Laporkan Masalah

MODEL PEMBELAJARAN SOROGAN DI PESANTREN DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN PERENNIALISME (Studi Kasus di Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta)

Muhammad Thufeil Ad-dausi, Fitri Alfariz, S.Fil., M.Phil ; Dr. Rr. Siti Murtiningsih, S.S.,M.Hum.

2024 | Skripsi | ILMU FILSAFAT

Sorogan merupakan sebuah metode pembelajaran yang lazim ditemukan dalam pesantren tradisional, yaitu membaca kitab kuning secara langsung di hadapan seorang guru atau kiai. Berkurangnya eksistensi pesantren salaf atau tradisional menjadi salah satu penyebab berkurangnya metode sorogan dalam dunia pesantren. Krapyak sebagai pondok pesantren tua di Yogyakarta justru masih mempertahankan tradisi sorogan dalam salah satu praktik pembelajarannya. Sorogan di Krapyak bahkan menjadi pembelajaran unggulan di Krapyak sedari masa kepemimpinan Mbah Kiai Ali Maksum sebagai pencetus adanya metode sorogan di Krapyak hingga kini diteruskan cucunya yakni Kiai Afif Muhammad. Pola pendidikan pesantren bisa dikatakan selaras dengan jalan pemikiran aliran filsafat pendidikan perennialisme. Suatu aliran filsafat pendidikan yang mengutamakan nilai-nilai agama dan budaya masa lampau pada suatu proses pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk meninjau model pembelajaran sorogan di Pondok Pesantren Krapyak melalui perspektif pendidikan perennialisme.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dalam bidang ilmu filsafat dengan menggunakan objek formal filsafat pendidikan perennialisme dan model pembelajaran sorogan di Pondok Pesantren Krapyak sebagai objek material. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif, interpretasi, dan refleksi kritis dengan jenis penelitian kepustakaan dan wawancara, dengan jalan penelitian mengumpulkan, mengolah, menyusun, menginterpretasi, dan menganalisis data.

Hasil penelitian ini adalah penjelasan bahwa model pembelajaran sorogan di Pesantren Krapyak mempunyai beberapa ciri khas yaitu bebasnya pemilihan kitab sesuai keinginan santri, diajar langsung oleh kiai pengasuh pesantren, dan mekanisme kloter pada pelaksanaannya. Sorogan memuat tiga nilai-nilai yang merupakan cerminan dari filsafat pendidikan perennialisme yaitu nilai keluhuran, tradisi, dan rasionalitas. Nilai keluhuran ada pada materi pembelajaran dan pada kiai yang mengampunya, nilai tradisi muncul dikarenakan sorogan di Pesantren Krapyak merupakan warisan terdahulu, dan nilai rasionalitas tercermin melalui penerapan teori belajar perennialisme dari mental disiplin, asas kemerdekaan, dan persiapan hidup. Hasil lain adalah analisis tentang kelebihan dan kekurangan sorogan di Pesantren Krapyak dalam perspektif perennialisme, di antaranya adalah penerapan model kloter yang merupakan kelebihan karena menjadi tradisi khas sorogan Krapyak, juga disisi lain dapat menjadi kekurangan karena lebih kurangnya intensitas antara kiai dan santrinya.

Sorogan is a learning method that is commonly found in traditional Islamic boarding schools, namely reading the yellow book directly in front of a teacher or kiai. The reduced existence of salaf or traditional pesantren is one of the reasons for the reduction of the sorogan method in the world of pesantren. Krapyak as an old Islamic boarding school in Yogyakarta actually still maintains the sorogan tradition in one of its learning practices. Sorogan in Krapyak has even become a superior learning in Krapyak since the leadership of Mbah Kiai Ali Maksum as the originator of the sorogan method in Krapyak until now it has been continued by his grandson, Kiai Afif Muhammad. The pattern of pesantren education can be said to be in harmony with the way of thinking of the school of perennialism educational philosophy. A school of educational philosophy that prioritizes past religious and cultural values in an educational process. This study aims to review the sorogan learning model at the Krapyak Islamic Boarding School through the perspective of educational perennialism.

This research is a qualitative research in the field of philosophy using the formal object of educational perennialism and the sorogan learning model at the Krapyak Islamic Boarding School as material objects. The research method used is the method of literature and interviews by way of research collecting data, processing, compiling, interpreting, and analyzing data.

The results of this research are an explanation that the sorogan learning model at the Krapyak Islamic Boarding School has several distinctive characteristics, namely the freedom to choose books according to the wishes of the students, taught directly by the Islamic boarding school's kiai, and a group mechanism in its implementation. Sorogan contains three values which are a reflection of the perennialist educational philosophy, namely the values of nobility, tradition and rationality. The value of nobility is in the learning material and in the kiai who teach it, traditional values arise because sorogan at the Krapyak Islamic Boarding School is a previous legacy, and the value of rationality is reflected through the application of the perennialism learning theory of mental discipline, the principle of independence, and preparation for life. Another result is an analysis of the advantages and disadvantages of sorogan at the Krapyak Islamic Boarding School from a perennialism perspective, including the application of the kloter model which is an advantage because it is a typical Krapyak sorogan tradition, but on the other hand it can also be a disadvantage because of the lack of intensity between the kiai and his students.

Kata Kunci : Sorogan, Pesantren, Pendidikan, Perennialisme

  1. S1-2024-426786-abstract.pdf  
  2. S1-2024-426786-bibliography.pdf  
  3. S1-2024-426786-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2024-426786-title.pdf