Laporkan Masalah

Perbedaan Kecemasan Antara Remaja Sekolah Menengah Atas (SMA) Yang Memakai Kurikulum Baru Dan Kurikulum Lama Di Kota Yogyakarta

Aulia Rahmawati Hasanin, Prof. Dr. dr. H. Soewadi, MPH., Sp. KJ (K), dr. Irwan Supriyanto, Ph.D., Sp. KJ

2023 | Tesis-Spesialis | S2 Psikiatri

Latar belakang: Masa remaja merupakan masa kritis di mana individu memulai transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa, yang harus mengenali lingkungan yang baru dan dituntut dengan pendidikan atau karier yang semakin berat.  Hasil survei di Indonesia menunjukkan bahwa gangguan mental yang paling banyak dialami oleh remaja adalah gangguan kecemasan, yaitu 3,7%. Masalah pendidikan dianggap sebagai salah satu penyebab stress pada remaja. Mulai tahun ajaran 2022/2023, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mulai menerapkan kurikulum baru di semua jenjang pendidikan. Ketidaksiapan remaja peserta didik sekolah menengah atas (SMA) dalam penerapan kurikulum baru dapat menjadi salah satu penyebab kecemasan. Jika kecemasan pada remaja tidak tertangani dengan baik, akan dapat berkomorbid dengan gangguan mental lain seperti depresi. Penelitian ini penting sebagai upaya untuk skrining kecemasan pada remaja SMA agar tidak muncul gangguan yang lebih berat.

Tujuan penelitian: mengidentifikasi perbedaan kecemasan antara remaja sekolah menengah atas (SMA) yang memakai kurikulum baru dan kurikulum lama di kota Yogyakarta.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian adalah remaja peserta didik kelas X di SMA N 6 yang menggunakan kurikulum baru dan SMA N 3 kota Yogyakarta yang masih menggunakan kurikulum lama. Kecemasan pada remaja peserta didik diukur dengan Revised Children’s Manifest Anxiety Scale (RCMAS). Analisis data menggunakan Uji Chi square dan regresi logistik dengan tingkat kemaknaan uji statistik dinyatakan pada p < 0>

Hasil: Penelitian ini menunjukan terdapat perbedaan kecemasan bermakna antara remaja sekolah menengah atas (SMA) yang memakai kurikulum baru dan kurikulum lama di kota Yogyakarta (p=0,001). Dari analisis multivariat didapatkan bahwa jenis kelamin, kurikulum pendidikan, riwayat perundungan, dan status ekonomi orang tua berpengaruh terhadap kecemasan pada remaja (R square=0,624).

Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang bermakna kecemasan antara remaja sekolah menengah atas (SMA) yang memakai kurikulum baru dan kurikulum lama di kota Yogyakarta.


Background: Adolescence is a critical period where individuals begin the transition from childhood to adulthood, which is necessary recognizing a new environment and being required with increasingly difficult education or careers. Educational problems are considered one of the causes of stress in adolescents. Starting from the 2022/2023 academic year, the Indonesian government through Ministry of Education, Culture, Research and Technology began implementing the new curriculum at all levels of education. The unpreparedness of high school students (SMA) in implementing the new curriculum can be one of the causes of anxiety. If anxiety in teenagers is not handled properly, it can be comorbid with other mental disorders such as depression. This research is important as an effort to screen for anxiety in high school teenagers so that more serious disorders do not emerge.

Methods: This research is an observational analytical research approach cross sectional. The research subjects were teenage students in class X at SMA N 6 which used the new curriculum and SMA N 3 in Yogyakarta city which still used the old curriculum. Anxiety in adolescent students is measured by Revised Children’s Manifest Anxiety Scale (RCMAS). Data analysis using Test Chi square and logistic regression with the statistical test significance level stated at p < 0>

Results: This research shows that there is a significant difference in anxiety between high school (SMA) teenagers who use the new curriculum and the old curriculum in the city of Yogyakarta (p=0.001). From the multivariate analysis, it was found that gender, educational curriculum, history of bullying, and parents' economic status influence anxiety in adolescents (R square=0,624).

Conclusion: There is a significant difference in anxiety between high school (SMA) teenagers who use the new curriculum and the old curriculum in the city of Yogyakarta


Kata Kunci : Kecemasan, Kurikulum, Remaja, SMA

  1. SPESIALIS-2023-453479-abstract.pdf  
  2. SPESIALIS-2023-453479-bibliography.pdf  
  3. SPESIALIS-2023-453479-tableofcontent.pdf  
  4. SPESIALIS-2023-453479-title.pdf