Strategi Perjuangan Kolektif dalam Ranah Seni Jawa Timur: Studi Kasus Biennale Jatim 8 dan IX
Muhammad Benny Widyo Pratama, Oki Rahadianto Sutopo, Ph.D.
2023 | Tesis | S2 Kajian Budaya dan Media
Penelitian ini menganalisis strategi perjuangan kolektif yang dilakukan oleh seniman dan praktisi muda seni yang terlibat dalam perhelatan tersebut, serta merefleksikan imajinasi yang muncul pasca penyelenggaraan Biennale Jatim 8 dan IX. Perhelatan ini menawarkan format yang berbeda dari edisi sebelumnya, dengan menyebarkan kegiatan ke seluruh Jawa Timur sebagai langkah desentralisasi. Dalam ranah seni, terjadi pertarungan simbolik yang melibatkan berbagai modal sosial dan budaya. Desentralisasi ini merupakan upaya untuk menantang dominasi dan struktur yang ada, dengan melibatkan kelompok-kelompok terpinggirkan. Para pelaku seni muda menggunakan praktik kolaborasi dan solidaritas untuk menantang aturan main yang ada. Mereka membentuk jaringan sosial dan melakukan pertukaran pengetahuan guna mengkritik struktur sosial yang timpang. Imajinasi-imajinasi yang dihasilkan oleh para pelaku seni ini berfokus pada inklusivitas, mengakomodasi beragam praktik artistik dan memberikan ruang bagi kelompok-kelompok terpinggirkan. Dalam ranah seni di Jawa Timur, inklusivitas menjadi nilai penting yang memerlukan perubahan sosial secara struktural. Pola kerja dan jejaring terdistribusi digagas untuk mendukung terciptanya ranah seni yang inklusif, dengan pendekatan kolaboratif dalam berbagai praktik kerja seni, pertukaran pengetahuan dan sumber daya, serta menghindari hierarki yang meminggirkan kelompok yang berbeda.
This study analyzes the strategies of collective struggle by young artists and art practitioners involved in the event and reflects on the imaginaries that emerged after the organization of Biennale Jatim 8 and IX. This event offers a different format from previous editions by spreading activities throughout East Java as a decentralization initiative. In the realm of art, there is a symbolic struggle involving various forms of social and cultural capital. This decentralization is an effort to challenge existing dominations and structures, involving marginalized groups. Young art practitioners utilize collaborative practices and solidarity to contest the existing rules of the game. They form social networks and engage in knowledge exchange to critique the unequal social structures. The imaginaries generated by these art practitioners focus on inclusivity, accommodating diverse artistic practices, and providing space for marginalized groups. In the art field of East Java, inclusivity emerges as an important value that requires structural social changes. Distributed format and networks are proposed to support the creation of a more inclusive art field, with a collaborative approach in various art working practices, knowledge and resource exchange, and avoiding hierarchies that marginalize different groups.
Kata Kunci : desentralisasi, Biennale Jatim, strategi perjuangan kolektif,, inklusivitas, imajinasi