Autism Boarding School dengan Pendekatan Arsitektur Sensoris di Yogyakarta
Nabila Amalia Ramadhan, Dr. Eng. Ar. Alexander Rani Suryandono, S.T., M.Arch., IAI.
2023 | Skripsi | ARSITEKTUR
Jumlah pengidap Autism Spectrum Disorder meningkat setiap waktu, namun tidak diikuti dengan pertumbuhan fasilitas yang memadai. Terutama untuk pengidap autisme yang masih berusia anak-anak hingga remaja, belum mendapatkan fasilitas pendidikan juga terapi yang memenuhi kebutuhan standar pengidap autisme. Sekolah asrama akan menjadi tempat belajar, terapi, dan tinggal dalam jangka waktu tertentu. Konsep sekolah asrama dapat meningkatkan kondisi anak autis menjadi lebih baik, meningkatkan perilaku, kemampuan, dan kemandirian.
Isu sensitivitas sensori menjadi masalah mendasar pada pengidap autisme. Kondisi hipersensitif maupun hiposensitif yang sangat beragam pada tiap individu dapat mempengaruhi perilaku. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah melakukan penanggulangan sensori secara arsitektural. Pendekatan sensori sangat relevan untuk digunakan pada kasus desain untuk autisme.
The number of people with autism spectrum disorder
is steadily increasing, but not followed by sufficient number of facilities. Particularly
children and teenagers with autism still do not have access to educational
services and therapies that address the basic needs of people with autism. Some
autistic children require intensive treatment, boarding schools can be a
solution. Boarding school will be a place of study, therapy, and living for some
period of time. Boarding school can improve their condition, behavior,
abilities, and independence.
The issue of sensory sensitivity is a fundamental problem for people with autism. Hypersensitive and hyposensitive conditions which vary in each individual can affect their behavior. One of the things we can do is to do sensory mitigation in an architectural sense. The sensory approach is highly relevant for use in case designs for autism.
Kata Kunci : autism, sensory architecture, autism boarding school.