Laporkan Masalah

Kearifan Lokal Piyau Bakajang Kain (Perahu Beratap Kain) Masih Berlayar Bersama Raja Rantau Kampar Kiri Gunung Sahilan: Rekonstruksi Identitas Masyarakat Malako Kociak, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau

MUHAMMAD ADE PUTRA, Mubarika Dyah Fitri Nugraheni, S.Ant., M.A

2024 | Skripsi | ANTROPOLOGI BUDAYA

Piyau Bakajang Kain adalah kearifan lokal masyarakat Rantau Kampar Kiri Gunung Sahilan yang berupa perahu tradisional. Perahu ini digunakan sebagai medium transportasi adat, terkhususnya untuk Raja Rantau Kampar Kiri Gunung Sahilan. Sayangnya, hanya Kenegerian Malako Kociak yang masih aktif memproduksi Piyau Bakajang Kain untuk raja. Selain itu, Piyau Bakajang Kain untuk Raja Rantau Kampar Kiri Gunung Sahilan adalah kearifan lokal yang kembali hadir pada struktur kebudayaan masyarakat, disebabkan penabalan kembali tokoh raja. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan prosesi Piyau Bakajang Kain untuk raja hingga merespon alasan kebertahanan Piyau Bakajang Kain di Malako Kociak. Penelitian berbentuk kualitatif dengan metode penelitian etnografi. Penulis melakukan observasi dan wawancara mendalam bersama para narasumber di Kenegerian Malako Kociak, Desa Tanjung Beringin, Kec. Kampar Kiri Gunung Sahilan, Kab. Kampar, Riau. Para narasumber adalah tokoh adat, budayawan, seniman dan perwakilan masyarakat Malako Kociak. Dalam penelitian ini ditemukan hasil mengenai komponen-komponen yang menjadi alasan kehadiran kembali dan kebertahanan Piyau Bakajang Kain untuk raja di Malako Kociak, seperti infrastruktur Malako Kociak yang berupa jalur sungai, adanya struktur penghormatan kepada raja, hingga kepercayaan terhadap suprastruktur yang berkembang di masyarakat. Selain itu, terdapat folklor-folklor yang menunjang eksistensi kearifan lokal ini. Seluruh komponen-komponen tersebut, secara langsung merekonstruksi identitas masyarakat Malako Kociak.  

Piyau Bakajang Kain is the local wisdom of the Rantau Kampar Kiri Gunung Sahilan district community in Kampar Regency, Riau Province, in the form of a traditional boat. This boat is traditionally used as a medium of transportation, especially for the king of Rantau Kampar Kiri Gunung Sahilan. Unfortunately, only the Kenegerian Malako Kociak thatstill produces Piyau Bakajang Kain for the kings. Besides that, the Piyau Bakajang Kain for the King of Rantau Kampar Kiri Gunung Sahilan is a form of local wisdom that has returned to the cultural structure of society due to the reintroduction of the King's figure. This research aims to describe the Piyau Bakajang Kain procession for the King and respond to the reasons for the survival of Piyau Bakajang Kain in Malako Kociak region. This research employed qualitative ethnographic research methods. Research data sources were obtained through observations and in-depth interviews with several informants at Kenegerian Malako Kociak, Tanjung Beringin Village, Kampar Kiri Gunung Sahilan District, Kampar Regency, Riau Province. The informants were traditional and cultural figures, artists, and representatives of the Malako Kociak community. This research found that several components were the reasons for the return and survival of the Piyau Bakajang Kain for the King in Malako Kociak, such as the Malako Kociak infrastructure in the form of a river route, the existence of a structure of respect for the king, and the trust in the superstructure that developed in the community. In addition, there are folk tales that support the existence of this local wisdom. All of these components directly reconstruct the identity of the Malako Kociak community.

Kata Kunci : Piyau Bakajang Kain, kearifan lokal, materialisme kebudayaan, folklor, rekonstruksi identitas

  1. S1-2024-456650-abstract.pdf  
  2. S1-2024-456650-bibliography.pdf  
  3. S1-2024-456650-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2024-456650-title.pdf