Analisis Implementasi SITEGAR (Sistem Informasi Tempat Tidur Ruangan Rujukan Rumah Sakit) Pada Pelayanan Rujukan Maternal di Kabupaten Bogor
Siti Rani Angelina, Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D; dr. Likke Prawidya Putri, MPH, Ph.D
2023 | Tesis | MAGISTER KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN KESEHATAN
Latar Belakang: Kabupaten Bogor, salah satu daerah dengan angka kematian ibu tertinggi di Indonesia, memperkenalkan SITEGAR, sebuah sistem yang menghubungkan seluruh fasilitas kesehatan di kabupaten tersebut untuk meningkatkan rujukan pasien ke rumah sakit, termasuk untuk kasus-kasus ibu.
Metode: Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hambatan dalam mengimplementasikan SITEGAR untuk kasus-kasus ibu di Kabupaten Bogor. Kami menggunakan metode penelitian kualitatif eksploratif, penelitian ini dilakukan pada bulan Maret hingga Juni 2023. Melibatkan 8 responden. Kami memilih partisipan dengan menggunakan purposive sampling. Wawancara mendalam dilakukan dalam Bahasa Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan induktif untuk analisis. Wawancara direkam secara verbatim, diberi kode, dan dianalisis dengan analisis konten. Analisis data dilakukan dengan menggunakan NVivo v.14.23. Kami mewawancarai bidan yang bekerja di puskesmas, bidan di rumah sakit umum daerah yang menerima rujukan dengan kasus terbanyak, tim rujukan di rumah sakit umum daerah yang terdiri dari dokter spesialis kebidanan dan kandungan, kepala bidang pelayanan kesehatan di dinas kesehatan kabupaten (yang bertanggung jawab atas sistem rujukan), dan tim SITEGAR di dinas kesehatan kabupaten untuk mengeksplorasi faktor-faktor sistem kesehatan yang dapat mempengaruhi implementasi SITEGAR.
Hasil: Studi ini mengidentifikasi beberapa hambatan, hambatan utama dalam memanfaatkan SITEGAR adalah komunikasi, standar dan pemantauan, dan kualitas layanan. Keterlambatan respon dalam berkomunikasi dengan operator untuk merujuk kasus ibu menyebabkan bidan tidak menggunakan SITEGAR atau memilih aplikasi berbasis web lainnya. Kurangnya standar tentang definisi kasus yang perlu dirujuk dan fasilitas kesehatan yang dituju juga menyebabkan terjadinya kesalahan rujukan. Sejak diperkenalkan, hanya satu kali pertemuan pemantauan yang dilakukan untuk meninjau implementasi SITEGAR. Dalam hal kualitas layanan, belum banyak bidan di puskesmas terpilih yang telah mendapatkan pelatihan tentang manajemen kasus kegawatdaruratan maternal.
Kesimpulan: Penggunaan SITEGAR perlu diperkuat dengan menugaskan lebih banyak staf sebagai operator untuk meningkatkan komunikasi, pemantauan dan evaluasi yang lebih rutin, dan pelatihan staf yang lebih sering tentang penggunaan SITEGAR dan penanganan kegawatdaruratan maternal.
Background: Bogor district, with one of the highest maternal mortalities in Indonesia, introduced SITEGAR, system that connects all facilities in the district to improve patient referral primary care facilities to hospitals, including maternal cases.
Methods: This study aim to explore barriers in implementing the SITEGAR for maternal cases in Bogor District. We applied an exploratory qualitative research method, this study was conducted from March to June 2023. Involving 8 respondents. We selected the participants using purposive sampling. In-depth interviews were conducted in Bahasa. The study used inductive approaches for analysis. The interviews were recorded verbatim, coded, and analyzed with the content analysis. Data analysis was performed using NVivo v.14.23. We interviewed midwives working in public community health centers (puskesmas), midwives in regional general hospital receiving referrals with the most cases, referral team in regional general hospital which is a doctor, obstetrics and gynecology specialist, head of field health services at district health office (its main tasks and functions referral system), and SITEGAR team at district health officeto explore health systems factors that could have influenced the SITEGAR implementation.
Results: The study identified barriers, Key barriers in utilizing SITEGAR were communication, standard and monitoring, and quality of care. Delayed response in communicating with the operators to refer maternal cases caused midwives to not use SITEGAR or chose another web-based application. Lack of standard on definition of cases for referral and the destination facilities also caused mis-referral. Since its introduction, just one monitoring meeting was conducted to review the implementation of SITEGAR. Regarding quality of care, not many midwives in the selected puskesmas had recently received training on management of emergency maternal cases.
Conclusion: The use of SITEGAR should be strengthened by assigning more staff as the operators to improve communication, more routine monitoring and evaluation, and more frequent staff training on both the use of the SITEGAR and treatment for maternal emergency.
Keywords: Referral system, Maternal mortality rate, Barrier, E-refferal
Kata Kunci : Sistem rujukan, Angka kematian ibu, Hambatan, Rujukan Elektronik