Laporkan Masalah

Perencanaan Model Bisnis Pengadaan Alat-Alat Kelautan

Khalda Ahmad Muafa, Boyke Rudy Purnomo, S.E., M.M., PhD., CFP,

2023 | Tesis | S2 Manajemen

Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi tinggi dilihat dari segi wilayah laut dan pantai sehingga dapat memunculkan peluang serta tantangan tersendiri untuk dieksplorasi lebih dalam. Negara kepulauan dengan luas lautan lebih dari 8 juta km persegi, panjang garis pantai mencapai 81.000 km dengan penduduk yang tinggal di sekitar pesisir berjumlah 40 juta jiwa. Hal ini membuat United Nation Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) menyebut jika luas wilayah perairan Indonesia merupakan salah satu kekayaan wawasan nusantara. Oleh karena itu, kegiatan riset dan pemetaan harus diberi perhatian khusus guna mengoptimalkan kekayaan sumber daya yang dimiliki Indonesia. Selain itu, bencana alam tentu menjadi fokus utama agar mitigasi bencana dapat dilakukan di beberapa titik potensial yang mungkin terjadi dari dalam laut.
Permasalahan yang terjadi di Indonesia adalah perkembangan teknologi di bidang kelautan yang relatif rendah dan dianggap tertinggal. Faktanya, sekitar 20% wilayah laut Indonesia yang baru terpetakan sehingga masih ada kisaran 80% yang belum tereksplorasi secara maksimal. Dalam hal ini, pemerintah memiliki peranan penting untuk menjadikan negara maritim yang berdaulat di masa depan. Negara yang memiliki kemampuan dalam menciptakan dan peningkatan infrastruktur kelautan serta pentingnya memahami tata kelola di laut. Perlunya dukungan teknologi yang canggih dalam melakukan riset dan pemetaan untuk menggali potensi-potensi yang ada di dalamnya. Selain itu, mempersiapkan sumber daya manusia yang mumpuni dalam mengoperasikan teknologi dengan baik. Ini menjadikan peluang besar untuk penyedia peralatan survei kelautan untuk meningkatkan infrastruktur tata kelola di laut. Oleh karena itu, penyedia alat survei kelautan menjadi jawaban dalam memenuhi kebutuhan teknologi untuk melakukan riset dan pemetaan di laut agar lebih maksimal.
Penelitian ini bertujuan untuk merancang model bisnis alat-alat kelautan serta menganalisis kelayakan finansial. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data yaitu wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan kepada dua narasumber pelaku industri serta tiga narasumber calon pelanggan. Sedangkan, observasi dilakukan pada dua perusahaan kompetitor di industri alat kelautan. Data yang diperoleh dijadikan sebagai acuan perancangan model bisnis alat-alat kelautan. Hasil pengumpulan data dijabarkan melalui peta empati dan juga bisnis model kanvas. Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial, pada kondisi pesimis diperoleh NPV sebesar Rp5.216.607.922, IRR sebesar 34%, dan PP selama 3 tahun 1 bulan. Pada kondisi normal diperoleh NPV sebesar Rp14.888.087.998, IRR sebesar 67%, dan PP selama 2 tahun 3 bulan. Sedangkan, pada kondisi optimis diperoleh NPV sebesar Rp22.156.922.173, IRR sebesar 87%, dan PP selama 2 tahun. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perancangan model bisnis alat-alat kelautan layak untuk dijalankan.

Indonesia is a country that has high potential in terms of marine and coastal areas that can create its own opportunities and challenges to be explored more deeply. An archipelago with an ocean area of more than 8 million square kilometers, a coastline length of 81,000 kilometers and a coastal population of 40 million. This makes the United Nation Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) mention that Indonesia's vast territorial waters are one of the wealth of the archipelago. Therefore, research and mapping activities must receive special attention in order to optimize the wealth of resources owned by Indonesia. In addition, natural disasters are certainly the main focus so that disaster mitigation can be carried out at several potential points that may occur from within the sea.

The problem that occurs in Indonesia is that technological development in the marine sector is relatively low and is considered to be left behind. In fact, about 20% of Indonesia's marine areas have only been mapped so there is still a range of 80% that has not been maximally explored. In this case, the government has an important role in making a sovereign maritime country in the future. A country that has the ability to create and improve marine infrastructure and the importance of understanding governance at sea. The need for sophisticated technological support in conducting research and mapping to explore the potentials that exist in it. In addition, preparing qualified human resources to operate the technology properly. This makes a great opportunity for marine survey equipment providers to help improve governance infrastructure at sea. Therefore, marine survey equipment providers are the answer in meeting the technological needs for conducting research and mapping at sea to be maximized.

This research aims to design a marine equipment business model and analyze its financial feasibility. This research used data collection methods, namely interview and observation. Interview were conducted with two interviewees from industry players and three interviewees from potential customers. Meanwhile, observation were made at two competitor companies in the marine equipment industry. The data obtained was used as a reference to design a marine equipment business model. The results of data collection are described through an empathy map and also a business model canvas. Based on the results of the financial feasibility analysis, under pessimistic conditions, the NPV is Rp5,216,607,922, the IRR is 34%, and the PP is 3 years and 1 month. Under normal conditions, the NPV amount to Rp14,888,087,998, IRR is 67%, and PP for 2 years and 3 month. While in optimistic conditions, the NPV is Rp22,156,922,173, IRR is 87%, and PP for 2 years. Thus is can be said that the design of this marine equipment business model is feasible to run.

Kata Kunci : Wilayah Laut Indonesia, Alat Survei Kelautan, Bisnis Model Kanvas, Peta Empati, Indonesian Marine Area, Marine Survey Equipment, Business Model Canvas, Empathy Map

  1. S2-2023-470957-abstract.pdf  
  2. S2-2023-470957-bibliography.pdf  
  3. S2-2023-470957-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2023-470957-title.pdf