Laporkan Masalah

Strategi Pengembangan Industri Mete (Anacardium occidentale) di Kabupaten Muna dengan Metode Analytical Hierarchy Process dan Matriks McKinsey

Febrian Ramayanti, Prof. Dr. Ir. Adi Djoko Guritno, MSIE., Dr. Nafis Khuriyati, S.T.P., M.Agr.

2023 | Tesis | S2 Teknologi Industri Pertanian

Jambu mete (Anacardium occidentale) merupakan komoditas tanaman perkebunan dengan memiliki nilai ekonomis dan cukup potensial karena produksinya dapat digunakan sebagai bahan baku industri makanan. Di Kabupaten Muna belum ada perkebunan mete swasta yang dikelola dengan baik dimana para petani pemilik pohon jambu mete hampir tidak pernah memelihara pohon dalam upaya menjaga produktivitas. Selain itu, kacang mete pada umumnya masih dijual dalam bentuk gelondongan yang kurang memiliki nilai tambah jika dibandingkan dengan kacang mete hasil olahan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menyusun dan mengusulkan rekomendasi strategi pada pengembangan industri mete. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner terhadap 8 orang responden (petani, industri, dan pemerintah). Data diolah dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan matriks McKinsey. Berdasarkan hasil penilaian responden dengan metode AHP, kualitas produk dengan bobot 30% merupakan subkriteria yang dianggap paling penting pada faktor daya tarik industri, sedangkan pada faktor kekuatan bisnis subkriteria yang dianggap paling penting adalah teknologi produksi yang dimiliki dengan bobot 26%. Posisi industri mete pada Matriks McKinsey terletak pada segmen selective investment dengan nilai X (daya tarik industri) sebesar 2,47 dan nilai Y (kekuatan bisnis) sebesar 2,26. Pada segmen tersebut, industri mete Muna dianggap mempunyai daya saing yang kuat tetapi pasarnya masih kurang menarik sehingga perlu adanya strategi yang akan meningkatkan faktor-faktor yang ada pada daya tarik industri, tetapi faktor-faktor pada kekuatan bisnis juga harus ditingkatkan.

Cashew nut (Anacardium occidentale) is a plantation crop commodity that has economic value and potentially enough because its production can be used as a raw material for the food industry. In Muna District, there are no well-managed private plantations, so farmers who own cashew trees almost never maintain trees in an effort to maintain productivity. In addition, cashews are generally still sold in the form of logs which have less added value when compared to processed cashews. The purpose of this study is to formulate and propose strategic recommendations on the development of the Muna cashew industry. Data collection was carried out by distributing questionnaires to 8 respondents (farmers, industry, and government). The data obtained were processed using the Analytical Hierarchy Process and McKinsey Matrix methods. Based on the results of respondents' assessments using the AHP method, product quality (30%) is considered the most important sub-criteria for industrial attractiveness, while for business strength, the most important sub-criteria are owned production technology (26%). The position of the cashew industry at McKinsey Matrix lies in the Selective Investment segment with X value (industrial attractiveness) of 2.47 and Y value (business strength) of 2.26. In this segment, the Muna cashew industry is considered to have strong competitiveness but the market is still unattractive, so there is a need for a strategy that will increase the existing factors in the industry attractiveness, but the factors in business strength must also be improved.

Kata Kunci : AHP, industri mete, strategi pengembangan, matriks McKinsey.

  1. S2-2023-484548-abstract.pdf  
  2. S2-2023-484548-bibliography.pdf  
  3. S2-2023-484548-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2023-484548-title.pdf