Laporkan Masalah

Kekerasan Tindik Telinga Anak Perempuan dalam Perspektif Maurice Merleau-Ponty

Loren Kristina, Pembimbing utama: Prof. Drs. M. Mukhtasar Syamsuddin, M.Hum., Ph.D of Art, Pembimbing pendamping: Dr. Hastanti Widy Nugroho

2023 | Skripsi | ILMU FILSAFAT

Penelitian “Kekerasan Tindik Telinga Anak Perempuan dalam Perspektif Fenomenologi Tubuh Maurice Merleau-Ponty” di dalamnya memaparkan wujud kekerasan tindik telinga anak perempuan dan analisisnya dalam perspektif fenomenologi tubuh Merleau-Ponty. Meskipun tindik telinga memiliki sejarah yang panjang dan luas, praktik ini acapkali menjadi kontroversial dalam konteks hak individu dan kebebasan dalam mengambil keputusan terhadap tubuhnya sendiri. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganggap tindik telinga anak perempuan merupakan salah satu bentuk kekerasan. Selain itu, praktik ini juga dapat mengarah pada risiko kesehatan dan infeksi jika tidak dilakukan dengan standar kesehatan, sterilisasi yang tepat, dan penanganan yang aman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan secara komprehensif wujud kekerasan tindik telinga anak perempuan dan menganalisis kekerasan tindik telinga anak perempuan dalam perspektif fenomenologi tubuh Merleau-Ponty.

Penelitian ini merupakan penelitian berjenis kualitatif dengan model penelitian masalah aktual berupa kekerasan tindik telinga anak perempuan yang ada di dalam masyarakat. Hal ini kemudian dikaji menggunakan objek formal berupa pemikiran-pemikiran yang berkaitan dengan fenomenologi tubuh Maurice Merleau-Ponty. Metode penelitian yang digunakan adalah metode fenomenologi dengan unsur metodis sebagai berikut: 1) deskripsi; 2) interpretasi; 3) historis; dan 4) induksi.

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah: Pertama, kekerasan tindik telinga pada anak perempuan adalah manifestasi atau wujud dari kekerasan terhadap perempuan dalam struktur patriarki yang lebih luas. Dalam budaya patriarki, tubuh perempuan sering kali dilihat sebagai objek yang harus disesuaikan dengan norma-norma sosial. Tindik telinga dapat dilihat sebagai salah satu cara untuk ‘memperindah’ atau ‘memfemininkan’ tubuh perempuan sejak usia dini. Kedua, tubuh bagi Merleau-Ponty bukanlah sekedar wadah (objek) yang menampung kesadaran; melainkan tubuh berfungsi sebagai mediator (subjek) pengalaman. Kekerasan tindik telinga anak perempuan berimplikasi pada cara anak perempuan sebagai individu mengalami dan berinteraksi dengan dunia di sekitarnya sebab tindakan ini memengaruhi persepsi diri, ekspresi, dan pengalaman perempuan. Pada kasus kekerasan tindik telinga anak perempuan terjadi pergeseran peran tubuh dari subjek menjadi objek yang tunduk pada otoritas di luar dirinya. Kehilangan kontrol atas keputusan yang berkaitan dengan tubuh dapat memengaruhi rasa kepercayaan diri dan kapasitas mereka untuk melihat diri sebagai partisipan aktif dalam kehidupan dirinya.

The research “Ear Piercing Violence in Girls in the Perspective of Maurice Merleau-Ponty's Body Phenomenology” describes the form of violence in girls' ear piercing and its analysis in the perspective of Merleau-Ponty body phenomenology. Although ear piercing has a long and extensive history, the practice has often been controversial in the context of individual rights and freedom to make decisions about one's own body. The World Health Organization (WHO) considers girls' ear piercing to be a form of violence. In addition, this practice can also lead to health and infection risks if it is not carried out with health standards, proper sterilization and safe handling. The purpose of this research is to comprehensively explain the manifestations of violence against ear piercing in girls and to analyze violence against girls' ear piercing in the perspective of Merleau-Ponty body phenomenology.

This research is a qualitative type of research with a research model of actual problems in the form of ear piercing violence among girls in society. This is then studied using a formal object in the form of thoughts related to the phenomenology of Maurice Merleau-Ponty's body. The research method used is a phenomenology method with methodical elements as follows: 1) description; 2) interpretation; 3) historical; and 4) induction.

The results obtained from this study are: First, ear piercing violence on girls is a manifestation or form of violence against women within the broader patriarchal structure. In a patriarchal culture, women's bodies are often seen as objects that must be adapted to social norms. Ear piercing can be seen as a way to 'beautify' or 'feminine' a woman's body from an early age. Second, the body for Merleau-Ponty is not just a container (object) that holds consciousness; rather it functions as the mediator (subject) of experience. Girls' ear piercing violence has implications for the way girls as individuals experience and interact with the world around them because this action affects women's self-perception, expression and experience. In cases of violence against ear piercing in girls, there is a shift in the role of the body from a subject to an object that is subject to an authority outside of itself. Losing control over body decisions can affect their self-esteem and capacity to see themselves as active participants in their own lives.

Kata Kunci : kekerasan tindik telinga, fenomenologi tubuh, feminisme, anak perempuan

  1. S1-2023-429628-abstract.pdf  
  2. S1-2023-429628-bibliography.pdf  
  3. S1-2023-429628-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2023-429628-title.pdf