GERAKAN SOSIAL ALARMGEDE SEBAGAI CONTENTIOUS POLITICS DALAM PENOLAKAN PENAMBAHAN PLTP YANG MERAMPAS RUANG HIDUP MASYARAKAT (Studi Kasus: Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Dieng Unit 2)

Maulida Rita Widyana, Bayu Dardias Kurniadi., S.I.P, M.A, M.Pub.Pol, P.hD

2023 | Tesis | S2 Ilmu Politik

Penelitian ini membahas tentang proses pembentukan dan strategi gerakan sosial ALARMGEDE dalam melakukan perlawanan terhadap penambahan PLTP Dieng Unit 2. Peneliti memilih Dieng sebagai wilayah studi kasus karena wilayah tersebut memiliki sumber panas bumi yang digunakan untuk pembangunan PLTP Dieng. Selain itu, pada saat pembangunan PLTP Dieng Unit 1 di wilayah tersebut tidak terjadi penolakan dari warga. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, seperti kurangnya informasi tentang dampak yang akan timbul akibat pembangunan PLTP, pembangunan PLTP Dieng Unit 1 terjadi pada masa Orde Baru, dan kurangnya massa dari warga lokal dalam melakukan penolakan. Namun, selama pembangunan PLTP Dieng Unit 1, berbagai dampak yang dirasakan oleh warga lokal mulai muncul, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun ekologi. Dampak-dampak tersebut mengakibatkan timbulnya konflik antara warga lokal, antara warga lokal dan perusahaan, serta antara warga lokal dan perangkat desa. 

Konflik-konflik ini pada akhirnya mendorong pembentukan gerakan sosial ALARMGEDE. Kemunculan gerakan sosial Dieng merupakan instrumen contentious politics bagi warga lokal yang menolak penambahan PLTP Dieng Unit 2. Contentious politics muncul karena pertentangan yang terjadi pada warga lokal, sehingga terbentuklah gerakan sosial ALARMGEDE. Penelitian ini sangat relevan untuk memahami dinamika sosial dan proses pembentukan gerakan sosial dalam menanggapi pembangunan proyek-proyek besar seperti PLTP Dieng Unit 2, serta bagaimana strategi gerakan sosial digunakan untuk menyampaikan pesan dan tujuan mereka kepada masyarakat luas.

Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus karena penelitian ini bersifat kontemporer, dengan peran peneliti memeriksa bagaimana proses dan strategi gerakan sosial, dan bukan melihat dari aspek resistensinya. Selain itu, peneliti tidak menjadi bagian dari objek penelitian ini, dan peneliti memastikan agar penelitian ini tetap dalam konteks lingkungannya. Jadi, peneliti melakukan penelitian tentang gerakan sosial bukan membawa objek penelitian ke lingkungan peneliti. Kemudian, penggunaan data primer dan data sekunder menjadi bagian penting dalam penelitian ini. Data primer diperoleh melalui hasil wawancara dengan warga Desa Karangtengah, perangkat desa, LSM, dan PT. Geo Dipa Energi. Data sekunder didapatkan dari penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Kerangka teori yang digunakan adalah teori gerakan sosial yang diadopsi dari Sidney Tarrow. Dalam kerangka teori ini, terdapat empat indikator yang digunakan oleh peneliti, yaitu political opportunity structure, mobilizing structure, repertoire, dan framing. 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat proses dan strategi yang dilakukan oleh gerakan sosial ALARMGEDE dalam melakukan perlawanan. Dalam proses pembentukan gerakan sosial, peneliti menggunakan indikator political opportunity structure yang terdiri dari konflik antar elit, krisis sosial di kalangan warga, terbukanya akses terhadap lembaga politik, dan konflik antar warga yang menentang dengan tokoh lokal yang kuat. Selain itu, peneliti juga menggunakan indikator mobilizing structure sebagai alat analisis dalam memahami proses pembentukan gerakan sosial. Terdapat beberapa bentuk mobilisasi massa yang digunakan, antara lain adalah mobilizing material resource, mobilizing moral resource, dan mobilizing cultural resource.

