Latar belakang: Menurut data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2023 terdapat 20 juta remaja Indonesia yang mengenyam pendidikan di sekolah. Angka tersebut meliputi jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Hasil data BPS menyebutkan Provinsi dengan jumlah SMK terbanyak di Indonesia adalah Jawa barat yaitu sejumlah 2.916 SMK. Cirebon sebagai kota terbanyak, ada 107 SMK dengan total murid 54.260 jiwa. Remaja yang bersekolah diharuskan mengikuti peraturan, sementara itu pada fase ini remaja sedang mengalami masa perubahan fisik dan peningkatan hormon yang berdampak menjadi perubahan perilaku dan rentan mengalami permasalahan kesehatan jiwa. Sebagai contoh dalam upaya pencarian identitas diri, salah satunya remaja memilih bergabung dengan sejumlah kelompok sosial sementara kelompok (geng) ini terkadang berisiko membuat remaja sebagai anggota melakukan kenakalan hingga berurusan dengan hukum. Perilaku remaja yang mendapat label nakal ini mungkin saja perilaku conduct disorder. Menurut panduan DSM-IV terdapat 3 gejala spesifik conduct disorder yaitu agresi terhadap orang atau binatang, merusak barang-barang, suka berbohong atau mencuri dan melanggar aturan selama sekurang-kurangnya 12 bulan dan paling tidak 1 gejala muncul selama lebih dari 6 bulan terakhir. Conduct disorder lebih umum dikenali pada kalangan anak laki-laki (12,0%) daripada anak perempuan (7,1%) (Nock et al, 2006; Erskine et al, 2013; Boat & Wu, 2015; Salmanian et al, 2017). Meskipun conduct disorder jarang terjadi pada perempuan, tingkat komorbiditas pada perempuan cenderung berlangsung seumur hidup. Sejalan dengan hipotesis 'delayed onset', anak perempuan memiliki kemampuan menginternalisasi psikopatologi, kebanyakan tidak menunjukan gejala agresi fisik dan perusakan properti namun yang terjadi adalah pelanggaran aturan yang lebih serius daripada anak laki-laki. Pada akhirnya pentingnya penelitian ini adalah menghindari kesalahan pengenalan gejala conduct disorder sehingga tidak teridentifikasi, tidak teratasi dan berlanjut bahkan menetap hingga dewasa.
Tujuan penelitian: mengidentifikasi perbedaan proporsi tendensi conduct disorder peserta didik laki-laki dan perempuan di SMK Islamic Center Cirebon.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian adalah remaja peserta didik laki-laki dan perempuan kelas 11 (sebelas) dan 12 (dua belas) di SMK Islamic Center Cirebon. Kecenderungan conduct disorder diukur dengan CDRS – Teacher: Conduct Disorder Rating Scale – Teacher Version dan tingkat kemaknaan uji statistik dinyatakan pada p < 0>Hasil: Analisis bivariat menunjukan hasil signifikansi 0,000 dan odd ratio =5,915
Kesimpulan: Terdapat perbedaan proporsi tendensi conduct disorder siswa laki-laki dan perempuan di SMK Islamic Center Cirebon. Proporsi tendensi conduct
disorder pada laki-laki terjadi 5,9 kali lebih besar dibandingkan perempuan.
Background: In 2023 there is a 20 million Indonesian teenagers studying at school. Includes the Junior High School (SMP) level to Senior High School (SMA) or equivalent to Vocational High School (SMK). BPS data results indicate the province with the largest number of vocational schools in Indonesia is West Java, which has 2,916 vocational schools and Cirebon as the largest number. Teenagers at school are required to follow the rules, meanwhile in this phase they are experiencing a period of physical changes and increased hormones that have an impact become behavioral changes and become vulnerable to mental health problems. This behavior of teenagers who are labeled naughty is possible a conduct disorder behavior according to the DSM-IV guidelines.The importance of this research is to avoid misrecognition of conduct symptoms disorder so that it is not identified, not resolved and continues or even persists until adulthood especially in SMK Islamic Center Cirebon
Methods: This research is an observational analytical research with cross sectional approach. The research subjects were male teenage students and girls in grades 11 (eleven) and 12 (twelve) at the Islamic Center Vocational School Cirebon. The tendency for conduct disorder is measured by CDRS – Teacher: Conduct Disorder Rating Scale – Teacher Version and level of test significance statistics were stated at p < 0>
Results: Bivariate analysis showed a significance result of 0.000 and an odds ratio = 5.915.
Conclusion: There are differences in the proportion of conduct disorder tendencies of male and female students at the Cirebon Islamic Center Vocational School. Proportion of Conduct Disorders tendencies in men occur 5.9 times more than women.
Kata Kunci : Conduct disorder, Pelajar, CDRS Teacher, Conduct disorder, Student, CDRS Teacher