Laporkan Masalah

Falsafah Jawa Memayu Hayuning Bawana dalam Tradisi Rasulan Masyarakat Gunungkidul

Muhammad Rivaldi Kurniawan, Drs. Budisutrisna, M. Hum; Dr. Sartini, M. Hum

2023 | Skripsi | ILMU FILSAFAT

Falsafah Jawa memayu hayuning bawana merupakan salah satu pandangan hidup yang masih dipegang erat oleh masyarakat Jawa, yang menunjukkan bagaimana masyarakat dapat bertindak dan hidup berdampingan dengan alam, guna mengupayakan keselamatan, kebahagiaan hidup di dunia maupun batin masing-masing. Melalui tradisi Rasulan masyarakat Gunungidul menjadi salah satu bentuk representasi dari konsep falsafah ini, karena dalam tradisi ini selain sebagai bentuk ungkapan syukur masyarakat juga sebagai bentuk penghormatan terhadap alam. Sebab pada tradisi Rasulan juga menyiratkan bahwa masyarakat harus hidup selaras dengan alam dan menjaga keseimbangannya, karena masyarakat dengan alam memiliki hubungan dinamis yang saling memengaruhi kelangsungan hidup keduanya, Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman teoretis tentang unsur-unsur yang terkandung pada falsafah Jawa memayu hayuning bawana dalam tradisi Rasulan masyarakat Gunungkidul, serta menemukan nilai dan makna falsafah Jawa memayu hayuning bawana dalam tradisi Rasulan masyarakat Gunungkidul.

Penelitian ini merupakan penelitian filsafat yang bersifat deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan yang didukung dengan observasi melalui wawancara dan penerapan refleksi kritis mengenai konsep falsafah Jawa memayu hayuning bawana dalam tradisi Rasulan masyarakat Gunungkidul. Dikarenakan penelitian ini merupakan penelitian filsafat, maka di dalam menganalisisnya menggunakan unsur-unsur metodis berupa deskripsi, interpretasi, analisis, dan refleksi kritis. 

Hasil penelitian yang telah dilakukan sebagai berikut. Pertama, dalam unsur-unsur falsafah Jawa memayu hayuning bawana yang termuat dalam tradisi masyarakat Gunungkidul, terdiri atas unsur metafisika sebagai usaha masyarakat untuk kembali pada asalnya, unsur epistemologi sebagai tanda bahwa masyarakat dalam melakukan ritual tradisi ini dengan penuh kesadaran, unsur kosmologi sebagai bentuk kepercayaan masyarakat terkait pola gerak alam yang memiliki keterkaitan dengan kekuatan yang berada di luar dari masyarakat, unsur etika yang menandakan bahwa masyarakat Gunungkidul sebagai pelaku moral harus menghormati kehidupan yang ada, dan unsur estetika sebagai penggalian makna terkait keindahan, ketajaman rasa, perwujudan sikap, ataupun dampak praktis pada kehidupan. Kedua, falsafah Jawa memayu hayuning bawana memiliki nilai dan makna yang terdapat pada tradisi Rasulan masyarakat Gunungkidul, yakni nilai dan makna keselamatan yang mengarahkan pada situasi yang selamat baik lahir maupun batin pada masyarakat, nilai dan makna kebahagiaan yang mengarahkan pada ketenangan dalam batin masing-masing masyarakat, serta nilai dan makna kesejahteraan hidup yang mengarahkan pada rasa syukur atas keadaan yang tidak berkekurangan dalam masyarakat.

The Javanese philosophy of memayu hayuning bawana is one of the views of life that is still closely held by the Javanese people. It shows how people can act and coexist with nature in order to strive for safety, happiness, and the welfare of life in the world and in their hearts. The Rasulan tradition in the Gunungkidul community is one form of representation of this philosophical  concept, because in this tradition, apart of from being a from of expression of gratitude for the community, it is also a form of respect for nature, because the Rasulan tradition also implies that people must live in harmony with nature and maintain its balance because people and nature have a dynamic relationship that mutually affects the survival of both. This research aims to provide a theoretical understanding of the elements contained in the Javanese philosophy of memayu hayuning bawana in the Rasulan tradition of the Gunungkidul community, as well as the value and meaning of the Javanese philosophy of memayu hayuning bawana in the Rasulan tradition of the Gunungkidul community.

This research is descriptive qualitative philosophy research with the type of literature research supported by observation through interviews and application of critical reflection on the concept of Javanese philosophy of memayu hayuning bawana in the Rasulan tradition of Gunungkidul community. Since this research is philosophical research, it uses methodical elements such as description, interpretation, analysis, and critical reflection in analyzing it.

The result of the research are as follows: First, in the elements of the Javanese philosophy of memayu hayuning bawana contained in the traditions of the Gunungkidul community, consisting of metaphysical elements as an attempt by the community return to its origin and epistemological elements as an attempt by the community is performing this traditional ritual with full awareness, The element of cosmology as a form of community belief realted to natural movement patterns that have a connection with forces that are forces that are outside of the community: the element of ethics, which indicates that the Gunungkidul community as moral actors must respect existing life: and the element of aesthetics as an exploration of meaning relates to beauty, sharpess of taste, manifestation of attitudes, or practical impacts on life. Second, the Javanese philosophy of memayu hayuning bawana has values and meanings found in the Rasulan tradition of the Gunungkidul community, namely the value and meaning of safety that leads to a safe situation both pysically and mentally in the community, the value and meaning of happiness that leads to peace in the mind of each community, and the value and meaning of life welfare that leads to gratitude for a state that is not lacking in society.

Kata Kunci : alam, falsafah Jawa memayu hayuning bawana, nilai dan makna, tradisi Rasulan, unsur-unsur filosofis,

  1. S1-2023-439946-abstract.pdf  
  2. S1-2023-439946-bibliography.pdf  
  3. S1-2023-439946-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2023-439946-title.pdf