Dalam hal strategi gerakan sosial, peneliti menggunakan indikator repertoire yang terdiri dari bentuk-bentuk tindakan yang diarahkan kepada PT Geo Dipa Energi dan perangkat desa sebagai bagian dari upaya perlawanan. Selain itu, peneliti juga menggunakan indikator framing sebagai strategi dengan memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan pesan penolakan warga terhadap penambahan PLTP Dieng Unit 2 agar dapat dikenal oleh seluruh masyarakat Indonesia. Penelitian ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana gerakan sosial ALARMGEDE terbentuk, beroperasi, dan mencapai tujuannya dalam menghadapi rencana penambahan PLTP Dieng Unit 2.

Kata kunci: gerakan sosial, PLTP Dieng, political opportunity structure, mobilizing structure, repertoire, framing

This research discusses the process of forming a social movement and the strategy of the ALARMGEDE social movement in fighting against the addition of PLTP Dieng Unit 2. Researchers chose Dieng as a case study area because the area has geothermal resources which are used for the construction of PLTP Dieng. Apart from that, during the construction of the Dieng Unit 1 PLTP, there was no resistance from residents in this area. This is caused by several reasons, such as a lack of information about the impacts that will arise as a result of the construction of the PLTP, the construction of the Dieng Unit 1 PLTP occurred during the Old Order era, and a lack of coordination from residents in rejecting it. However, during the construction of PLTP Dieng Unit 1, various impacts felt by local residents began to emerge, both from an economic, social and ecological perspective. These impacts resulted in conflicts between local residents, between local residents and companies, as well as between local residents and village officials. 

These conflicts ultimately encouraged the formation of the ALARMGEDE social movement. The emergence of the Dieng social movement was an instrument of contentious politics for local residents who rejected the addition of PLTP Dieng Unit 2. Contentious politics emerged because of the conflict that occurred among local residents, resulting in the formation of the ALARMGEDE social movement. This research is very relevant for understanding social dynamics and the process of forming social movements in response to the construction of large projects such as PLTP Dieng Unit 2, as well as how social movement strategies are used to convey their messages and goals to the wider community.

The research method used is a case study because this research is contemporary in nature, with the role of the researcher examining the processes and strategies of social movements, and not looking at the resistance aspect. Apart from that, the researcher is not part of the object of this research, and the researcher ensures that this research remains in the context of its environment. So, researchers conduct research on social movements rather than bringing the research object into the researcher's environment. Then, the use of primary data and secondary data is an important part of this research. Primary data was obtained through interviews with Karangtengah Village residents, village officials, NGOs, and PT. Geo Dipa Energy. Secondary data was obtained from previous research that is relevant to this research. The theoretical framework used is social movement theory adopted from Sidney Tarrow. In this theoretical framework, there are four indicators used by researchers, namely political opportunity structure, mobilizing structure, repertoire, and framing.

The research results show that there are processes and strategies carried out by the ALARMGEDE social movement in carrying out resistance. In the process of forming social movements, researchers use political opportunity structure indicators which consist of conflict between elites, social crisis among citizens, open access to political institutions, and conflict between citizens who oppose strong local figures. Apart from that, researchers also use mobilizing structure indicators as an analytical tool in understanding the process of forming social movements. There are several forms of mass mobilization used, including mobilizing material resources, mobilizing moral resources, and mobilizing cultural resources.

In terms of social movement strategies, researchers use repertoire indicators consisting of forms of action directed at PT Geo Dipa Energi and village officials as part of resistance efforts. Apart from that, researchers also used framing indicators as a strategy by utilizing social media to spread the message of residents' rejection of the addition of PLTP Dieng Unit 2 so that it can be known by all Indonesian people. This research provides an in-depth understanding of how the ALARMGEDE social movement was formed, operated, and achieved its goals in facing the planned addition of PLTP Dieng Unit 2.

Keywords: social movement, PLTP Dieng, political opportunity structure, mobilizing structure, repertoire, framing

Kata Kunci : gerakan sosial, PLTP Dieng, political opportunity structure, mobilizing structure, repertoire, framing