The Self-Disclosure of Indonesian Youth Trans and Non-Binaries Gender Identity on TikTok
Desti Ayu Alicya, Mashita Phitaloka Fandia Purwaningtyas, S.I.P., M.A.
2023 | Skripsi | Ilmu Komunikasi
Di era baru media sosial ini, di mana pengguna didorong untuk menjadi konsumen sekaligus pembuat konten, TikTok memberikan pengalaman baru melalui berbagai fitur dan algoritma For-You-Page-nya. Aplikasi ini dikenal dapat menjembatani individu dengan latar belakang dan minat yang sama serta dapat mendorong pembuat konten menuju ketenaran. Bagi kelompok minoritas seperti komunitas transgender dan non-biner yang terus-menerus menghadapi diskriminasi dan pelecehan, TikTok dapat menjadi wadah tambahan untuk mengekspresikan identitas mereka, mencari nafkah, dan juga memfasilitasikan dukungan tambahan. Metodologi yang digunakan adalah Virtual Ethnography karya Hine (2000), data diperoleh dari 3 orang transgender dan 3 orang non-biner melalui konten TikTok dan wawancara mendalam. Data pemanfaatan TikTok untuk self-disclosure gender dan performativity dapat bermanfaat untuk tujuan akademis dan praktisi. Tergantung pada motivasi self-disclosure – validasi sosial, ekspresi diri, pengembangan rasional, klarifikasi identitas, atau sosial kontrol – para informan memanfaatkan berbagai fitur, sehingga menghasilkan beragam manifestasi self-disclosure. Tentunya, menggunakan TikTok untuk self-disclosure identitas gender dapat memberikan manfaat. Namun, hal ini memiliki risiko tertentu, termasuk menghadapi transfobia dari khalayak umum di Indonesia, potensi dampak buruk dari fetishisasi queer dan queer-baiting, serta paparan yang tidak terkendali akibat algoritma TikTok.
In this new age of social media, where users are encouraged to be both consumers and content creators, TikTok provides a refreshing experience through numerous features and the For-You-Page algorithm. The application is known for bridging individuals with similar backgrounds and niche interests and pushing content creators to fame. For minority groups such as the transgender and non-binary communities that face constant discrimination and harassment, TikTok can be an additional venue to express their identity, make a living, and find mutual support. Using Virtual Ethnography by Hine (2000) as the methodology, the data is obtained from 3 transgender and 3 non-binary individuals through TikTok contents and in-depth interviews. The data of TikTok utilization for gender identity and performativity self-disclosure can be beneficial for academic and practitioner purposes. Depending on the motivations for self-disclosure – social validation, self-expression, rational development, identity clarification, or social control – the informants utilized various features, resulting in diverse manifestations of self-disclosure. Managing TikTok for gender identity disclosure can be advantageous. However, it entails certain risks, including facing transphobia from Indonesia's general audience, potentially harmful effects from queer-fetishization and queer-baiting, and uncontrolled exposure due to TikTok's algorithm.
Kata Kunci : Self-Disclosure, TikTok, Transgender, Non-Binary, Gender Identity, Gender Performativity.