Laporkan Masalah

Poetik dan Politik Pertunjukan Gamelan Arirang: Penelitian Teknologi Diri

CHUNG, JI TAE, Prof. Faruk; Dr. Oki Rahadianto Sutopo

2022 | Disertasi | DOKTOR KAJIAN BUDAYA DAN MEDIA

Pertunjukan Gamelan Arirang dibuat oleh saya sendiri pada tahun 2017, merepresentasikan harmonisasi Korea dan Indonesia melalui kolaborasi musik tradisional masing-masing. Akan tetapi bagaimanapun saya juga bagian dari masyarakat dan pemerintah Korea sehingga tidak tertutup kemungkinan saya juga terpengaruh oleh paradigma lama yang hegemonik.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis wacana dalam poetik pertunjukan Gamelan Arirang dan mengenali diri yang dipengaruhi oleh wacana sehingga membebaskan diri dari wacana. Sedangkan membebaskan diri dilakukan dengan membuat model baru pertunjukan kolaborasi yang akan datang di masa depan. Untuk mencapai tujuan penelitian ini, representasi kolaborasi pertunjukan Gamelan Arirang didekonstruksikan secara semiotik serta implikasi politik pertunjukan Gamelan Arirang akan dibahas dengan pendekatan penelitian wacana. Kemudian membahas subjektivitas diri saya yang membuat pertunjukan Gamelan Arirang melalui metode otoetnografi untuk membebaskan diri dari wacana.

Pada hasilnya pertunjukan kolaboratif Gamelan Arirang ternyata masih dipengaruhi oleh hegemoni dari wacana kolonial yang menguasai institusi akademik dalam mendefinisikan musik Indonesia dan Korea sebagai dua hal yang masih tidak setara dan pemilihan objek representatif Indonesia dan Korea. Dalam struktur pertunjukannya, praktik estetik memperlihatkan dominasi Korea terhadap Indonesia dengan pengetahuan terbatas, khususnya dari segi program yang tidak setara. Dengan menyadari adanya hegemoni wacana tersebut, peneliti menjadi kritis terhadap diri sendiri secara refleksif untuk membebaskan diri dari wacana sehingga menawarkan model pertunjukan kolaborasi baru antar budaya.

The author created the Gamelan Arirang performance in 2017 to represent the harmonization of Korea and Indonesia through traditional music collaboration. The author, however, is part of Korean society and remains susceptible to older hegemonic paradigms of cultural exchange.

This research analyzes the discourse of poetics in Gamelan Arirang to reflect on how it has been influenced by and how it aims to free itself from such discourse. This departure is achieved through the creation of new models for collaborative performances to be used in the future. To achieve these goals, this research deconstructs various aspects of representation within collaborative performances in terms of their semiotic and political implications. The Gamelan Arirang performance will be discussed using a discursive research approach. The author will also discuss his own subjectivity through an autoethnographic method.

As a result, the collaborative performance Gamelan Arirang is still influenced by the hegemony of colonial discourse that dominates academic institutions and defines Indonesian and Korean music as two distinct and unequal entities. Within its structure, the performance’s aesthetic practice illustrates this limited knowledge and the dominance of Korea over Indonesia, especially in terms of unequal music programming. By realizing the existence of this hegemonic discourse, the author becomes self-critical and attempts to reflexively free himself to develop and provide a new model for performances of intercultural collaboration.

Kata Kunci : Gamelan Arirang, Poetik dan Politik, Pertunjukan Kolaborasi, Representasi, Otoetnografi

  1. S3-2022-421251-abstract.pdf  
  2. S3-2022-421251-bibliography.pdf  
  3. S3-2022-421251-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2022-421251-title.pdf