Laporkan Masalah

Sebab, Kondisi, dan Jalan Tengah: Telaah terhadap Pratyaya Pariksa dalam teks Mulamadhyamakakarika serta Relevansinya bagi Pengembangan Filsafat Pancasila Non-Esensialis

Novian Widiadharma, Prof. Dr. Lasiyo, MA, MM; Dr. Sindung Tjahjadi, M.Hum.

2023 | Disertasi | S3 Ilmu Filsafat

Perumusan sebab dan kondisi dari sudut pandang Buddhisme Madhyamaka menjadi bahasan utama penelitian ini. Titik tolaknya adalah filsafat jalan tengah yang memandang realitas sebagai keberkondisian. Jika sebab, kondisi, dan jalan tengah ini digunakan untuk melihat Pancasila maka akan memberikan perspektif baru bagi pengembangan Pancasila. Ini diperoleh dengan menjawab pertanyaan penelitian: apa yang dimaksud dengan sebab, kondisi, dan jalan tengah dari Buddhisme Madhyamaka? Bagaimana hubungan antara sebab, kondisi dan jalan tengah tersebut? Terakhir, bagaimana sebab, kondisi, dan jalan tengah ini digunakan sebagai sumber pengembangan filsafat Pancasila?
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan. Teks primer yang digunakan adalah Mulamadhyamakakarika (MMK) dari Nagarjuna, terutama bab “Pratyaya Pariksa” (Telaah terhadap Kondisi) yang membahas sebab dan kondisi. Unsur metode yang digunakan adalah interpretasi, kesinambungan historis, koherensi intern, komparasi, deduksi-induksi, heuristika dan refleksi kritis.
Penelitian ini menunjukkan bahwa sebab tidak dapat dipahami dalam dirinya sendiri (svabhava). Empat alternatif pembahasan mengenai sebab—dari dirinya, dari luar dirinya, dari keduanya, maupun tanpa sebab—semuanya tidak memuaskan. Hal ini menyingkapkan sunyata. sunyata bukanlah kekosongan dalam pengertian nihilisme melainkan berhubungan erat atau identik dengan pratityasamutpada (keberkondisian sebab-akibat) dan merupakan jalan tengah. Dengan begitu, sunyata = pratityasamutpada = jalan tengah. Ini merupakan bagian terpenting yang menghubungkan rangkaian sebab, kondisi dan jalan tengah. Ketika diterapkan pada Pancasila maka hasilnya adalah pemikiran filsafat Pancasila yang bercorak non-esensialis inklusif (bukan-ini-bukan-itu), merupakan agregat jalan tengah secara historis dari alam pikiran komunalisme tradisional, Islam, dan Barat modern yang mengedepankan keberkondisian, hubungan antar unsur-unsurnya koherentis, dan wujud manifestasinya pada: ‘Bhinnêka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa’.

Formulating causes and conditions from the point of view of Madhyamaka Buddhism is the main subject of this research. The starting point is the philosophy of the middle way which views reality as conditioned. If these causes, conditions and the middle way are used to view Pancasila, it will provide a new perspective for the development of Pancasila. This is achieved by answering the research questions: what are the causes, conditions, and the middle way of Madhyamaka Buddhism? What is the relationship between causes, conditions and the middle way? Finally, how could these causes, conditions and the middle way be used as a foundation of developing the philosophy of Pancasila?

This research is library research. The primary text used is Mulamadhyamakakarika (MMK) from Nagarjuna, especially the chapter “Pratyaya Pariksa” (Examination of Conditions) which discusses causes and conditions. The elements of the method used are interpretation, historical continuity, internal coherence, comparison, deduction-induction, heuristics and critical reflection.

This research revealed that cause is incomprehensible in itself (svabhava). The four alternative discussions about causes—from itself, from outside itself, from both, and without causes—all of them are unsatisfactory. This reveals sunyata. sunyata is not emptiness in the sense of nihilism but is closely related or identical with pratityasamutpada (dependent origination) and is the middle way. In this way, sunyata = pratityasamutpada = the middle way. It is the most important part that connects the series of causes, conditions and the middle way. When applied to Pancasila, the result is thought that is non-essentialist inclusive (‘not-this-not-that’), which is an aggregate of the middle way historically from the thoughts of traditional communalism, Islam, and the modern West which emphasizes conditionality, the relationship between its elements is coherent, and its manifestation in: 'Bhinnêka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa'.

Kata Kunci : Sebab, Kondisi, Jalan Tengah, Buddhisme Madhyamaka, Pancasila non-esensialis

  1. S3-2023-389789-abstract.pdf  
  2. S3-2023-389789-bibliography.pdf  
  3. S3-2023-389789-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2023-389789-title.pdf