosial dan perubahan. Di dunia mode, remaja Jawa mulai mengalami modernisasi, menciptakan budaya populer yang mencerminkan pengaruh Barat di bidang fashion. Hiburan Barat seperti bioskop dan musik gramofon juga mulai memasuki kehidupan sehari-hari remaja, bersanding dengan seni tradisional seperti wayang kulit, gamelan, dan tarian. Salah saktu segmentasi pemuda Jawa Kota yang mengalami imbas ini adalah pemuda kota Jawa dari kalangan priyayi terutama anak-anak priyayi kaya yang budaya Jawanya tidak terlalu kental yang bersekolah di institusi Belanda. Kehidupan remaja Jawa pada periode tersebut mencerminkan perjuangan antara tradisi dan modernitas, membentuk sebuah narasi yang penuh dengan dinamika budaya dan identitas.
In the early 20th century until the 1940s, the
lives of Javanese youth underwent significant changes reflecting a blend of
local traditions and the influence of Dutch colonialism, giving rise to what is
known as the colonial culture of Javanese youth. Amidst the turbulence of that
era, elements of popular culture emerged as a mirror of social dynamics and
change. In the realm of fashion, Javanese youth began experiencing
modernization, creating a popular culture that reflected Western influence in
the fashion industry. Western entertainment, such as cinemas and gramophone
music, also started to permeate the daily lives of youth, alongside traditional
arts like wayang kulit, gamelan, and dance. One notable segment of Javanese
youth affected by these changes was the urban youth, especially those from the
priyayi class, particularly the affluent priyayi children whose Javanese
culture was not as pronounced and who attended Dutch institutions. The lives of
Javanese youth during this period reflect a struggle between tradition and
modernity, shaping a narrative rich in cultural dynamics and identity.
Kata Kunci : Budaya Kolonial Pemuda Jawa, Budaya Populer, Modernisasi, Westernisasi